tag:blogger.com,1999:blog-21373799100623275462024-02-19T10:35:54.174+07:00Dunia SekzCerita Seks - Foto Bugil - Video BokepDunia Sekshttp://www.blogger.com/profile/15389449240222132554noreply@blogger.comBlogger1020125tag:blogger.com,1999:blog-2137379910062327546.post-8262661162718422732012-06-04T00:36:00.001+07:002012-06-04T00:36:58.042+07:00Ibu Vivin tante Girang<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhgFO43OCyb9THMtaGv0doCmJYlqWRbEbRiUp4dyJlJ66JVGcoZrafCezHcqoKEIRISAajTRxPY4iXddWgPrVc3m8QnMgWz70IbEtuaDWJUhyqrj41IqX6dVgTSGERU6YA9dQhyphenhyphen6NwHEzY/s1600/tante_girang.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhgFO43OCyb9THMtaGv0doCmJYlqWRbEbRiUp4dyJlJ66JVGcoZrafCezHcqoKEIRISAajTRxPY4iXddWgPrVc3m8QnMgWz70IbEtuaDWJUhyqrj41IqX6dVgTSGERU6YA9dQhyphenhyphen6NwHEzY/s320/tante_girang.jpg" width="240" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Cerita ini bermula pada waktu itu aku lagi kuliah di semester VI di salah satu PTS di Bandung. Ceritanya saat itu aku lagi putus dengan pacarku dan memang dia tidak tahu diri, sudah dicintai malah bertingkah, akhirnya dari cerita cintaku cuma berumur 2 tahun saja. Waktu itu aku tinggal berlima dengan teman satu kuliah juga, kita tinggal serumah atau ngontrak satu rumah untuk berlima. Kebetulan di rumah itu hanya aku yang laki-laki. Mulanya aku bilang sama kakak perempuanku, “Sudah, aku pisah rumah saja atau kos di tempat”, tapi kakakku ini saking sayangnya padaku, ya saya tidak diperbolehkan pisah rumah. Kita pun tinggal serumah dengan tiga teman wanita kakakku.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"></div><div class="separator" style="clear: both;">Ada satu diantara mereka sudah jadi dosen tapi di Universitas lain, Ibu Vivin namanya. Kita semua memanggilnya Ibu maklum sudah umur 40 tahun tapi belum juga menikah. Ibu Vivin bertanya, “Eh, kamu akhir-akhir ini kok sering ngelamun sih, ngelamunin apa yok? Jangan-jangan ngelamunin yang itu..”</div><div class="separator" style="clear: both;">“Itu apanya Bu?” tanyaku.</div><div class="separator" style="clear: both;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both;">Memang dalam kesehari-harianku, ibu Vivin tahu karena aku sering juga curhat sama dia karena dia sudah kuanggap lebih tua dan tahu banyak hal. Aku mulai cerita,</div><div class="separator" style="clear: both;">“Tahu nggak masalah yang kuhadapi? Sekarang aku baru putus sama pacarku”, kataku.</div><div class="separator" style="clear: both;">“Oh.. gitu ceritanya, pantesan aja dari minggu kemarin murung aja dan sering ngalamun sendiri”, kata Ibu Vivin.</div><div class="separator" style="clear: both;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both;">Begitu dekatnya aku sama Ibu Vivin sampai suatu waktu aku mengalami kejadian ini. Entah kenapa aku tidak sengaja sudah mulai ada perhatian sama Ibu Vivin. Waktu itu tepatnya siang-siang semuanya pada kuliah, aku sedang sakit kepala jadinya aku bolos dari kuliah. Siang itu tepat jam 11:00 siang saat aku bangun, eh agak sedikit heran kok masih ada orang di rumah, biasanya kalau siang-siang bolong begini sudah pada nggak ada orang di rumah tapi kok hari ini kayaknya ada teman di rumah nih. Aku pergi ke arah dapur.</div><div class="separator" style="clear: both;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both;">“Eh Ibu Vivin, nggak ngajar Bu?” tanyaku.</div><div class="separator" style="clear: both;">“Kamu kok nggak kuliah?” tanya dia.</div><div class="separator" style="clear: both;">“Habis sakit Bu”, kataku.</div><div class="separator" style="clear: both;">“Sakit apa sakit?” goda Ibu Vivin.</div><div class="separator" style="clear: both;">“Ah.. Ibu Vivin bisa aja”, kataku.</div><div class="separator" style="clear: both;">“Sudah makan belum?” tanyanya.</div><div class="separator" style="clear: both;">“Belum Bu”, kataku.</div><div class="separator" style="clear: both;">“Sudah Ibu Masakin aja sekalian sama kamu ya”, katanya.</div><div class="separator" style="clear: both;">Dengan cekatan Ibu Vivin memasak, kita pun langsung makan berdua sambil ngobrol ngalor ngidul sampai-sampai kita membahas cerita yang agak berbau seks. Kukira Ibu Vivin nggak suka yang namanya cerita seks, eh tau-taunya dia membalas dengan cerita yang lebih hot lagi. Kita pun sudah semakin jauh ngomongnya. Tepat saat itu aku ngomongin tentang perempuan yang sudah lama nggak merasakan hubungan dengan lain jenisnya.</div><div class="separator" style="clear: both;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both;">“Apa masih ada gitu keinginannya untuk itu?” tanyaku.</div><div class="separator" style="clear: both;">“Enak aja, emangnya nafsu itu ngenal usia gitu”, katanya.</div><div class="separator" style="clear: both;">“Oh kalau gitu Ibu Vivin masih punya keinginan dong untuk ngerasain bagaimana hubungan dengan lain jenis”, kataku.</div><div class="separator" style="clear: both;">“So pasti dong”, katanya.</div><div class="separator" style="clear: both;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both;">“Terus dengan siapa Ibu untuk itu, Ibu kan belum kawin”, dengan enaknya aku nyeletuk.</div><div class="separator" style="clear: both;">“Aku bersedia kok”, kataku lagi dengan sedikit agak cuek sambil kutatap wajahnya. Ibu Vivin agak merah pudar entah apa yang membawa keberanianku semakin membludak dan entah kapan mulainya aku mulai memegang tangannya. Dengan sedikit agak gugup Ibu Vivin kebingungan sambil menarik kembali tangannya, dengan sedikit usaha aku harus merayu terus sampai dia benar-benar bersedia melakukannya.</div><div class="separator" style="clear: both;">“Okey, sorry ya Bu, aku sudah terlalu lancang terhadap Ibu Vivin”, kataku.</div><div class="separator" style="clear: both;">“Nggak, aku kok yang salah memulainya dengan meladenimu bicara soal itu”, katanya.</div><div class="separator" style="clear: both;">Dengan sedikit kegirangan, dalam hatiku dengan lembut kupegang lagi tangannya sambil kudekatkan bibirku ke dahinya. Dengan lembut kukecup keningnya. Ibu Vivin terbawa dengan situasi yang kubuat, dia menutup matanya dengan lembut. Juga kukecup sedikit di bawah kupingnya dengan lembut sambil kubisikkan, “Aku sayang kamu, Ibu Vivin”, tapi dia tidak menjawab sedikitpun.</div><div class="separator" style="clear: both;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both;">Dengan sedikit agak ragu juga kudekatkan bibirku mendekati bibirnya. Cup.. dengan begitu lembutnya aku merasa kelembutan bibir itu. Aduh lembutnya, dengan cekatan aku sudah menarik tubuhnya ke rangkulanku, dengan sedikit agak bernafsu kukecup lagi bibirnya. Dengan sedikit terbuka bibirnya menyambut dengan lembut. Kukecup bibir bawahnya, eh.. tanpa kuduga dia balas kecupanku. Kesempatan itu tidak kusia-siakan. Kutelusuri rongga mulutnya dengan sedikit kukulum lidahnya. Kukecup, “Aah.. cup.. cup.. cup..” dia juga mulai dengan nafsunya yang membara membalas kecupanku, ada sekitar 10 menitan kami melakukannya, tapi kali ini dia sudah dengan mata terbuka. Dengan sedikit ngos-ngosan kayak habis kerja keras saja.</div><div class="separator" style="clear: both;">“Aah.. jangan panggil Ibu, panggil Vivin aja ya!</div><div class="separator" style="clear: both;">Kubisikkan Ibu Vivin, “Vivin kita ke kamarku aja yuk!”.</div><div class="separator" style="clear: both;">Dengan sedikit agak kaget juga tapi tanpa perlawanan yang berarti kutuntun dia ke kamarku. Kuajak dia duduk di tepi tempat tidurku. Aku sudah tidak tahan lagi, ini saatnya yang kutunggu-tunggu. Dengan perlahan kubuka kacing bajunya satu persatu, dengan lahapnya kupandangi tubuhnya. Ala mak.. indahnya tubuh ini, kok nggak ada sih laki-laki yang kepengin untuk mencicipinya. Dengan sedikit membungkuk kujilati dengan telaten. Pertama-tama belahan gunung kembarnya. “Ah.. ssh.. terus Ian”, Ibu Vivin tidak sabar lagi, BH-nya kubuka, terpampang sudah buah kembar yang montok ukuran 34 B. Kukecup ganti-gantian, “Aah.. ssh..” dengan sedikit agak ke bawah kutelusuri karena saat itu dia tepat menggunakan celana pendek yang kainnya agak tipis dan celananya juga tipis, kuelus dengan lembut, “Aah.. aku juga sudah mulai terangsang.</div><div class="separator" style="clear: both;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both;">Kusikapkan celana pendeknya sampai terlepas sekaligus dengan celana dalamnya, hu.. cantiknya gundukan yang mengembang. Dengan lembut kuelus-elus gundukan itu, “Aah.. uh.. ssh.. Ian kamu kok pintar sih, aku juga sudah nggak tahan lagi”, sebenarnya memang ini adalah pemula bagi aku, eh rupanya Vivin juga sudah kepengin membuka celanaku dengan sekali tarik aja terlepas sudah celana pendek sekaligus celana dalamku. “Oh.. besar amat”, katanya. Kira-kira 18 cm dengan diameter 2 cm, dengan lembut dia mengelus zakarku, “Uuh.. uh.. shh..” dengan cermat aku berubah posisi 69, kupandangi sejenak gundukannya dengan pasti dan lembut. Aku mulai menciumi dari pusarnya terus turun ke bawah, kulumat kewanitaannya dengan lembut, aku berusaha memasukkan lidahku ke dalam lubang kemaluannya, “Aah.. uh.. ssh.. terus Ian”, Vivin mengerang. “Aku juga enak Vivin”, kataku. Dengan lembut di lumat habis kepala kemaluanku, di jilati dengan lembut, “Assh.. oh.. ah.. Vivin terus sayang”, dengan lahap juga kusapu semua dinding lubang kemaluannya, “Aahk.. uh.. ssh..” sekitar 15 menit kami melakukan posisi 69, sudah kepengin mencoba yang namanya bersetubuh. Kurubah posisi, kembali memanggut bibirnya.</div><div class="separator" style="clear: both;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both;">Sudah terasa kepala kemaluanku mencari sangkarnya. Dengan dibantu tangannya, diarahkan ke lubang kewanitaannya. Sedikit demi sedikit kudorong pinggulku, “Aakh.. sshh.. pelan-pelan ya Ian, aku masih perawan”, katanya. “Haa..” aku kaget, benar rupa-rupanya dia masih suci. Dengan sekali dorong lagi sudah terasa licin. Blesst, “Aahk..” teriak Vivin, kudiamkan sebentar untuk menghilangkan rasa sakitnya, setelah 2 menitan lamanya kumulai menarik lagi batang kemaluanku dari dalam, terus kumaju mundurkan. Mungkin karena baru pertama kali hanya dengan waktu 7 menit Vivin.. “Aakh.. ushh.. ussh.. ahhkk.. aku mau keluar Ian”, katanya. “Tunggu, aku juga sudah mau keluar akh..” kataku. Tiba-tiba menegang sudah lubang kemaluannya menjepit batang kemaluanku dan terasa kepala batang kemaluanku disiram sama air surganya, membuatku tidak kuat lagi memuntahkan.. “Crot.. crot.. cret..” banyak juga air maniku muncrat di dalam lubang kemaluannya. “Aakh..” aku lemas habis, aku tergeletak di sampingnya. Dengan lembut dia cium bibirku, “Kamu menyesal Ian?” tanyanya. “Ah nggak, kitakan sama-sama mau.” </div><div class="separator" style="clear: both;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both;">Kami cepat-cepat berberes-beres supaya tidak ada kecurigaan, dan sejak kejadian itu aku sering bermain cinta dengan Ibu Vivien hal ini tentu saja kami lakukan jika di rumah sedang sepi, atau di tempat penginapan apabila kami sudah sedang kebelet dan di rumah sedang ramai. sejak kejadian itu pada diri kami berdua mulai bersemi benih-benih cinta, dan kini Ibu Vivien menjadi pacar gelapku.</div>Dunia Sekshttp://www.blogger.com/profile/15389449240222132554noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2137379910062327546.post-59595614736069298372012-06-04T00:33:00.001+07:002012-06-04T00:33:42.042+07:00Aku dan Mbak TiyahAwalnya aku pikir bersetubuh dengan wanita adalah hal yang biasa-biasa saja, atau kenikmatannya sama saja dengan waktu kita beronani dikamar mandi saat kita lagi butuh kepuasan, itu pendapatku waktu itu. Kebiasaanku beronani atau kata orang ” nyoli ” dimulai waktu usiaku masih 17 tahun ketika aku duduk dikelas tiga S M P. Telah menjadi kebiasaanku sepulang sekolah aku harus pergi kesawah untuk mencari sekarung rumput makanan dua ekor kambingku saat masih dikampung, kini aku tinggal di Jakarta bersama budeku. Memang kedua orang tuaku adalah peternak yang kurang sukses.<br />
<br />
Karena terbentur utang yang tak kunjung lunas akhirnya hewan perliharaanya tersisa dua ekor lagi. Teman setiaku adalah wawan, rumahnya persis didepan rumahku hanya dibatasi sebuah jalan kecil yang menghubungkan kesebuah danau diantara rumah kami berdua. Waktu itu hari menjelang sore, aku bergegas berganti pakaian sehabis makan sore sepulang sekolah lalu ku ambil sabit yang terselip didinding dapur rumahku yang terbuat dari anyaman bambu, serta tak lupa kutarik karung yang tergeletak dibawah meja makan, kemudian kutaruh keduanya diatas sadel belakang sepeda kesayanganku sambil makan pisang aku bergegas kerumah wawan untuk meminjam asahan menajamkan sabitku supaya mudah menebas rumput, setelah sampai didepan pintu aku masuki rumahnya lalu kupanggil dia ” wan..” iya..jawab wawan dari kamar. ” pinjam asahnya dong wan “, sembari trus berjalan ” dibelakang ko, di kamar mandi, ambil aja, saya lagi ganti pakaian” jawab wawan dari kamar. ” cepatan wan..udah sore nih..” Pintaku ke wawan.<br />
<br />
Aku lalu kedapur karena memang kamar mandinya ada diluar, dibelakang rumah. Kamar mandi dikampungku umumnya hanya terbuat dari terpal yang dililitkan diempat tiang yang terpancang ditanah, itupun hanya sepatas pinggul, pendek. Pabila kita mau mandi ya harus duduk supaya nggak kelihatan. Pintu kamar mandinya pun hanya di tutupi dengan handuk, sebagai simbol menandakan kalo didalam kamar mandi ada yang sedang mandi. Kubuka pintu dapur yang menuju keluar - kekamar mandi, memang kamar mandinya di keliling pohon pisang dan rambutan jadi kurang begitu jelas kalo terlihat dari pintu dapur rumah wawan. Setelah beberapa langkah mendekati kamar mandi byur..suara orang sedang mandi betapa kagetnya ketika kulihat kearah kamar mandi, aku pikir tak ada orang dikamar mandi karena tak ada handuk yang terjuntai dipintunya. Sungguh pemandangan yang spektakuler waktu itu, betapa tidak Mbak tiyah kakaknya wawan yang masih kelas 3 SMU Negeri 1 di kampungku itu sedang asik mandi tanpa sehelang benangpun yang menutupi indah tubuhnya. Dibawah kuncuran air yang tertampung dalam kotak segi empat terbuat dari semen yang digantung diatas kamar mandi ia asik membersihkan pantat dan pinggangnya yang ramping, karena ia membelakangiku ia tak tahu kehadiranku aku tertengun kuperhatikan dari ujung kakinya lalu naik kepahanya mulus, putih gempal ditumbuhi bulu lembut diatas lututnya, aku tak tahan pandanganku trus naik kearah pantat luar biasa padat dan berisi ujung pantatnya yang menyembul bergoyang ? goyang ketika Mbak tiyah mengoyangkan kepalanya yang sedang ia keramasi.<br />
<br />
Dia membalikkan badannya, semetara aku telah bersembunyi dilebatnya pohon pisang kulihat payudaranya membusung keatas indah dan sekal berjuntai kesana kemari seperti balon yang terisi air, diujung payudara sebelah bawah ada daging kecil warna coklat muda yang agak menonjol dan astaga..!! pandanganku turun kebawah perutnya, ramping sekali dan pusarnya indah serta bersih ..apa itu.. disela-sela kedua panggkal pahanya ada tonjolan daging yang belah ditengahnya ditumbuhi bulu ? bulu halus hampir sampai lubang pusarnya. Aku tetap diam dibalik pohon pisang sembari mataku tak lepas dari pandangan kearah kamar mandi. Aku nikmati pemandangan itu sampai Mbak tiyah selesai mandi, baru aku mengambil asahan kemudian mengajak wawan pergi kesawah untuk mencari rumput.<br />
<br />
Malam harinya pikiranku nggak bisa tenang, selalu terbayang dengan busungan kedua payudara dan bulu-bulu halus diselangkangan Mbak tiyah, sambil terbaring dikamar yang telah kukunci kucoba untuk memejamkan mata tetap saja terbayang, akhirnya pikiranku tak bisa tenang perlahan kumasukan jari-jari tangan kananku dibalik sarung, trus kebawah diantara kedua panggkal pahaku lalu tanganku kususupkan kebalik celana dalam merk Sony yang sedang kukenakan, kupegangi bulu-bulu dipangkal kemaluanku, walau baru tumbuh sedikit namun terasa kasar kutarik-kutarik perlahan-lahan bulu yang tumbuh disekitar pangkal penis, penisku menegang beberapa urat terasa menyembul dipinggir batang kemaluanku, kutarik tanganku kemudian kuludahi permukaan tanganku lalu kumasukan kembali kebalik sarung sementara celana dalamku telah kulepas tapi masih tersangkut dimata kakiku.<br />
<br />
Ku urut pelan-pelan sembari kuremas-remas penisku, makin lama terasa nikmat sekali. Namun baru beberapa urutan genggaman tanganku pada penis terasa mulai seret dan panas karena ludahku mengering. Disamping ranjangku diatas meja belajar ada sebotol handbody lotion yang selalu kupakai sehabis mandi, ku ambil dan kutuangkan dipermukaan tanganku, ku oleskan diseluruh batang kemaluanku setelah itu ku genggam seraya kemudian posisi tubuh kuberbalik dan sekarang aku tengkurap sembari menggenggam batang kemaluanyang makin membesar kupejamkan kedua mataku seolah ? olah aku sedang menindih Mbak tiyah, kutekan perlahan-lahan pantatku sangat teratur naik turun, tanganku kubiarkan saja menempel dikasur sembari tetap menggenggam batang penisku.<br />
<br />
Napasku mulai tersengal gerakanku semakin cepat ku kuremas ? remas batang kemaluanku kubayangkan kalau kemaluanku terjepit diantara selangkangan Mbak tiyah yang berbulu halus itu makin lama kurasakan makin “nikmat oughh.. Mbak tiyah.. enaakk..” desahku ada sesuatu yang terasa makin memuncak makin dekat kelubang penisku dan akhirnya “oughh..croott.. crott.. enakk Mbak tiyahh..”segumpal cairan warna kuning-kecoklatan agak kental keluar mengalir dari ujung penisku, aku terkulai lemas, kubalikkan tubuhku sekarang aku terlentang keringat mengucur disekitar dada dan wajahku, pelan ?pelan ku urut batang kemaluanku ke arah atas ku peras sisa ? sisa buih kenikmatan yang masih tersisa, mungkin aku lelah karena kegiatan itu ku ulangi sampai tiga kali malam itu sampai-sampai handbody lotionku habis..akhirnya ku tertidur pulas..<br />
<br />
Tepatnya malam tanggal 17 Agustustus 1995 wawan datang kerumahku, lalu mengajakku main kerumahnya tujuannya untuk menyelesaikan pe-er bahasa inggris dari Bu guruku, memang pelajaran yang paling kusuka disekolah adalah bahasa inggris. Sesampai dirumahnya kulihat diruang tamu Mbak tiyah sedang tidur terlentang sambil menonton TV, ” kok sendiri mbak, Bapak sama Ibu pada kemana?? tanya ku kepadanya sembari kulirik buah dadanya menonjol dibalik t-shirt warna ungu yang sangat ketat melekat ditubuhnya serta memperlihatkan lubang pusarnya. ” lagi ke rumah saudara ko, ada yang nikahan di Jakarta ” ujarnya ” ada pe-er malem ini ko?”, tanya dia” iya mbak, pe-er bahasa inggris, Mbak mau bantuin??, ku pancing dia. ” nggak ah, filmnya bagus entar aja ko, coba aja dulu entar kalo nggak bisa Mbak bantuin deh ” jawab Mbak tiyah, ” iya deh mbak, saya permisi dulu kekamar wawan nggak enak sama wawan udah nungguin” kataku, padahal aku masih ingin mengobrol bersamanya. Dikamar aku sibuk menyelesaikan pe ?er dimeja belajar wawan sementara wawan malahan baca majalah diatas ranjang yang terbuat dari papan tapi diatasnya ada kasur busanya, pe-er kali ini membuat kepalaku benar-benar pusing, akhirnya setelah pukul 11 malam baru pe-er itu dapatku selesaikan, karena asiknya membuka dan menutup kamus sampai-sampai aku lupa pada wawan, kutengok kearah ranjang kulihat ia telah terlelap tidur. Kututup kamus dan kurapikan meja belajar wawan.<br />
<br />
Kuselimuti dia, ahh lebih baik aku kedapur cari makanan pikirku karena rumah wawan sudah seperti rumahku sendiri, ketika ku melintas ruang tamu kulihat Mbak tiyah masih tidur terlentang didepan TV, hanya saja kini ia telah berganti pakain memakai baju tidur longgar bercorak bunga-bunga. ” Mbak belum tidur “, tanyaku ” belum ko, habis filmnya bagus, udah beres pe-ernya?” Mbak tiyah balik bertanya seraya ku duduk disampingnya tetapi aku menghadap ke TV sementara ia masih tidur-tiduran. ” mana wawan? “, tanya Mbak tiyah ” udah tidur dari tadi mbak, mungkin capek?” jawabku. ” ko kata wawan kamu pintar ngurut kepala ya?”, sembari Mbak tiyah menekan kepalanya seolah ? olah sedang pusing, atau memang pusing beneran aku tak tahu waktu itu. ” tolong pijitan kepala Mbak ko ” pintanya ” bisa sih sedikit mbak, kenapa?, kepala Mbak sakit, yang sebelah mana yang sakit Mbak ” sembari mulai kupegang kepalanya tepat diatas jidatnya, kutekan perlahan-perlahan.<br />
<br />
Tapi pandanganku tetap ke arah TV, tapi sumpah enggak tahu pikiranku mulai porno, sementara dibalik celana hawaiku, penisku nggak bisa diajak kompromi makin menegang. Aku tetap memijat disekitar kening Mbak tiyah, kulirik ia ternyata matanya tertutup mungkin menikmati pijitan tanganku. ” enak ko, kamu pintar mijatnya” kata Mbak tiyah. Aku hanya tersenyum. ” udah ko, pijitin pinggang Mbak iya” tanpa menunggu persetujuan dari ku kemudian ia membalikan tubuhnya. ” sebelah sini ko ” Mbak tiyah memegang pinggangnya menjelaskan letak yang harus ku pijat. Ku pegang pigangnya, ku urut dari mulai dari atas kebawah sambil ku tekan perlahan-lahan permukaan pigangnya tapi hanya sebatas pinggulnya tak lebih dari itu, aku takut dibilang kurang ajar. Tapi beberapa kali tanganku tersangkut baju tidurnya. ” susah ya ko, kamu ngurutnya, sebentar ko biar bajunya Mbak angkat keatas ” Mbak tiyah pegang ujung bajunya yang menutupi punggungnya hingga pinggulnya kemudian ia tarik hingga sebatas tali branya, tapi Mbak tiyah masih dalam posisi tengkurap. Ia letakkan tangan yang sebelah kiri diatas punggungnya.<br />
<br />
Aku benar-benar terpesona melihat permukaan kulit pinggul Mbak tiyah yang kamarin lusa hanya mampu kupandangi dari jauh kini ada di depan mataku, dapat ku sentuh dan kuraba. ” cepatan ko ” suara Mbak tiyah mengagetkanku. ” iya Mbak ” aku tergagap, kucoba tetap bersikap wajar ku tekan sebisa mungkin pikiran pornoku setelah sekian menit aku dan Mbak tiyah hanya diam sementara aku hanya mengurut dan Mbak tiyah sesekali mengeluh menahan tekanan tanganku, kucoba membuka pembicaraan ” kulit Mbak putih ya ” pujiku tetapi aku tetap mengurut dibagian pinggang Mbak tiyah pelan-pelan. Pijatanku kuarahkan kebagian bawah pertama kuberanikan memijat gundukan daging pantatnya, rasanya padat dan kenyal lalu kupegang dengan kedua tanganku kuremas-remas, aku hampir nggak bisa menguasai diri sepertinya Mbak tiyaHPun menikmati pijatan-pijatanku, desahan nafas Mbak tiyah makin jelas kudengar iramanya seperti orang sehabis lari pagi.<br />
<br />
Tiba-tiba Mbak tiyah berbalik kini ia terlentang. Aku kaget setengah mati, mati aku..pikirku aku pasti akan dicaci oleh Mbak tiyah atas ulahku yang kurang ajar. Tapi aneh Mbak tiyah justru tersenyum melihatku. Mbak tiyah bangun dari tidurnya, kulihat matanya sayu, dan bibirnya setengah terbuka dan basah sangat mengoda. ” sini tanganmu ko ” Mbak tiyah meraih kedua tanganku, aku diam saja aku bagai terhipnotis hanya desah napasku makin tak teratur. Diletakkannya kedua tanganku diatas payudaranya, ia bimbing kedua tanganku untuk meremas kedua payudara dibalik bajunya. Aku tak tahan ku angkat ujung bajunya lalu aku berdiri dan kutarik keatas melewati kepalanya hingga akhirnya bajunya terlepas dari tubuhnya, aku duduk lagi dihadapannya kupeluk dia, kupegang tali pengait BH warna ungu dipunggungnya, kutarik secara paksa, “aduhh, pelan-pelan ko sakit” ketika tali BH itu terlepas secara paksa.<br />
<br />
Kini payudara itu menyembul keluar, membusung indah ku pegang perlahan-lahan lalu kuremas-remas, “aughh..geli..enak..ko, auhghh pelan-pelan ko..” Mbak tiyah memegang lenganku semakin kecang pegangannya, mata Mbak tiyah kadang terbuka kadang tertutup. Ku pegang bagian bawah payudaranya kuangkat lalu kuarahkan mulutku kebagian puting payudara Mbak tiyah sebelah kiri, kumasukan kemulutku lalu ku gigit pelan-pelan, ” auhghh..enakk..ko..geli..ko, terus teruss enakk koo “, Mbak tiyah memeluk kepalaku, ia tarik rambutku sementara tangan kanannya membuka kancing celanaku lalu trus kebawah hingga masuk kebalik celana dalamku dan..auhh..ia pegang batang kemaluanku yang dari tadi telah menegang. Ia tarik kebawah celana hawaiku hingga terlepas, akupun tak tinggal diam ku pegang celana tidur Mbak tiyah kutarik hingga terpelorot sampai bawah.<br />
<br />
Ku baringkan Mbak tiyah diatas tilam warna ungu kemudian kepalanya kuangkat lalu kuselipkan bantal dibawah kepalanya. Tubuhku merosot kesebelah bawah sementara kini posisiku diatas Mbak tiyah sedangkan kedua pahanya mengapit pinggangku, tubuhku makin kebawah. Kusentuh bagian vital Mbak tiyah trus kubelai rambut ? rambut halus disekitar lubang kewanitaanya kucium perlahan lalu kugigit bagian daging yang menyembul keluar sebesar biji sirsak berwarna merah, Mbak tiyah merintih..uaghh..kamu pintar koo.. sementara kedua pahanya mengapit kepalaku menahan geli bercampur nikmat, kurasakan kini liang yang ada dipangkal Mbak tiyah itu makin lama makin mengeluarkan cairan yang memenuhi lubang kemaluanya.<br />
<br />
Posisiku kini berubah perlahan aku duduk didepan selangkangan Mbak tiyah ku pegang kedua pahanya Mbak tiyah kutaruh diatas lututku, kini didepanku terlihat jelas belahan liang kemaluan Mbak tiyah makin membelah hingga didalamnyapun terlihat jelas olehku karena terpaan sinar lampu diruang tengah itu, perlahan-lahan kumasukan jari tengahku kedalam lubang kemaluan Mbak tiyah baru kira ? kira satu cm ku putar ? putar jari tengah ku didalam kemaluan Mbak tiyah tepat diatas daging yang menonjol didalam liang itu.” Aughh..truss..ko..enak sekali..koo”,<br />
Mbak tiyah merintih-rintih semetara kedua tangannya berputar kesana kemari meraih apa yang bisa ia pegang, ku lihat Mbak tiyah bagai cacing kepanasan menggeliat kesana ? kemari. Ia berusaha meraih batang kemaluanku. ” Jokoo masukin punyamu ko” suara Mbak tiyah terdengar parau akibat tekanan birahi yang kian memuncak. Ku genggam batang penisku yang sudah mengencang dari tadi lalu tanganku yang sebelah kiri merenggangkan paha Mbak tiyah, terlihat jelas liang kemaluan Mbak tiyah makin menganga, batang kamaluanku makin dekat dengan lubang selangkangan Mbak tiyah lalu kuarahkan tepat ditengah dan bluuss..” aauu..sakit koo jangan kuat ?kuat nekannya,” teriak Mbak tiyah.<br />
” enaakk mbak, aughh punya Mbak tiyah enakk.. aku tak menghiraukan lagi teriakan Mbak tiyah. Awalnya lubang kemaluan Mbak tiyah terasa serat tapi lama ? kelamaan ada cairan yang mengalir hangat mengalir keluar dari rahim Mbak tiyah, hingga kini batang penisku dapat lancar keluar masuk kedalam lubang kenikmatan itu.<br />
Cepat..koo..tekan yang kuat punya Mbak mau keluar.. rintihan Mbak tiyah makin menjadi-jadi..sementara dekapannya dipunggungku makin kecang auhghh cepatt koo yang kuat nusukk nya..” rintih Mbak tiyah..”. “aughh..mbak punya saya mau keluaarr ..enaakk..enaakk..mbakk,..saya..sayang..mbak..auhg hh..mbak kerluarr..enakk..enakk..mbak..”kugigit payudara Mbak tiyah, lalu ku sedot-sedot puting Mbak tiyah..ada sesuatu yang kian memuncak mendekati..” enaakk koo truss koo Mbak sayang joko juga..” dan akhirnya crott..crott..air maniku tumpah diatas perut Mbak tiyah..aku terkulai lemas ku kecup lembut bibir Mbak tiyah..mbak tiyah hanya diam dan tersenyum..puas walau disela matanya kulihat ada air mata.<br />
<br />
Kulirik jam dinding ternyata tengah malam telah terlewati, ku kenakan kembali celanaku, sementara Mbak tiyah habis membenahi pakaian dan rambutnya yang acak-acakan lalu menuju makar mandi. Ku langkahkan kaki menuju kamar dan aku tidur disamping sahabat karibku wawan.<br />
<br />
Sebulan setelah kejadian itu Mbak tiyah lulus sekolah kemudian atas saran kedua orang tuanya ia melanjutkan kuliahnya di Yogyakarta. Salam sayang ku buat Mbak tiyah yang cantik jika sempat baca cerita ini semoga engkau tetap sayang padaku “melati”mu.<br />
<div><br />
</div>Dunia Sekshttp://www.blogger.com/profile/15389449240222132554noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2137379910062327546.post-10433564432243358672012-06-03T23:30:00.001+07:002012-06-03T23:32:50.620+07:0010 Rahasia Cewek Paling Penting<span style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: x-small;"></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: x-small;">Kali ini <b><a href="http://duniasekz.blogspot.com/" target="_blank">sekzier</a></b> akan membahas mengenai <b>10 Rahasia Cewek Paling Penting</b>. Semoga tips mengenai <i>10 Rahasia Cewek Paling Penting</i> ini berguna buat sekzier sekalian. Daripada lama-lama, langsung aja cekidoot postingan <u><a href="http://duniasekz.blogspot.com/2012/06/10-rahasia-cewek-paling-penting.html" target="_blank">10 Rahasia Cewek Paling Penting</a></u> :</span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: x-small;"><br />
</span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: x-small;">1. Kalau ada Cewek cantik tapi dia lagi Jomblo kemungkinannya cuma:</span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: x-small;">> Habis putus sama Cowoknya, sehingga masih agak trauma.</span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: x-small;">> Dilarang pacaran sama ortunya</span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: x-small;">> Memang Cewek tersebut sangat perhitungan sehingga kategorinya banyak</span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: x-small;"><br />
</span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: x-small;">2. Kalau cewek kita bilang "Wah bagus banget tasnya/dompetnya!" pas kita jalan bareng sama dia (waktu di mall) artinya : Dia sangat suka barang itu, tapi malas untuk membelinya, kalau dibeliin pasti mau (memang kepingin dibeliin).</span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: x-small;"><br />
</span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: x-small;">Karena: pada dasarnya cewek senang menerima hadiah, suprise (kejutan kecil).</span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: x-small;"><br />
</span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: x-small;">3. Kalau cewek kita tiba2 mudah tersulut emosinya, padahal biasanya masalahnya sepele dan sering terjadi tetapi pada hari itu sangat meledak2 atau tiba2 marah2 kasar dengan permasalahan yang ga jelas, maka yang perlu kita lakukan adalah:</span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: x-small;">> Segera check siklus menstruasinya apakah pas maunya datang bulan.</span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: x-small;">> Dia lagi stress masalah kuliah/pekerjaan atau keluarga atau masalah yang lain.</span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: x-small;"><br />
</span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: x-small;">Karena : pada dasarnya cewek sulit memisahkan masalah sehingga bisa terbawa2 (cewek cenderung ke emosi)</span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: x-small;"><br />
</span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: x-small;">4. Bila lagi PDKT dan kita nembak ke Cewek trus dia bilang beri waktu beberapa hari untuk menjawab, kemungkinannya:</span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: x-small;">> Dia lagi mikirkan apakah cocok dengan dia, keluarganya, masa depannya, temen2nya, bagaimana pergaulannya nanti setelah pacaran, untung rugi pacarannya, semuanya dia simulasikan selama beberapa hari tersebut. Dan biasanya cewek akan meminta suggest dari temen2 terdekatnya. Oleh karena itu penting untuk mengenal temen terdekat dia sebelum jadian, karena bisa mendapatkan segala info cewek idaman kita.</span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: x-small;"><br />
</span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: x-small;">Karena : pada dasarnya waktu kita pdkt, kadang cewek ga peka kalau dirinya sedang di PDKT. Maka begitu kita tembak untuk menjadi pacarnya, dia biasanya kaget (terutama bila waktu pdktnya sangat singkat kurang dari 1bulan), dan sebenernya si cewek belum jatuh cinta sama kita. Dia masih sebatas simpati saja, dia menjawab mau jadi pacarnya setelah melewati pemikirannya. Jadi hati2 bagi cowok, jangan kepedean bila cewek jawab mau jadi pacar kita, sebenernya dia belum jatuh cinta, tetapi setelah kita jadian dan semakin lama kita mengenal dia, barulah dia benar2 jatuh cinta.</span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: x-small;"><br />
</span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: x-small;">5. Cewek biasanya sangat jual mahal saat kita bertengkar, maksud jual mahal disini adalah, dia ga mau membeberkan masalah penyebab dirinya marah. Kita sebagai cowok mesti ngerayu dia dengan sabar, baru dia mau ngomong.</span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: x-small;"><br />
</span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: x-small;">Karena :cewek sangat senang dihargai, diagung2kan diatas segala2nya. Bila dia udah mendapat itu, barulah dia mau memberitahukan rahasia2nya.</span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: x-small;"><br />
</span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: x-small;">6. Bukan hanya cowok yang bisa jablay, cewek juga bisa jablay kalau tidak pernah dibelai2. Belaian, bergandengan tangan, berpelukan terkadang bagi cowok hal yang sepele, tapi hati2 bagi cewek ini bisa jadi masalah besar.</span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: x-small;"><br />
</span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: x-small;">Karena : Cewek pada dasarnya senang dimanja.</span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: x-small;"><br />
</span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: x-small;">7. Cewek terkadang juga sering melakukan beberapa test kecil terhadap pasangannya. Berhati-hatilah, bukan tidak mungkin anda akan dijebak, karena biasanya akan ada penggoda utusan dari pasangan anda sendiri. (bagai ikan kucing disodori ikan pindang, ya dicaplok)</span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: x-small;"><br />
</span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: x-small;">Karena: gw juga heran kenapa cewek ga bisa mengerti kedalaman hati cowoknya ya? Padahal cowok mengakui bahwa cewek sulit dimengerti. Berarti cowok adalah makhluk yang mudah dimengerti, tul ga? Nah mengapa cewek yang rumit tidak dapat mengerti cowok yang begitu simple?</span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: x-small;"><br />
</span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: x-small;">8. Cewek sangat membutuhkan KEHADIRAN NYATA dari cowoknya, bukan sms/chatting/telepon. Warning buat yang pacaran jarak jauh, mesti inget CEWEK MEMBUTUHKAN KEHADIRAN NYATA COWOKNYA</span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: x-small;"><br />
</span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: x-small;">9. Pertanyaan dari Cewek terkadang tidak membutuhkan jawaban lho!!Just cuma cerita kesana kemari, so dengerin aja.</span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: x-small;"><br />
</span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: x-small;">10. Masalah penampilan, ce tidak terlalu memperhatikan gaya dandan dari cowoknya. Yang penting charming!!!Jadi jangan heran kalau udah dandan keren2 tetep ga bisa menarik perhatian tuh cewek. Contact with her personaly baru akan menarik cewek tersebut.</span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: x-small;"><br />
</span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: x-small;">Sementara beberapa point dulu, ntar kalau ada lagi gw tambahin. Temen2 yang cowok tambahin juga donk rahasia wanita berdasarkan pengalaman kalian. Karena semakin hari gw sering melihat beberapa cowok dimainin sama ceweknya, dihabisin keuangannya sementara ceweknya sendiri selingkuh sama pria idaman lain. Tapi ada juga cowok yang mau bayarin atau dihabisin keuangannya karena dia bisa mendapatkan sesuatu dari cewek tersebut.</span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: x-small;"><br />
</span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: x-small;">NOTE: Tips ini tidak berlaku buat cewek bisyar, bispak dan bookingan, karena mereka adalah "money oriented" not "Love oriented"</span>Dunia Sekshttp://www.blogger.com/profile/15389449240222132554noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2137379910062327546.post-10875483576992741062012-05-20T21:18:00.001+07:002012-06-04T00:10:33.996+07:00Kisahku dengan Adik SepupuNamaku Kate. Aku berusia 21 tahun pada tahun 2010 ini. Kulitku tidak termasuk putih untuk seorang cewek keturunan Chinese. Rambutku lurus dengan panjang sepunggung. Tinggi badanku 161 cm dengan proporsi tubuh yang tergolong langsing. Aku memakai bra yang berukuran 34 A. Kemaluanku ditumbuhi oleh sedikit rambut yang mempermanis penampilan kemaluanku itu. <br /><br />Aku sendiri kuliah di sebuah universitas swasta yang cukup terkenal di kawasan selatan Surabaya dengan mengambil jurusan Ekonomi Manajemen. Teman-temanku baik yang cewek maupun yang cowok menganggap aku sebagai seorang gadis yang menarik sebab sifatku yang cukup periang dan mudah bergaul dengan siapa saja selain karena aku sendiri memiliki paras yang cukup menarik pula walaupun aku sendiri tidak merasa demikian. Selain itu, cara berpakaianku yang terkadang sedikit nakal meninggalkan sering kesan kepada teman-teman cowokku kalau aku adalah cewek yang seksi. <br /><br />Banyak teman-teman cowokku yang berusaha menjadikanku sebagai pacar mereka, tetapi sampai hari ini aku masih menolak semua sebab aku masih ingin menikmati pergaulanku dengan teman-teman cowokku tanpa ada dibatasi oleh rasa cemburu pacarku. Pada suatu sore di hari Sabtu, aku sedang chatting dengan beberapa orang yang biasanya aku kenal melalui internet. <br /><br />Seperti biasanya, kegiatan ini kulakukan sambil hanya mengenakan bra dan celana dalam saja di depan komputerku sebab sering kali topik dalam pembicaraan berubah menjadi semakin menuju ke arah yang bersifat seks sehingga sedikit banyak aku sering pula hanyut dalam suasana ini. Hal yang paling aku sukai dalam chatting adalah bila lawan chattingku mulai menanyakan pakaian yang aku pakai saat itu sebab biasanya mereka akan terkejut bila aku mengatakan bahwa waktu itu aku hanya sedang mengenakan bra dan celana dalam saja. <br /><br />Selanjutnya mereka akan mulai menyuruhku mendeskripsikan bra dan celana dalam yang aku pakai kepada mereka yang tentu saja kulakukan dengan senang hati. Aku sebenarnya agak bosan dengan pembicaraan yang mengajakku untuk melakukan cyber sex ataupun berhubungan seks secara langsung sehingga biasanya aku tolak dengan halus. <br /><br />Bila tetap membandel, biasanya mereka langsung kuacuhkan begitu saja. Sebaliknya aku sangat berminat bila lawan chattingku menanyakan kegiatanku yang berkaitan dengan kehidupan seks yang aku jalani baik itu kesukaanku dalam berpakaian, kegiatan harianku yang berkaitan dengan seks ataupun fantasiku. Setelah beberapa saat duduk di depan komputerku, aku semakin merasa terangsang. <br /><br />Aku bangkit dari kursiku dan membuka laci lemari pakaianku serta mengeluarkan sebuah vibrator mini yang merupakan mainan kesayanganku. Aku duduk kembali di depan komputerku dan menggeser celana dalamku ke samping sehingga tidak menutupi kemaluanku lagi. <br /><br />Dengan sebelah tanganku, kubuka sedikit lubang kemaluanku sementara tanganku yang satu lagi memasukan kepala vibrator mini itu ke dalam lubang kemaluanku sampai terbenam seluruhnya. Pada waktu memasukan vibrator itu, ada rasa nikmat yang menjalari seluruh tubuhku. <br /><br />Setelah selesai, kini terlihat dari lubang kemaluanku hanya menjuntai keluar sebuah kabel yang tidak terlalu panjang menuju ke sebuah panel kontrol yang dipergunakan untuk mengoperasikan vibrator mini itu. <br /><br />Kemaluanku kututupi kembali dengan celana dalamku sementara panel kontrol vibrator mini itu kuikatkan ke paha kananku dengan menggunakan sebuah pita yang berwarna merah muda. Setelah itu, aku kembali melakukan aktifitas chatting seperti biasanya. Sambil chatting, aku mencoba mengecek email yang masuk. <br /><br />Biasanya email-email yang bernada untuk mengajak berhubungan seks langsung kuhapus sedangkan mereka yang ingin berkenalan dan tanya-tanya aku layani dengan senang hati. Sebelum mengecek email, aku memutuskan untuk menyalakan vibrator miniku yang telah terpasang dalam kemaluanku dengan kecepatan getaran yang agak pelan. <br /><br />Walaupun demikian, perasaan yang ditimbulkan tetap terasa nikmat sehingga beberapa kali aku salah mengetik login emailku sebelum aku dapat mengetikkan k4t3l14n@yahoo.co.id dengan benar. Saat sedang membaca email, tiba-tiba pintu kamarku terbuka. Rupanya adik sepupuku yang berusia 18 tahun masuk ke kamarku tanpa permisi ataupun mengetuk pintu dahulu. <br /><br />Tentu saja adik sepupuku terperangah melihatku yang hanya memakai celana dalam dan bra saja sambil duduk di depan komputerku. Perasaanku sendiri bercampur aduk antara malu, terkejut, namun ada sedikit rasa senang karena dari tatapan mata adik sepupuku, aku melihat kalau dia sangat tertarik dengan tubuhku. <br /><br />Aku mengetahui bahwa selama ini adik sepupuku ini tertarik pada diriku, namun aku sendiri tentu saja tidak menangggapinya sebab aku hanya menganggapnya sebagai adik laki-laki sendiri. Satu hal yang tidak terduga adalah kini dia melihat diriku yang setengah telanjang di depannya. <br /><br />“Maaf, kak.. Aku tadi mau pinjam flash disk kakak”, katanya dengan gugup sambil terus memandang tubuhku. “Iya, bentar ya. Kakak ambil dulu”, kataku dengan sedikit canggung pula. Aku bangkit dari kursi komputerku dan menuju ke meja tulisku dengan diiringi pandangan mata yang tidak terputus dari adik sepupuku. <br /><br />Tanpa terasa tubuhku agak gemetar selain karena rasa nikmat yang disebabkan getaran vibrator mini yang tertancap di dalam kemaluanku, baru kali ini aku dilihat dalam keadaan seperti ini oleh seorang laki-laki, namun anehnya aku tidak merasa ingin menutupi tubuhku dari pandangan mata adik sepupuku. Walaupun demikian, aku berharap kalau kabel mini vibrator yang menjuntai antara kemaluan dan pahaku tidak menjadi perhatian adik sepupuku ini. <br /><br />Namun dari pandangan matanya ke arah selangkanganku, sepertinya dia sudah tahu kalau aku memasukkan sesuatu ke dalam kemaluanku. Setelah mengambil flash disk yang terletak di atas meja tulisku, kuberikan kepada adik sepupuku dengan tangan yang sedikit gemetar. “Ini..”, kataku singkat sambil menyerahkan flash diskku. <br /><br />“Makasih, kak.. “, katanya. Kulihat tangannya juga agak gemetaran waktu menerimanya. “Tolong tutup pintunya lagi, ya..”, kataku. “Iya..”, katanya. Aku membalikkan tubuhku kembali menuju ke meja komputer untuk meneruskan kegiatan chattingku sementara pintu kamarku menutup di belakangku. <br /><br />Kali ini aku agak tidak konsentrasi terhadap kegiatanku ini. Kejadian yang barusan terjadi membayang-bayangiku. Tiba-tiba timbul perasaan yang ganjil dalm diriku yaitu keinginanku untuk dirayu dan dicumbu oleh adik sepupuku. Diam-diam aku berharap dia akan melakukan hubungan seks denganku. Tampang adik sepupuku tergolong tampan dan menjadi idola di sekolahnya. Dalam pikiranku waktu itu , aku merasa tidak terlalu buruk untuk melakukan hubungan seks sekali dua kali dengan dirinya. <br /><br />Pikiranku itu terus berkecamuk dalam kepalaku dan membuatku tidak berminat untuk meneruskan kegiatan chattingku lagi. Aku bangkit dari meja komputerku dan membaringku tubuhku yang masih terbalut bra dan celana dalam saja di atas tempat tidurku. <br /><br />Kunaikkan kekuatan getaran vibtaror miniku yang dari tadi menggetari lubang kemaluanku. Sensasi yang dihasilkan oleh getaran vibrator mini yang semakin kuat ini membuat diriku semakin terangsang. Aku mulai menyelinapkan tanganku ke balik braku dan meremas-remas kedua payudaraku sendiri sambil sesekali merangsang puting payudaraku. <br /><br />Setelah agak lama aku merangsang diriku sendiri, aku akhirnya merasakan orgasme yang sangat dasyat. Kedua tanganku meremas kedua payudaraku kuat-kuat sedangkan kakiku mengesek-gesek seprai tempat tidur sampai akhirnya aku merasakan orgasme dengan sempurna. Aku semakin tidak dapat menahan nafsu birahiku. Kulepaskan kaitan braku lalu kuloloskan tali bahunya melalui kedua lenganku. Kini kedua payudaraku menjadi terbuka dan leluasa untuk kumain-mainkan. <br /><br />Kuloloskan pula celana dalamku sehingga kali ini aku berada dalam keadaan telanjang bulat. Satu-satunya benda yang masih melekat di badanku adalah vibrator miniku yang dari tadi menancap di lubang kemaluanku. Kulepaskan panel kontrol vibrator miniku dari ikatan di pahaku dan mengatur getarannya semakin kuat. <br /><br />Kali ini aku merasakan semakin nikmat. Mataku setengah terpejam dan nafasku mendesah-desah karena menahan perasaan nikmat yang terus membanjiri tubuhku melalui lubang kemaluanku. Tubuhku menggeliat-geliat di atas tempat tidurku. Sesekali kedua tanganku meremas-remas payudaraku sendiri. <br /><br />Lama sekali aku merasakan kenikmatan ini. Beberapa orgasme kulalui dengan diiringi teriakan-teriakan kecil. Akhirnya aku mengambil panel kontrol vibrator miniku dan mematikan getarannya. Aku tetap berbaring di tempat tidur untuk menenangkan nafsu birahi dan nafasku yang memburu. <br /><br />Keringatku yang membasahi tubuhku kulap dengan selimut. Tidak sadar akhirnya aku jatuh tertidur dalam keadaan telanjang bulat sementara celana dalam dan braku berserakan di atas tempat tidur di sekitarku. Entah berapa lama aku tertidur, namun antara setengah sadar, aku merasakan ada seseorang yang membuka pintu kamarku. <br /><br />Sosok itu kemudian berjingkat-jingkat menghampiri diriku yang ada di atas tempat tidur dan duduk di sebelahku. Aku sendiri belum sepenuhnya sadar dari tidurku sehingga aku masih mengira kalau aku bermimpi. Sosok itu kemudian meletakan tangannya di atas dadaku dan mulai memain-mainkan payudaraku. Payudaraku dibelai-belai diremas-remas dengan lembut. Sesekali putingku dimain-mainkan. <br /><br />Bila aku melakukan sedikit gerakan, maka gerakan tangan sosok itu juga berhenti, sebaliknya jika aku diam, maka sosok itu kembali memain-mainkan kedua payudaraku. Setelah beberapa saat, sosok itu mengalihkan tangannya ke arah selangkanganku. Kurasakan jari-jarinya menyentuh kemaluanku dan kemudian memainkan biji itilku. <br /><br />Aku sendiri sangat menikmati perlakuan ini dan mulai mendesah-desah pelan. Terasa bahwa cairan kewanitaanku mengalir membasahi kemaluanku. Sesaat sosok itu menghentikan permainannya di kemaluanku, namun sewaktu melihat reaksiku tidak lebih dari mendesah-desah saja, maka sosok itu terus memainkan biji itil kemaluanku. <br /><br />Sambil memainkan biji itilku, kali ini sosok itu mendekatkan kepalanya ke arah dadaku dan menciumi kedua payudaraku. Secara tidak sadar, kedua tanganku merangkul kepalanya dan membelai-belai rambut sosok itu sambil menahan kepala itu agar tidak lepas dari kedua payudaraku. Birahiku kembali membara. Aku tidak peduli dengan identitas sosok itu. Aku hanya peduli sosok itu memberikan kenikmatan yang luar biasa bagiku. <br /><br />Merasakan reaksiku yang demikian, sosok itu semakin berani mencumbuku. Beberapa kali ciumannya diarahkan ke leher dan kemudian di bibirku. Saat bibir kami bertemu, aku membuka mataku dan melihat bahwa ternyata sosok itu adalah adik sepupuku sendiri. Dengan sedikit kaget, aku mendorong dirinya agar menjauh dariku. Kulihat dia juga sedang dalam keadaan telanjang bulat. Batang kejantanannya berdiri dengan gagahnya. Aku menjadi agak bernafsu juga pada saat melihatnya. <br /><br />“Kak, maafkan aku.. “, katanya dengan nada takut. Aku segera menguasai diriku dan menarik nafas lalu berkata dengan lembut, “Ngak apa-apa. Teruskan saja..” Sesaat dia terlihat agak ragu, namun segera saja kuraih kepalanya lalu kucium bibirnya. Melihat reaksiku yang demikian, adik sepupuku kembali meraih kedua payudaraku dan memainkannya kembali. <br /><br />Dengan sebelah tanganku, kuarahkan tangan kanannya ke arah selangkanganku sebagai tanda bahwa aku ingin dia memain-mainkan biji itil kemaluanku lagi. Kali ini adik sepupuku sudah tidak takut lagi, dia mulai mencumbuku dengan mesra. <br /><br />Beberapa saat lamanya kami bercumbu sebelum akhirnya dia melepaskan cumbuannya. “Kak, aku ingin mencium memekmu..”, katanya. “Lakukan apa saja yang kam mau. <br /><br />Ngak usah minta ijinku”, kataku. Adik sepupuku membaringkan tubuhku di atas tempat tidur lalu membalikan tubuhnya di atasku sehingga kami berada dalam posisi 69. Aku mengerti keinginannya. Rupanya dia ingin batang kejantanannya dikulum olehku sementara dia sendiri menjilati kemaluanku. Kuraih batang kejantanannya dengan tanganku dan kumasukan ke dalam mulutku. <br /><br />Sesaat kemudian kurasakan bibir dan lidahnya mendarat di kemaluanku dan kami memulai permainan kami berikutnya. Jilatan demi jilatan terus kurasakan menjalari kemaluanku sembari memberikan rasa nikmat yang luar biasa sementara aku sendiri sibuk memainkan batang kejantanan adik sepupuku dengan mulutku. Setelah beberapa saat lamanya, kami melepaskan posisi kami. Aku tetap berbaring sementara adik sepupuku memutar badannya kembali menghadapkan wajahnya padaku. Birahiku membuatku kali ini meraih batang kejantanannya dan mengarahkannya ke lubang kemaluanku. <br /><br />Setelah kurasakan kepala batang kejantananya ada di depan lubang kemaluanku, aku berkata kepadanya, “Lakukanlah.. “ Dengan sebuah hentakan lembut pinggul adik sepupuku, batang kejantanannya menghujam masuk ke dalam lubang kemaluanku. Aku berteriak tertahan karena merasakan nikmatnya batang kejantanan adik sepupuku saat memasuki lubang kemaluanku. Adik sepupuku kemudian menggerak-gerakan pinggulnya untuk menusuk-nusuk lubang kemaluanku. Kami kembali berciuman dengan bibir kami sementara tangan kanan adik sepupuku menggerayangi payudara kiriku. <br /><br />Nikmat yang kali ini aku rasakan sungguh berbeda dengan menggunakan vibrator miniku. Ini adalah kenikamatan seks yang sejati. Aku mendesah-desah terus dengan nikmat. Keringat membanjiri tubuh kami. Sesekali adik sepupuku juga mendesah-desah. Pada saat mengalam orgasme, aku berteriak kecil sambil tanganku meremas lengan adik sepupuku. Setelah beberapa kali aku mengalami orgasme, kali ini adik sepupuku yang akan mengalami orgasme. <br /><br />“Kak, aku mau keluar..”, katanya terengah-engah karena masih terus menyetubuhiku. “Ngak apa-apa. Keluarkan aja. Kakak ngak lagi subur”, kataku pula sambil menahan rasa nikmat yang luar biasa. Tak lama kemudian, aku merasakan semprotan cairan sperma adik sepupuku di dalam lubang kemaluanku sementara adik sepupuku berteriak karena mencapai orgasme. Setelah itu, adik sepupuku terkulai lemas di atas tubuhku dan kupeluk sambil kubelai-belai rambutnya. “Enak ya ?”, tanyaku. <br /><br />“Enak sekali, kak..”, katanya. Setelah berbaring sebentar di atas tubuhku, adik sepupuku berhasil mengumpulkan sedikit kekuatannya lalu mencabut batang kejantanannya dari lubang kemaluanku. Cairan sperma yang masuk ke dalam rahimku kembali keluar sebagian melalui lubang kemaluanku. Dengan tanganku kutampung lelehan cairan sperma itu. Setelah itu, kemaluanku kuseka begitu saja dengan tanganku agar bersih dari cairan sperma. <br /><br />Cairan sperma yang ada di tanganku kemudian kumasukan ke dalam mulut dan kulijati jari-jari tanganku yang blepotan cairan sperma itu sampai bersih. Ternyata minum cairan sperma itu menyenangkan juga. Sementara aku melakukan itu, adik sepupuku telah kembali ke kamar tidurnya. Aku tidak peduli dengan hal itu. Aku merasa sangat capek dan sekali lagi jatuh tertidur dalam keadaan telanjang. <br /><br />Sejak hari itu, hubunganku dengan adik sepupuku dalam keseharian menjadi canggung, bahkan bisa dikatakan jarang bertegur sapa. Walaupun demikian, adik sepupuku masih sering kali masuk ke dalam kamarku hanya untuk melakukan hubungan seks denganku. Di luar kamar kami terasa asing, namun kami sangat dekat di atas tempat tidurku.<br />ria di forum Juragan DEWAZA<br /><br />TamatDunia Sekshttp://www.blogger.com/profile/15389449240222132554noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2137379910062327546.post-79598826436369547742012-05-20T21:18:00.000+07:002012-06-04T00:04:56.783+07:00Kisahku dengan Adik SepupuNamaku Kate. Aku berusia 21 tahun pada tahun 2010 ini. Kulitku tidak termasuk putih untuk seorang cewek keturunan Chinese. Rambutku lurus dengan panjang sepunggung. Tinggi badanku 161 cm dengan proporsi tubuh yang tergolong langsing. Aku memakai bra yang berukuran 34 A. Kemaluanku ditumbuhi oleh sedikit rambut yang mempermanis penampilan kemaluanku itu. <br /><br />Aku sendiri kuliah di sebuah universitas swasta yang cukup terkenal di kawasan selatan Surabaya dengan mengambil jurusan Ekonomi Manajemen. Teman-temanku baik yang cewek maupun yang cowok menganggap aku sebagai seorang gadis yang menarik sebab sifatku yang cukup periang dan mudah bergaul dengan siapa saja selain karena aku sendiri memiliki paras yang cukup menarik pula walaupun aku sendiri tidak merasa demikian. Selain itu, cara berpakaianku yang terkadang sedikit nakal meninggalkan sering kesan kepada teman-teman cowokku kalau aku adalah cewek yang seksi. <br /><br />Banyak teman-teman cowokku yang berusaha menjadikanku sebagai pacar mereka, tetapi sampai hari ini aku masih menolak semua sebab aku masih ingin menikmati pergaulanku dengan teman-teman cowokku tanpa ada dibatasi oleh rasa cemburu pacarku. Pada suatu sore di hari Sabtu, aku sedang chatting dengan beberapa orang yang biasanya aku kenal melalui internet. <br /><br />Seperti biasanya, kegiatan ini kulakukan sambil hanya mengenakan bra dan celana dalam saja di depan komputerku sebab sering kali topik dalam pembicaraan berubah menjadi semakin menuju ke arah yang bersifat seks sehingga sedikit banyak aku sering pula hanyut dalam suasana ini. Hal yang paling aku sukai dalam chatting adalah bila lawan chattingku mulai menanyakan pakaian yang aku pakai saat itu sebab biasanya mereka akan terkejut bila aku mengatakan bahwa waktu itu aku hanya sedang mengenakan bra dan celana dalam saja. <br /><br />Selanjutnya mereka akan mulai menyuruhku mendeskripsikan bra dan celana dalam yang aku pakai kepada mereka yang tentu saja kulakukan dengan senang hati. Aku sebenarnya agak bosan dengan pembicaraan yang mengajakku untuk melakukan cyber sex ataupun berhubungan seks secara langsung sehingga biasanya aku tolak dengan halus. <br /><br />Bila tetap membandel, biasanya mereka langsung kuacuhkan begitu saja. Sebaliknya aku sangat berminat bila lawan chattingku menanyakan kegiatanku yang berkaitan dengan kehidupan seks yang aku jalani baik itu kesukaanku dalam berpakaian, kegiatan harianku yang berkaitan dengan seks ataupun fantasiku. Setelah beberapa saat duduk di depan komputerku, aku semakin merasa terangsang. <br /><br />Aku bangkit dari kursiku dan membuka laci lemari pakaianku serta mengeluarkan sebuah vibrator mini yang merupakan mainan kesayanganku. Aku duduk kembali di depan komputerku dan menggeser celana dalamku ke samping sehingga tidak menutupi kemaluanku lagi. <br /><br />Dengan sebelah tanganku, kubuka sedikit lubang kemaluanku sementara tanganku yang satu lagi memasukan kepala vibrator mini itu ke dalam lubang kemaluanku sampai terbenam seluruhnya. Pada waktu memasukan vibrator itu, ada rasa nikmat yang menjalari seluruh tubuhku. <br /><br />Setelah selesai, kini terlihat dari lubang kemaluanku hanya menjuntai keluar sebuah kabel yang tidak terlalu panjang menuju ke sebuah panel kontrol yang dipergunakan untuk mengoperasikan vibrator mini itu. <br /><br />Kemaluanku kututupi kembali dengan celana dalamku sementara panel kontrol vibrator mini itu kuikatkan ke paha kananku dengan menggunakan sebuah pita yang berwarna merah muda. Setelah itu, aku kembali melakukan aktifitas chatting seperti biasanya. Sambil chatting, aku mencoba mengecek email yang masuk. <br /><br />Biasanya email-email yang bernada untuk mengajak berhubungan seks langsung kuhapus sedangkan mereka yang ingin berkenalan dan tanya-tanya aku layani dengan senang hati. Sebelum mengecek email, aku memutuskan untuk menyalakan vibrator miniku yang telah terpasang dalam kemaluanku dengan kecepatan getaran yang agak pelan. <br /><br />Walaupun demikian, perasaan yang ditimbulkan tetap terasa nikmat sehingga beberapa kali aku salah mengetik login emailku sebelum aku dapat mengetikkan k4t3l14n@yahoo.co.id dengan benar. Saat sedang membaca email, tiba-tiba pintu kamarku terbuka. Rupanya adik sepupuku yang berusia 18 tahun masuk ke kamarku tanpa permisi ataupun mengetuk pintu dahulu. <br /><br />Tentu saja adik sepupuku terperangah melihatku yang hanya memakai celana dalam dan bra saja sambil duduk di depan komputerku. Perasaanku sendiri bercampur aduk antara malu, terkejut, namun ada sedikit rasa senang karena dari tatapan mata adik sepupuku, aku melihat kalau dia sangat tertarik dengan tubuhku. <br /><br />Aku mengetahui bahwa selama ini adik sepupuku ini tertarik pada diriku, namun aku sendiri tentu saja tidak menangggapinya sebab aku hanya menganggapnya sebagai adik laki-laki sendiri. Satu hal yang tidak terduga adalah kini dia melihat diriku yang setengah telanjang di depannya. <br /><br />“Maaf, kak.. Aku tadi mau pinjam flash disk kakak”, katanya dengan gugup sambil terus memandang tubuhku. “Iya, bentar ya. Kakak ambil dulu”, kataku dengan sedikit canggung pula. Aku bangkit dari kursi komputerku dan menuju ke meja tulisku dengan diiringi pandangan mata yang tidak terputus dari adik sepupuku. <br /><br />Tanpa terasa tubuhku agak gemetar selain karena rasa nikmat yang disebabkan getaran vibrator mini yang tertancap di dalam kemaluanku, baru kali ini aku dilihat dalam keadaan seperti ini oleh seorang laki-laki, namun anehnya aku tidak merasa ingin menutupi tubuhku dari pandangan mata adik sepupuku. Walaupun demikian, aku berharap kalau kabel mini vibrator yang menjuntai antara kemaluan dan pahaku tidak menjadi perhatian adik sepupuku ini. <br /><br />Namun dari pandangan matanya ke arah selangkanganku, sepertinya dia sudah tahu kalau aku memasukkan sesuatu ke dalam kemaluanku. Setelah mengambil flash disk yang terletak di atas meja tulisku, kuberikan kepada adik sepupuku dengan tangan yang sedikit gemetar. “Ini..”, kataku singkat sambil menyerahkan flash diskku. <br /><br />“Makasih, kak.. “, katanya. Kulihat tangannya juga agak gemetaran waktu menerimanya. “Tolong tutup pintunya lagi, ya..”, kataku. “Iya..”, katanya. Aku membalikkan tubuhku kembali menuju ke meja komputer untuk meneruskan kegiatan chattingku sementara pintu kamarku menutup di belakangku. <br /><br />Kali ini aku agak tidak konsentrasi terhadap kegiatanku ini. Kejadian yang barusan terjadi membayang-bayangiku. Tiba-tiba timbul perasaan yang ganjil dalm diriku yaitu keinginanku untuk dirayu dan dicumbu oleh adik sepupuku. Diam-diam aku berharap dia akan melakukan hubungan seks denganku. Tampang adik sepupuku tergolong tampan dan menjadi idola di sekolahnya. Dalam pikiranku waktu itu , aku merasa tidak terlalu buruk untuk melakukan hubungan seks sekali dua kali dengan dirinya. <br /><br />Pikiranku itu terus berkecamuk dalam kepalaku dan membuatku tidak berminat untuk meneruskan kegiatan chattingku lagi. Aku bangkit dari meja komputerku dan membaringku tubuhku yang masih terbalut bra dan celana dalam saja di atas tempat tidurku. <br /><br />Kunaikkan kekuatan getaran vibtaror miniku yang dari tadi menggetari lubang kemaluanku. Sensasi yang dihasilkan oleh getaran vibrator mini yang semakin kuat ini membuat diriku semakin terangsang. Aku mulai menyelinapkan tanganku ke balik braku dan meremas-remas kedua payudaraku sendiri sambil sesekali merangsang puting payudaraku. <br /><br />Setelah agak lama aku merangsang diriku sendiri, aku akhirnya merasakan orgasme yang sangat dasyat. Kedua tanganku meremas kedua payudaraku kuat-kuat sedangkan kakiku mengesek-gesek seprai tempat tidur sampai akhirnya aku merasakan orgasme dengan sempurna. Aku semakin tidak dapat menahan nafsu birahiku. Kulepaskan kaitan braku lalu kuloloskan tali bahunya melalui kedua lenganku. Kini kedua payudaraku menjadi terbuka dan leluasa untuk kumain-mainkan. <br /><br />Kuloloskan pula celana dalamku sehingga kali ini aku berada dalam keadaan telanjang bulat. Satu-satunya benda yang masih melekat di badanku adalah vibrator miniku yang dari tadi menancap di lubang kemaluanku. Kulepaskan panel kontrol vibrator miniku dari ikatan di pahaku dan mengatur getarannya semakin kuat. <br /><br />Kali ini aku merasakan semakin nikmat. Mataku setengah terpejam dan nafasku mendesah-desah karena menahan perasaan nikmat yang terus membanjiri tubuhku melalui lubang kemaluanku. Tubuhku menggeliat-geliat di atas tempat tidurku. Sesekali kedua tanganku meremas-remas payudaraku sendiri. <br /><br />Lama sekali aku merasakan kenikmatan ini. Beberapa orgasme kulalui dengan diiringi teriakan-teriakan kecil. Akhirnya aku mengambil panel kontrol vibrator miniku dan mematikan getarannya. Aku tetap berbaring di tempat tidur untuk menenangkan nafsu birahi dan nafasku yang memburu. <br /><br />Keringatku yang membasahi tubuhku kulap dengan selimut. Tidak sadar akhirnya aku jatuh tertidur dalam keadaan telanjang bulat sementara celana dalam dan braku berserakan di atas tempat tidur di sekitarku. Entah berapa lama aku tertidur, namun antara setengah sadar, aku merasakan ada seseorang yang membuka pintu kamarku. <br /><br />Sosok itu kemudian berjingkat-jingkat menghampiri diriku yang ada di atas tempat tidur dan duduk di sebelahku. Aku sendiri belum sepenuhnya sadar dari tidurku sehingga aku masih mengira kalau aku bermimpi. Sosok itu kemudian meletakan tangannya di atas dadaku dan mulai memain-mainkan payudaraku. Payudaraku dibelai-belai diremas-remas dengan lembut. Sesekali putingku dimain-mainkan. <br /><br />Bila aku melakukan sedikit gerakan, maka gerakan tangan sosok itu juga berhenti, sebaliknya jika aku diam, maka sosok itu kembali memain-mainkan kedua payudaraku. Setelah beberapa saat, sosok itu mengalihkan tangannya ke arah selangkanganku. Kurasakan jari-jarinya menyentuh kemaluanku dan kemudian memainkan biji itilku. <br /><br />Aku sendiri sangat menikmati perlakuan ini dan mulai mendesah-desah pelan. Terasa bahwa cairan kewanitaanku mengalir membasahi kemaluanku. Sesaat sosok itu menghentikan permainannya di kemaluanku, namun sewaktu melihat reaksiku tidak lebih dari mendesah-desah saja, maka sosok itu terus memainkan biji itil kemaluanku. <br /><br />Sambil memainkan biji itilku, kali ini sosok itu mendekatkan kepalanya ke arah dadaku dan menciumi kedua payudaraku. Secara tidak sadar, kedua tanganku merangkul kepalanya dan membelai-belai rambut sosok itu sambil menahan kepala itu agar tidak lepas dari kedua payudaraku. Birahiku kembali membara. Aku tidak peduli dengan identitas sosok itu. Aku hanya peduli sosok itu memberikan kenikmatan yang luar biasa bagiku. <br /><br />Merasakan reaksiku yang demikian, sosok itu semakin berani mencumbuku. Beberapa kali ciumannya diarahkan ke leher dan kemudian di bibirku. Saat bibir kami bertemu, aku membuka mataku dan melihat bahwa ternyata sosok itu adalah adik sepupuku sendiri. Dengan sedikit kaget, aku mendorong dirinya agar menjauh dariku. Kulihat dia juga sedang dalam keadaan telanjang bulat. Batang kejantanannya berdiri dengan gagahnya. Aku menjadi agak bernafsu juga pada saat melihatnya. <br /><br />“Kak, maafkan aku.. “, katanya dengan nada takut. Aku segera menguasai diriku dan menarik nafas lalu berkata dengan lembut, “Ngak apa-apa. Teruskan saja..” Sesaat dia terlihat agak ragu, namun segera saja kuraih kepalanya lalu kucium bibirnya. Melihat reaksiku yang demikian, adik sepupuku kembali meraih kedua payudaraku dan memainkannya kembali. <br /><br />Dengan sebelah tanganku, kuarahkan tangan kanannya ke arah selangkanganku sebagai tanda bahwa aku ingin dia memain-mainkan biji itil kemaluanku lagi. Kali ini adik sepupuku sudah tidak takut lagi, dia mulai mencumbuku dengan mesra. <br /><br />Beberapa saat lamanya kami bercumbu sebelum akhirnya dia melepaskan cumbuannya. “Kak, aku ingin mencium memekmu..”, katanya. “Lakukan apa saja yang kam mau. <br /><br />Ngak usah minta ijinku”, kataku. Adik sepupuku membaringkan tubuhku di atas tempat tidur lalu membalikan tubuhnya di atasku sehingga kami berada dalam posisi 69. Aku mengerti keinginannya. Rupanya dia ingin batang kejantanannya dikulum olehku sementara dia sendiri menjilati kemaluanku. Kuraih batang kejantanannya dengan tanganku dan kumasukan ke dalam mulutku. <br /><br />Sesaat kemudian kurasakan bibir dan lidahnya mendarat di kemaluanku dan kami memulai permainan kami berikutnya. Jilatan demi jilatan terus kurasakan menjalari kemaluanku sembari memberikan rasa nikmat yang luar biasa sementara aku sendiri sibuk memainkan batang kejantanan adik sepupuku dengan mulutku. Setelah beberapa saat lamanya, kami melepaskan posisi kami. Aku tetap berbaring sementara adik sepupuku memutar badannya kembali menghadapkan wajahnya padaku. Birahiku membuatku kali ini meraih batang kejantanannya dan mengarahkannya ke lubang kemaluanku. <br /><br />Setelah kurasakan kepala batang kejantananya ada di depan lubang kemaluanku, aku berkata kepadanya, “Lakukanlah.. “ Dengan sebuah hentakan lembut pinggul adik sepupuku, batang kejantanannya menghujam masuk ke dalam lubang kemaluanku. Aku berteriak tertahan karena merasakan nikmatnya batang kejantanan adik sepupuku saat memasuki lubang kemaluanku. Adik sepupuku kemudian menggerak-gerakan pinggulnya untuk menusuk-nusuk lubang kemaluanku. Kami kembali berciuman dengan bibir kami sementara tangan kanan adik sepupuku menggerayangi payudara kiriku. <br /><br />Nikmat yang kali ini aku rasakan sungguh berbeda dengan menggunakan vibrator miniku. Ini adalah kenikamatan seks yang sejati. Aku mendesah-desah terus dengan nikmat. Keringat membanjiri tubuh kami. Sesekali adik sepupuku juga mendesah-desah. Pada saat mengalam orgasme, aku berteriak kecil sambil tanganku meremas lengan adik sepupuku. Setelah beberapa kali aku mengalami orgasme, kali ini adik sepupuku yang akan mengalami orgasme. <br /><br />“Kak, aku mau keluar..”, katanya terengah-engah karena masih terus menyetubuhiku. “Ngak apa-apa. Keluarkan aja. Kakak ngak lagi subur”, kataku pula sambil menahan rasa nikmat yang luar biasa. Tak lama kemudian, aku merasakan semprotan cairan sperma adik sepupuku di dalam lubang kemaluanku sementara adik sepupuku berteriak karena mencapai orgasme. Setelah itu, adik sepupuku terkulai lemas di atas tubuhku dan kupeluk sambil kubelai-belai rambutnya. “Enak ya ?”, tanyaku. <br /><br />“Enak sekali, kak..”, katanya. Setelah berbaring sebentar di atas tubuhku, adik sepupuku berhasil mengumpulkan sedikit kekuatannya lalu mencabut batang kejantanannya dari lubang kemaluanku. Cairan sperma yang masuk ke dalam rahimku kembali keluar sebagian melalui lubang kemaluanku. Dengan tanganku kutampung lelehan cairan sperma itu. Setelah itu, kemaluanku kuseka begitu saja dengan tanganku agar bersih dari cairan sperma. <br /><br />Cairan sperma yang ada di tanganku kemudian kumasukan ke dalam mulut dan kulijati jari-jari tanganku yang blepotan cairan sperma itu sampai bersih. Ternyata minum cairan sperma itu menyenangkan juga. Sementara aku melakukan itu, adik sepupuku telah kembali ke kamar tidurnya. Aku tidak peduli dengan hal itu. Aku merasa sangat capek dan sekali lagi jatuh tertidur dalam keadaan telanjang. <br /><br />Sejak hari itu, hubunganku dengan adik sepupuku dalam keseharian menjadi canggung, bahkan bisa dikatakan jarang bertegur sapa. Walaupun demikian, adik sepupuku masih sering kali masuk ke dalam kamarku hanya untuk melakukan hubungan seks denganku. Di luar kamar kami terasa asing, namun kami sangat dekat di atas tempat tidurku.<br />ria di forum Juragan DEWAZA<br /><br />TamatDunia Sekshttp://www.blogger.com/profile/15389449240222132554noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2137379910062327546.post-64127457691909396132012-05-20T21:15:00.005+07:002012-06-04T00:10:34.050+07:00Pesta perawan - 1Dengan langkah ragu-ragu aku mendekati ruang dosen di mana Pak Hr berada.<br /><br />“Winda…”, sebuah suara memanggil.<br /><br />“Hei Ratna!”.<br /><br />“Ngapain kau cari-cari dosen killer itu?”, Ratna itu bertanya heran.<br /><br />“Tau nih, aku mau minta ujian susulan, sudah dua kali aku minta diundur terus, kenapa ya?”.<br /><br />“Idih jahat banget!”.<br /><br />“Makanya, aku takut nanti di raport merah, mata kuliah dia kan penting!, tauk nih, bentar ya aku masuk dulu!”.<br /><br />“He-eh deh, sampai nanti!” Ratna berlalu.<br /><br />Dengan memberanikan diri aku mengetuk pintu.<br /><br />“Masuk…!”, Sebuah suara yang amat ditakutinya menyilakannya masuk.<br /><br />“Selamat siang pak!”.<br /><br />“Selamat siang, kamu siapa?”, tanyanya tanpa meninggalkan pekerjaan yang sedang dikerjakannya.<br /><br />“Saya Winda…!”.<br /><br />“Aku..? Oh, yang mau minta ujian lagi itu ya?”.<br /><br />“Iya benar pak.”<br /><br />“Saya tidak ada waktu, nanti hari Minggu saja kamu datang ke rumah saya, ini kartu nama saya”, Katanya acuh tak acuh sambil menyerahkan kartu namanya.<br /><br />“Ada lagi?” tanya dosen itu.<br /><br />“Tidak pak, selamat siang!”<br /><br />“Selamat siang!”.<br /><br />Dengan lemas aku beranjak keluar dari ruangan itu. Kesal sekali rasanya, sudah belajar sampai larut malam, sampai di sini harus kembali lagi hari Minggu, huh!<br /><br />Mungkin hanya akulah yang hari Minggu masih berjalan sambil membawa tas hendak kuliah. Hari ini aku harus memenuhi ujian susulan di rumah Pak Hr, dosen berengsek itu.<br /><br />Rumah Pak Hr terletak di sebuah perumahan elite, di atas sebuah bukit, agak jauh dari rumah-rumah lainnya. Belum sempat memijit Bel pintu sudah terbuka, Seraut wajah yang sudah mulai tua tetapi tetap segar muncul.<br /><br />“Ehh…! Winda, ayo masuk!”, sapa orang itu yang tak lain adalah pak Hr sendiri.<br /><br />“Permisi pak! Ibu mana?”, tanyaku berbasa-basi.<br /><br />“Ibu sedang pergi dengan anak-anak ke rumah neneknya!”, sahut pak Hr ramah.<br /><br />“Sebentar ya…”, katanya lagi sambil masuk ke dalam ruangan.<br /><br />Tumben tidak sepeti biasanya ketika mengajar di kelas, dosen ini terkenal paling killer.<br /><br />Rumah Pak Hr tertata rapi. Dinding ruang tamunya bercat putih. Di sudut ruangan terdapat seperangkat lemari kaca temapat tersimpan berbagai barang hiasan porselin. Di tengahnya ada hamparan permadani berbulu, dan kursi sofa kelas satu.<br /><br />“Gimana sudah siap?”, tanya pak Hr mengejutkan aku dari lamunannya.<br /><br />“Eh sudah pak!”<br /><br />“Sebenarnya…, sebenarnya Winda tidak perlu mengikuti ulang susulan kalau…, kalau…!”<br /><br />“Kalau apa pak?”, aku bertanya tak mengerti. Belum habis bicaranya, Pak Hr sudah menuburuk tubuhku.<br /><br />“Pak…, apa-apaan ini?”, tanyaku kaget sambil meronta mencoba melepaskan diri.<br /><br />“Jangan berpura-pura Winda sayang, aku membutuhkannya dan kau membutuhkan nilai bukan, kau akan kululuskan asalkan mau melayani aku!”, sahut lelaki itu sambil berusaha menciumi bibirku.<br /><br />Serentak Bulu kudukku berdiri. Geli, jijik…, namun detah dari mana asalnya perasaan hasrat menggebu-gebu juga kembali menyerangku. Ingin rasanya membiarkan lelaki tua ini berlaku semaunya atas diriku. Harus kuakui memang, walaupun dia lebih pantas jadi bapakku, namun sebenarnya lelaki tua ini sering membuatku berdebar-debar juga kalau sedang mengajar. Tapi aku tetap berusaha meronta-ronta, untuk menaikkan harga diriku di mata Pak Hr.<br /><br />“Lepaskan…, Pak jangan hhmmpppff…!”, kata-kataku tidak terselesaikan karena terburu bibirku tersumbat mulut pak Hr.<br /><br />Aku meronta dan berhasil melepaskan diri. Aku bangkit dan berlari menghindar. Namun entah mengapa aku justru berlari masuk ke sebuah kamar tidur. Kurapatkan tubuhku di sudut ruangan sambil mengatur kembali nafasku yang terengah-engah, entah mengapa birahiku sedemikian cepat naik. Seluruh wajahku terasa panas, kedua kakikupun terasa gemetar.<br /><br />Pak Hr seperti diberi kesempatan emas. Ia berjalan memasuki kamar dan mengunci pintunya. Lalu dengan perlahan ia mendekatiku. Tubuhku bergetar hebat manakala lelaki tua itu mengulurkan tangannya untuk merengkuh diriku. Dengan sekali tarik aku jatuh ke pelukan Pak Hr, bibirku segera tersumbat bibir laki-laki tua itu. Terasa lidahnya yang kasap bermain menyapu telak di dalam mulutku. Perasaanku bercampur aduk jadi satu, benci, jijik bercampur dengan rasa ingin dicumbui yang semakin kuat hingga akhirnya akupun merasa sudah kepalang basah, hati kecilku juga menginginkannya. Terbayang olehku saat-saat aku dicumbui seperti itu oleh Aldy, entah sedang di mana dia sekarang. aku tidak menolak lagi. bahkan kini malah membalas dengan hangat.<br /><br />Merasa mendapat angin kini tangan Pak Hr bahkan makin berani menelusup di balik blouse yang aku pakai, tidak berhenti di situ, terus menelup ke balik beha yang aku pakai.<br /><br />Jantungku berdegup kencang ketika tangan laki-laki itu meremas-remas gundukan daging kenyal yang ada di dadaku dengan gemas. Terasa benar, telapak tangannya yang kasap di permukaan buah dadaku, ditingkahi dengan jari-jarinya yang nakal mepermainkan puting susuku. Gemas sekali nampaknya dia. Tangannya makin lama makin kasar bergerak di dadaku ke kanan dan ke kiri.<br /><br />Setelah puas, dengan tidak sabaran tangannya mulai melucuti pakaian yang aku pakai satu demi satu hingga berceceran di lantai. Hingga akhirnya aku hanya memakai secarik G-string saja. Bergegas pula Pak Hr melucuti kaos oblong dan sarungnya. Di baliknya menyembul batang penis laki-laki itu yang telah menegang, sebesar lengan Bayi.<br /><br />Tak terasa aku menjerit ngeri, aku belum pernah melihat alat vital lelaki sebesar itu. Aku sedikit ngeri. Bisa jebol milikku dimasuki benda itu. Namun aku tak dapat menyembunyikan kekagumanku. Seolah ada pesona tersendiri hingga pandangan mataku terus tertuju ke benda itu. Pak Hr berjalan mendekatiku, tangannya meraih kunciran rambutku dan menariknya hingga ikatannya lepas dan rambutku bebas tergerai sampai ke punggung.<br /><br />“Kau Cantik sekali Winda…”, gumam pak Hr mengagumi kecantikanku.<br /><br />Aku hanya tersenyum tersipu-sipu mendengar pujian itu.<br /><br />Dengan lembut Pak Hr mendorong tubuhku sampai terduduk di pinggir kasur. Lalu ia menarik G-string, kain terakhir yang menutupi tubuhku dan dibuangnya ke lantai. Kini kami berdua telah telanjang bulat. Tanpa melepaskan kedua belah kakiku, bahkan dengan gemas ia mementangkan kedua belah pahaku lebar-lebar. Matanya benar-benar nanar memandang daerah di sekitar selangkanganku. Nafas laki-laki itu demikian memburu.<br /><br />Tak lama kemudian Pak membenamkan kepalanya di situ. Mulut dan lidahnya menjilat-jilat penuh nafsu di sekitar kemaluanku yang tertutup rambut lebat itu. Aku memejamkan mata, oohh, indahnya, aku sungguh menikmatinya, sampai-sampai tubuhku dibuat menggelinjang-gelinjang kegelian.<br /><br />“Pak…!”, rintihku memelas.<br /><br />“Pak…, aku tak tahan lagi…!”, aku memelas sambil menggigit bibir. Sungguh aku tak tahan lagi mengalamai siksaan birahi yang dilancarkan Pak Hr. Namun rupanya lelaki tua itu tidak peduli, bahkan senang melihat aku dalam keadaan demikian. Ini terlihat dari gerakan tangannya yang kini bahkan terjulur ke atas meremas-remas payudaraku, tetapi tidak menyudahi perbuatannya. Padahal aku sudah kewalahan dan telah sangat basah kuyup.<br /><br />“Paakk…, aakkhh…!”, aku mengerang keras, kakinya menjepit kepala Pak Hr melampiaskan derita birahiku, kujambak rambut Pak Hr keras-keras. Kini aku tak peduli lagi bahwa lelaki itu adalah dosen yang aku hormati. Sungguh lihai laki-laki ini membangkitkan gairahku. aku yakin dengan nafsunya yang sebesar itu dia tentu sangat berpengalaman dalam hal ini, bahkan sangat mungkin sudah puluhan atau ratusan mahasiswi yang sudah digaulinya. Tapi apa peduliku?<br /><br />Tiba-tiba Pak Hr melepaskan diri, lalu ia berdiri di depanku yang masih terduduk di tepi ranjang dengan bagian bawah perutnya persis berada di depan wajahku. aku sudah tahu apa yang dia mau, namun tanpa sempat melakukannya sendiri, tangannya telah meraih kepalaku untuk dibawa mendekati kejantanannya yang aduh mak.., Sungguh besar itu.<br /><br />Tanpa melawan sama sekali aku membuka mulut selebar-lebarnya, Lalu kukulum sekalian alat vital Pak Hr ke dalam mulutku hingga membuat lelaki itu melek merem keenakan. Benda itu hanya masuk bagian kepala dan sedikit batangnya saja ke dalam mulutku. Itupun sudah terasa penuh. Aku hampir sesak nafas dibuatnya. Aku pun bekerja keras, menghisap, mengulum serta mempermainkan batang itu keluar masuk ke dalam mulutku. Terasa benar kepala itu bergetar hebat setiap kali lidahku menyapu kepalanya.<br /><br />Beberapa saat kemudian Pak Hr melepaskan diri, ia membaringkan aku di tempat tidur dan menyusul berbaring di sisiku, kaki kiriku diangkat disilangkan di pinggangnya. Lalu Ia berusaha memasuki tubuhku belakang. Ketika itu pula kepala penis Pak Hr yang besar itu menggesek clitoris di liang senggamaku hingga aku merintih kenikmatan. Ia terus berusaha menekankan miliknya ke dalam milikku yang memang sudah sangat basah. Pelahan-lahan benda itu meluncur masuk ke dalam milikku.<br /><br />Dan ketika dengan kasar dia tiba-tiba menekankan miliknya seluruhnya amblas ke dalam diriku aku tak kuasa menahan diri untuk tidak memekik. Perasaan luar biasa bercampur sedikit pedih menguasai diriku, hingga badanku mengejang beberapa detik.<br /><br />Pak Hr cukup mengerti keadaan diriku, ketika dia selesai masuk seluruhnya dia memberi kesempatan padaku untuk menguasai diri beberapa saat. Sebelum kemudian dia mulai menggoyangkan pinggulnya pelan-pelan kemudian makin lama makin cepat.<br /><br />Aku sungguh tak kuasa untuk tidak merintih setiap Pak Hr menggerakkan tubuhnya, gesekan demi gesekan di dinding dalam liang senggamaku sungguh membuatku lupa ingatan. Pak Hr menyetubuhi aku dengan cara itu. Sementara bibirnya tak hentinya melumat bibir, tengkuk dan leherku, tangannya selalu meremas-remas payudaraku. Aku dapat merasakan puting susuku mulai mengeras, runcing dan kaku.<br /><br />Aku bisa melihat bagaimana batang penis lelaki itu keluar masuk ke dalam liang kemaluanku. Aku selalu menahan nafas ketika benda itu menusuk ke dalam. Milikku hampir tidak dapat menampung ukuran Pak Hr yang super itu, dan ini makin membuat Pak Hr tergila-gila.<br /><br />Tidak sampai di situ, beberapa menit kemudian Pak Hr membalik tubuhku hingga menungging di hadapannya. Ia ingin pakai doggy style rupanya. Tangan lelaki itu kini lebih leluasa meremas-remas kedua belah payudara aku yang kini menggantung berat ke bawah. Sebagai seorang wanita aku memiliki daya tahan alami dalam bersetubuh. Tapi bahkan kini aku kewalahan menghadapi Pak Hr. Laki-laki itu benar-benar luar biasa tenaganya. Sudah hampir setengah jam ia bertahan. Aku yang kini duduk mengangkangi tubuhnya hampir kehabisan nafas.<br /><br />Kupacu terus goyangan pinggulku, karena aku merasa sebentar lagi aku akan memperolehnya. Terus…, terus…, aku tak peduli lagi dengan gerakanku yang brutal ataupun suaraku yang kadang-kadang memekik menahan rasa luar biasa itu. Dan ketika klimaks itu sampai, aku tak peduli lagi…, aku memekik keras sambil menjambak rambutnya. Dunia serasa berputar. Sekujur tubuhku mengejang. Sungguh hebat rasa yang kurasakan kali ini. Sungguh ironi memang, aku mendapatkan kenikmatan seperti ini bukan dengan orang yang aku sukai. Tapi masa bodohlah.<br /><br />Berkali-kali kuusap keringat yang membasahi dahiku. Pak Hr kemudian kembali mengambil inisiatif. kini gantian Pak Hr yang menindihi tubuhku. Ia memacu keras untuk mencapai klimaks. Desah nafasnya mendengus-dengus seperti kuda liar, sementara goyangan pinggulnya pun semakin cepat dan kasar. Peluhnya sudah penuh membasahi sekujur tubuhnya dan tubuhku. Sementara kami terus berpacu. Sungguh hebat laki-laki ini. Walaupun sudah berumur tapi masih bertahan segitu lama. Bahkan mengalahkan semua cowok-cowok yang pernah tidur denganku, walaupun mereka rata-rata sebaya denganku.<br /><br />Namun beberapa saat kemudian, Pak Hr mulai menggeram sambil mengeretakkan giginya. Tubuh lelaki tua itu bergetar hebat di atas tubuhku. Penisnya menyemburkan cairan kental yang hangat ke dalam liang kemaluanku dengan derasnya.<br /><br />Beberapa saat kemudian, perlahan-lahan kami memisahkan diri. Kami terbaring kelelahan di atas kasur itu. Nafasku yang tinggal satu-satu bercampur dengan bunyi nafasnya yang berat. Kami masing-masing terdiam mengumpulkan tenaga kami yang sudah tercerai berai.<br /><br />Aku sendiri terpejam sambil mencoba merasakan kenikmatan yang baru saja aku alami di sekujur tubuhku ini. Terasa benar ada cairan kental yang hangat perlahan-lahan meluncur masuk ke dalam liang vaginaku. Hangat dan sedikit gatal menggelitik.<br /><br />Bagian bawah tubuhku itu terasa benar-benar banjir, basah kuyub. Aku menggerakkan tanganku untuk menyeka bibir bawahku itu dan tanganku pun langsung dipenuhi dengan cairan kental berwarna putih susu yang berlepotan di sana.<br /><br />“Bukan main Winda, ternyata kau pun seperti kuda liar!” kata Pak Hr penuh kepuasan. Aku yang berbaring menelungkup di atas kasur hanya tersenyum lemah. aku sungguh sangat kelelahan, kupejamkan mataku untuk sejenak beristirahat. Persetan dengan tubuhku yang masih telanjang bulat.<br /><br />Pak Hr kemudian bangkit berdiri, ia menyulut sebatang rokok. Lalu lelaki tua itu mulai mengenakan kembali pakaiannya. Aku pun dengan malas bangkit dan mengumpulkan pakaiannya yang berserakan di lantai.<br /><br />Sambil berpakaian ia bertanya, “Bagaimana dengan ujian saya pak?”.<br /><br />“Minggu depan kamu dapat mengambil hasilnya”, sahut laki-laki itu pendek.<br /><br />“Kenapa tidak besok pagi saja?”, protes aku tak puas.<br /><br />“Aku masih ingin bertemu kamu, selama seminggu ini aku minta agar kau tidak tidur dengan lelaki lain kecuali aku!”, jawab Pak Hr.<br /><br />Aku sedikit terkejut dengan jawabannya itu. Tapi akupun segera dapat menguasai keadaanku. Rupanya dia belum puas dengan pelayanan habis-habisanku barusan.<br /><br />“Aku tidak bisa janji!”, sahutku seenaknya sambil bangkit berdiri dan keluar dari kamar mencari kamar mandi. Pak Hr hanya mampu terbengong mendengar jawabanku yang seenaknya itu.<br /><br />Aku sedang berjalan santai meninggalkan rumah pak Hr, ini pertemuanku yang ketiga dengan laki-laki itu demi menebus nilai ujianku yang selalu jeblok jika ujian dengan dia. Mungkin malah sengaja dibuat jeblok biar dia bisa main denganku. Dasar…, namun harus kuakui, dia laki-laki hebat, daya tahannya sungguh luar biasa jika dibandingkan dengan usianya yang hapir mencapai usia pensiun itu. Bahkan dari pagi hingga sore hari ini dia masih sanggup menggarapku tiga kali, sekali di ruang tengah begitu aku datang, dan dua kali di kamar tidur. Aku sempat terlelap sesudahnya beberapa jam sebelum membersihkan diri dan pulang. Berutung kali ini, aku bisa memaksanya menandatangani berkas ujian susulanku.<br /><br />“Masih ada mata kuliah Pengantar Berorganisasi dan Kepemimpinan”, katanya sambil membubuhkan nilai A di berkas ujianku.<br /><br />“Selama bapak masih bisa memberiku nilai A”, kataku pendek.<br /><br />“Segeralah mendaftar, kuliah akan dimulai minggu depan!”.<br /><br />“Terima kasih pak!” kataku sambil tak lupa memberikan senyum semanis mungkin.<br /><br />“Winda!” teriakan seseorang mengejutkan lamunanku. Aku menoleh ke arah sumber suara tadi yang aku perkirakan berasal dari dalam mobil yang berjalan perlahan menghampiriku. Seseorang membuka pintu mobil itu, wajah yang sangat aku benci muncul dari balik pintu Mitsubishi Galant keluaran tahun terakhir itu.<br /><br />“Masuklah Winda…”.<br /><br />“Tidak, terima kasih. Aku bisa jalan sendiri koq!”, Aku masih mencoba menolak dengan halus.<br /><br />“Ayolah, masa kau tega menolak ajakanku, padahal dengan pak Hr saja kau mau!”.<br /><br />Aku tertegun sesaat, Bagai disambar petir di siang bolong.<br /><br />“Da…,Darimana kau tahu?”.<br /><br />“Nah, jadi benar kan…, padahal aku tadi hanya menduga-duga!”<br /><br />“Sialan!”, Aku mengumpat di dalam hati, harusnya tadi aku bersikap lebih tenang, aku memang selalu nervous kalau ketemu cowok satu ini, rasanya ingin buru-buru pergi dari hadapannya dan tidak ingin melihat mukanya yang memang seram itu.<br /><br />Bersambung . . . . .Dunia Sekshttp://www.blogger.com/profile/15389449240222132554noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2137379910062327546.post-30572976378739303632012-05-20T21:15:00.004+07:002012-06-04T00:10:34.036+07:00Kerja kelompok nikmat"Ryan,hari ini kita kerja kelompok di rumahku,ya?"Rena datang ke arahku<br />"Oke,deh,jam berapa?"Tanyaku disertai anggukan<br />"Hmmm,jam 1,deh,kira - kira sampai jam 5"Jawabnya disertai senyuman manis<br /><br />Akupun mengangguk dengan senyum,Rena memang gadis paling cantik di kelasku,wajahnya manis,imut,dan cantik,tapi tubuhnya sangatlah indah,dengan payudara sedang,kulit putih,dan pantat berisi,banyak yang benar - benar jatuh cinta padanya,termasuk aku,ataupun orang yang hanya nafsu melihatnya dan menggodanya.Aku sungguh beruntung,Bu Selvi memilihkan kelompokku,aku dan Rena,banyak teman yang iri padaku.<br /><br />Setelah pulang sekolah,aku sempat beronani mengingat Rena,lalu aku naik ke mobilku yang dikendarai sopirku.<br /><br />"Bang,nanti pulang jam 5,jangan jemput sebelum jam 5,ya?"Kataku pada sopirku<br />"Oke,deh"<br /><br />Sampai di rumahnya,aku masuk ke rumahnya yang cukup besar,maklum ayah Rena pengusaha sibuk yang di rumah pada malam hari,sementara ibu Rena,Bu Alyssa,seorang ibu rumah tangga.<br /><br />Saat aku masuk,aku disambut oleh Rena dan ibunya,aku tertegun melihat keduanya,Bu Alyssa sama cantiknya dengan Rena,umurnya sudah 36 tahun,tapi wajahnya tetap cantik,tubuhnya ramping,payudara agak besar,dan kulit putihnya tak seperti ibu yang sudah memiliki anak,kontolku berdiri keras melihat keduanya.Nafsuku meningkat drastis.<br /><br />Akupun diajak ke kamar Rena,sempat aku deg - degan berduaan bersama Rena,tapi nafsuku sangat,akupun berusaha menahan nafsuku dan membantu Rena mengerjakan pekerjaan yang memang disuruh,kami duduk di meja berhadapan.<br /><br />Selama pekerjaan banyak kukeluarkan godaan padanya disertai candaan,membuatnya tersenyum malu dan mukanya memerah,membuatku terpesona padanya,wajahku yang disebut ganteng oleh teman -temanku sering dilirik oleh Rena.Jam 3 pekerjaan kami sudah selesai,sedangkan aku menyuruh untuk dijemput jam 5,akupun disuruh menemani Rena dulu,sambil menunggu jemputan.<br /><br />"Ryan,kamu lucu banget,ya?"<br />"Oh,tentu,dong"Jawabku bangga<br />"Tapi kamu juga ganteng"<br />"Ahh,kamu juga cantik,kok"Jawabku romantis.<br /><br />Kini kami berpandangan,kuletakkan tanganku pada tangan lembutnya di atas meja,lalu aku duduk di sebelahnya,kumajukan kepalaku ke kepalanya,dia tampak diam saja,kini kami berciuman romantis,bibirnya terasa hangat,kukulum bibirnya selama 5 menit,karena sudah bernafsu,kucoba meremas payudaranya dengan perlahan dan lembut,saat tanganku menyentuh payudaranya,dia tampak membiarkan saja,sehingga kini kami berciuman sambil tanganku meremas payudaranya.<br /><br />Sekitar 5 menit lagi kami melakukan begitu,lalu tiba - tiba pintu kamar dibuka,segera kulepaskan ciumanku dan kembali seperti tak terjadi apa - apa,sungguh sayang,pikirku dalam hati.Bu Alyssa masuk dan berkata<br /><br />"Rena,kamu dipanggil papa ke kantor,ada urusan penting"<br /><br />Rena semula menolak,tapi setelah dipaksa,diapun setuju,sementara kini Bu Alyssa duduk di sebelahku,tangannya diletakkan di pahaku,kontolku mengeras dengan cepat,diapun berkata<br /><br />"Nak Ryan,tadi tante lihat,kok apa yang kamu lakukan sama Rena"<br />"Hmm,Hmmmm"Aku takut dan gugup takut dimarahi<br />"Gak apa - apa,kok,tante gak nyalahin kamu,tubuh Rena memang menggairahkan,sih"<br /><br />Aku agak kaget mendengar itu<br /><br />"Ryan,kamu tahu,gak?Tante sekarang nafsu,nih melihat kalian tadi berciuman dan remas"<br /><br />Aku pura - pura kebingungan,tapi aku nafsu mendengarnya.<br /><br />Kini tangannya yang diletakkan di pahaku mengelus - elus lembut kontolku sementara dia menuntun tanganku ke payudaranya,lalu dia mengarahkan kepalanya ke kepalaku,lalu kami berciuman lembut,tanganku kini mulai meremas payudaranya yang masih kencang,lalu Bu Alyssa membuka celanaku sambil aku membuka bajunya,kini kontolku terpampang,dia agak kaget dengan ukurannya,lalu akupun membuka bajunya dan BHnya,payudaranya memiliki puting kecoklatan dan masih kencang,langsung saja dia mengulum kontolku yang mengarah ke atas karena kami masih duduk,kulumannya sungguh enak,membuatku memejamkan mata sambil meremas payudaranya.<br /><br />Kini kubuka celananya,lalu CDnya yang sudah basah,terlihatlah vaginanya yang masih indah meskipun sudah mempunyai dua anak,masih berwarna kemerahan dengan bulu halus yang dicukur rapi,akupun menjilat vaginanya,sangat nikmat dan harum,jilatanku semakin membuat vaginanya basah,dia meronta - ronta kegelian dan kenikmatan,kini aku kembali duduk di kursi,Bu Alyssa naik ke pangkuanku,dia memaskan vaginanya pada kontolku,lalu kuletakkan tanganku di pinggulnya,kini kontolku sudah masuk di vagina Bu Alyssa,pertama perlahan,lalu semakin cepat,aku menaikturunkan tubuh Bu Alyssa dengan cepat,membuat dia memejamkan mata dan vaginanya semakin basah,kurasakan kontolku dipijat oleh otot vaginanya,sangat nikmat sehingga mebuatku mendesah kenikmatan,sementara kunaikturunkan tubuh seksinya dengan cepat.<br /><br />"Ahhhh,Akkkhhh,Sssst,enak,Ryan,terus,Ahhhh"<br /><br />Vaginanya mengeluarkan cairan hangat yang membasahi kontolku,lalu kupelankan sedikit karena aku sudah merasa mau keluar,kuangkat tubuhnya ke kursi sebelah,lalu kusodorkan kontolku padanya,dia mengocoknya,lalu keluarlah spermaku yang membasahi mukanya.<br /><br />"Tante belum puas,Ryan,kamu masih ingin,gak?"<br />"Iya,tante"<br /><br />Akupun mengangkat tubuhnya,kubaringkan ke kasur,dia membuka lebar kakinya,kuperhatikan vaginanya yang sudah sangat basah,sangat indah,<br /><br />"Ngapain kamu,Ryan?Ayo cepat tancapkan"<br />"Iya,tante"<br /><br />Dia menuntun kontolku masuk dalam vaginanya,setelah masuk,kumajumundurkan dengan cepat membuatnya mengejang dan mendesah kenikmatan,pijatan vaginanya pada kontolku semakin keras dan nikmat,membuatku memejamkan mata menikmati vaginanya,<br /><br />"Ahhhh,Ehhhm,Akkkkk,Ahhhhhhh"<br /><br />Desahan Bu Alyssa menambah nafsuku,tubuh dan wajah keringatnya menambah nafsuku,membuat dia mendesah lebih keras<br /><br />"Akkkh,Ryan,tante mau keluar"<br /><br />Vagina Bu Alyssa mengeluarkan cairan hangat yang juga berjumlah banyak,kukeluarkan kontolku dari vaginanya yang dari tadi memijat nikmat kontolku,lalu kusodorkan padanya,kocokan Bu Alyssa sangat enak,sehingga 1 menit kemudian spermaku keluar dengan deras lagi,lalu Bu Alyssa membersihkannya dengan mulutnya,kami terbaring dalam keadaan telanjang sambil berpelukan<br /><br />"Gila,tante belum pernah secapek ini,Ryan,juga belum pernah senikmat ini"<br /><br />Aku tersenyum mendengarnya,lalu kami segera membersihkan bekas orgasme Bu Alyssa dan spermaku,lalu kami berpakaian kembali lalu melakukan french kiss,nafsuku naik lagi,ingin aku melanjutkannya di kamar mandi,akupun mengajak Bu Alyssa,dia setuju,lalu kami melakukannya lagi di kamar mandi sampai jam 04.30,Rena pulang kembali ke rumah dan kami berbincang - bincang seperti tak terjadi apa -apa.<br /><br />Sejak kejadian itu aku semakin sering main ke rumah Rena,dan tentu saja menikmati Bu Alyssa,ibunya sudah kunikmati,sisa anaknya.<br /><br />TamatDunia Sekshttp://www.blogger.com/profile/15389449240222132554noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2137379910062327546.post-76591568618000936392012-05-20T21:15:00.003+07:002012-06-04T00:10:34.020+07:00Gairah bapak kostPagi itu kulihat Oom Pram sedang merapikan tanaman di kebun, dipangkasnya daun-daun yang mencuat tidak beraturan dengan gunting. Kutatap wajahnya dari balik kaca gelap jendela kamarku. Belum terlalu tua, umurnya kutaksir belum mencapai usia 50 tahun, tubuhnya masih kekar wajahnya segar dan cukup tampan. Rambut dan kumisnya beberapa sudah terselip uban. Hari itu memang aku masih tergeletak di kamar kostku. Sejak kemarin aku tidak kuliah karena terserang flu. Jendela kamarku yang berkaca gelap dan menghadap ke taman samping rumah membuatku merasa asri melihat hijau taman, apalagi di sana ada seorang laki-lai setengah baya yang sering kukagumi. Memang usiaku saat itu baru menginjak dua puluh satu tahun dan aku masih duduk di semester enam di fakultasku dan sudah punya pacar yang selalu rajin mengunjungiku di malam minggu. Toh tidak ada halangan apapun kalau aku menyukai laki-laki yang jauh di atas umurku.<br /><br />Tiba-tiba ia memandang ke arahku, jantungku berdegup keras. Tidak, dia tidak melihaku dari luar sana. Oom Pram mengenakan kaos singlet dan celana pendek, dari pangkal lengannya terlihat seburat ototnya yang masih kecang. Hari memang masih pagi sekitar jam 9:00, teman sekamar kostku telah berangkat sejak jam 6:00 tadi pagi demikian pula penghuni rumah lainnya, temasuk Tante Pram istrinya yang karyawati perusahaan perbankan.<br /><br />Memang Oom Pram sejak 5 bulan terakhir terkena PHK dengan pesangon yang konon cukup besar, karena penciutan perusahaannya. Sehingga kegiatannya lebih banyak di rumah. Bahkan tak jarang dia yang menyiapkan sarapan pagi untuk kami semua anak kost-nya. Yaitu roti dan selai disertai susu panas. Kedua anaknya sudah kuliah di luar kota. Kami anak kost yang terdiri dari 6 orang mahasiswi sangat akrab dengan induk semang. Mereka memperlakukan kami seperti anaknya. Walaupun biaya indekost-nya tidak terbilang murah, tetapi kami menyukainya karena kami seperti di rumah sendiri. Oom Pram telah selesai mengurus tamannya, ia segera hilang dari pemandanganku, ah seandainya dia ke kamarku dan mau memijitku, aku pasti akan senang, aku lebih membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari obat-obatan. Biasanya ibuku yang yang mengurusku dari dibuatkan bubur sampai memijit-mijit badanku. Ah.. andaikan Oom Pram yang melakukannya<br /><br />Kupejamkan mataku, kunikmati lamunanku sampai kudengar suara siulan dan suara air dari kamar mandi. Pasti Oom Pram sedang mandi, kubayangkan tubuhnya tanpa baju di kamar mandi, lamunanku berkembang menjadi makin hangat, hatiku hangat, kupejamkan mataku ketika aku diciumnya dalam lamunan, oh indahnya. Lamunanku terhenti ketika tiba-tiba ada suara ketukan di pintu kamarku, segera kutarik selimut yang sudah terserak di sampingku. Masuk..! kataku. Tak berapa lama kulihat Oom Pram sudah berada di ambang pintu masih mengenakan baju mandi. Senyumnya mengambang Bagaimana Lina? Ada kemajuan..? dia duduk di pinggir ranjangku, tangannya diulurkan ke arah keningku. Aku hanya mengangguk lemah. Walaupun jantungku berdetak keras, aku mencoba membalas senyumnya. Kemudian tangannya beralih memegang tangan kiriku dan mulai memjit-mijit.<br /><br />Lina mau dibikinkan susu panas? tanyanya.Terima kasih Oom, Lina sudah sarapan tadi, balasku.Enak dipijit seperti ini? aku mengangguk.VDia masih memijit dari tangan yang kiri kemudian beralih ke tangan kanan, kemudian ke pundakku. Ketika pijitannya berpindah ke kakiku aku masih diam saja, karena aku menyukai pijitannya yang lembut, disamping menimbulkan rasa nyaman juga menaikkan birahiku. Disingkirkannya selimut yang membungkus kakiku, sehingga betis dan pahaku yang kuning langsat terbuka, bahkan ternyata dasterku yang tipis agak terangkat ke atas mendekati pangkal paha, aku tidak mencoba membetulkannya, aku pura-pura tidak tahu.<br /><br />Lin kakimu mulus sekali ya.Ah.. Oom bisa aja, kan kulit Tante lebih mulus lagi, balasku sekenanya.Tangannya masih memijit kakiku dari bawah ke atas berulang-ulang. Lama-lama kurasakan tangannya tidak lagi memijit tetapi mengelus dan mengusap pahaku, aku diam saja, aku menikmatinya, birahiku makin lama makin bangkit.Lin, Oom jadi terangsang, gimana nih? suaranya terdengar kalem tanpa emosi.Jangan Oom, nanti Tante marah..Mulutku menolak tapi wajah dan tubuhku bekata lain, dan aku yakin Oom Pram sebagai laki-laki sudah matang dapat membaca bahasa tubuhku. Aku menggelinjang ketika jari tangannya mulai menggosok pangkal paha dekat vaginaku yang terbungkus CD. Dan astaga! ternyata dibalik baju mandinya Oom Pram tidak mengenakan celana dalam sehingga penisnya yang membesar dan tegak, keluar belahan baju mandinya tanpa disadarinya. Nafasku sesak melihat benda yang berdiri keras penuh dengan tonjolan otot di sekelilingnya dan kepala yang licin mengkilat. Ingin rasanya aku memegang dan mengelusnya. Tetapi kutahan hasratku itu, rasa maluku masih mengalahkan nafsuku.<br /><br />Oom Pram membungkuk menciumku, kurasakan bibirnya yang hangat menyentuh bibirku dengan lembut. Kehangatan menjalar ke lubuk hatiku dan ketika kurasakan lidahnya mencari-cari lidahku dan maka kusambut dengan lidahku pula, aku melayani hisapan-hisapannya dengan penuh gairah. Separuh tubuhnya sudah menindih tubuhku, kemaluannya menempel di pahaku sedangkan tangan kirinya telah berpindah ke buah dadaku. Dia meremas dadaku dengan lembut sambil menghisap bibirku. Tanpa canggung lagi kurengkuh tubuhnya, kuusap punggungnya dan terus ke bawah ke arah pahanya yang penuh ditumbuhi rambut. Dadaku berdesir enak sekali, tangannya sudah menyelusup ke balik dasterku yang tanpa BH, remasan jarinya sangat ahli, kadang putingku dipelintir sehingga menimbulkan sensasi yang luar biasa.<br /><br />Nafasku makin memburu ketika dia melepas ciumannya. Kutatap wajahnya, aku kecewa, tapi dia tersenyum dibelainya wajahku.Lin kau cantik sekali.. dia memujaku.Aku ingin menyetubuhimu, tapi apakah kamu masih perawan..? aku mengangguk lemah.Memang aku masih perawan, walaupun aku pernah petting dengan kakak iparku sampai kami orgasme tapi sampai saat ini aku belum pernah melakukan persetubuhan. Dengan pacarku kami sebatas ciuman biasa, dia terlalu alim untuk melakukan itu. Sedangkan kebutuhan seksku selama ini terpenuhi dengan mansturbasi, dengan khayalan yang indah. Biasanya dua orang obyek khayalanku yaitu kakak iparku dan yang kedua adalah Oom Pram induk semangku, yang sekarang setengah menindih tubuhku. Sebenarnya andaikata dia tidak menanyakan soal keperawanan, pasti aku tak dapat menolak jika ia menyetubuhiku, karena dorongan birahiku kurasakan melebihi birahinya. Kulihat dengan jelas pengendalian dirinya, dia tidak menggebu dia memainkan tangannya, bibirnya dan lidahnya dengan tenang, lembut dan sabar. Justru akulah yang kurasakan meledak-ledak.<br /><br />Bagaimana Lin? kita teruskan? tangannya masih mengusap rambutku, aku tak mampu menjawab.Aku ingin, ingin sekali, tapi aku tak ingin perawanku hilang. Kupejamkan mataku menghindari tatapanbya.Oom pakai tangan saja, bisikku kecewa.Tanpa menunggu lagi tangannya sudah melucuti seluruh dasterku, aku tinggal mengenakan celana dalam, dia juga telah telanjang utuh. Seluruh tubuhnya mengkilat karena keringat, batang kemaluannya panjang dan besar berdiri tegak. Diangkatnya pantatku dilepaskannya celana dalamku yang telah basah sejak tadi. Kubiarkan tangannya membuka selangkanganku lebar-lebar. Kulihat vaginaku telah merekah kemerahan bibirnya mengkilat lembab, klitorisku terasa sudah membesar dan memerah, di dalam lubang kemaluanku telah terbanjiri oleh lendir yang siap melumasi, setiap barang yang akan masuk.<br /><br />Oom Pram membungkuk dan mulai menjilat dinding kiri dan kanan kemaluanku, terasa nikmat sekali aku menggeliat, lidahnya menggeser makin ke atas ke arah klitosris, kupegang kepalanya dan aku mulai merintih kenikmatan. Berapa lama dia menggeserkan lidahnya di atas klitosriku yang makin membengkak. Karena kenikmatan tanpa terasa aku telah menggoyang pantatku, kadang kuangkat kadang ke kiri dan ke kanan. Tiba-tiba Oom Pram melakukan sedotan kecil di klitoris, kadang disedot kadang dipermainkan dengan ujung lidah. Kenikmatan yang kudapat luar biasa, seluruh kelamin sampai pinggul, gerakanku makin tak terkendali, Oom aduh.. Oom Lin mau keluar. Kuangkat tinggi tinggi pantatku, aku sudah siap untuk berorgasme, tapi pada saat yang tepat dia melepaskan ciumannya dari vagina. Dia menarikku bangun dan menyorongkan kemaluannya yang kokoh itu kemulutku. Gantian ya Lin.. aku ingin kau isap kemaluanku. Kutangkap kemaluannya, terasa penuh dan keras dalam genggamanku. Oom Pram sudah terlentang dan posisiku membungkuk siap untuk mengulum kelaminnya. Aku sering membayangkan dan aku juga beberapa kali menonton dalam film biru. Tetapi baru kali inilah aku melakukannya.<br /><br />Birahiku sudah sampai puncak. Kutelusuri pangkal kemaluannya dengan lidahku dari pangkal sampai ke ujung penisnya yang mengkilat berkali-kali. Ahhh Enak sekali Lin dia berdesis. Kemudian kukulum dan kusedot-sedot dan kujilat dengan lidah sedangkan pangkal kemaluannya kuelus dengan jariku. Suara desahan Oom Pram membuatku tidak tahan menahan birahi. Kusudahi permainan di kelaminnya, tiba-tiba aku sudah setengah jongkok di atas tubuhnya, kemaluannya persis di depan lubang vaginaku. Oom, Lin masukin dikit ya Oom, Lin pengen sekali. Dia hanya tersenyum. Hati-hati ya jangan terlalu dalam Aku sudah tidak lagi mendengar kata-katanya. Kupegang kemaluannya, kutempelkan pada bibir kemaluanku, kusapu-sapukan sebentar di klitoris dan bibir bawah, dan oh, ketika kepala kemaluanya kumasukan dalam lubang, aku hampir terbang. Beberapa detik aku tidak berani bergerak tanganku masih memegangi kemaluannya, ujung kemaluannya masih menancap dalam lubang vaginaku. Kurasakan kedutan-kedutan kecil dalam bibir bawahku, aku tidak yakin apakah kedutan berasal dariku atau darinya.<br /><br />Kuangkat sedikit pantatku, dan gesekan itu ujung kemaluannya yang sangat besar terasa menggeser bibir dalam dan pangkal klitoris. Kudorong pinggulku ke bawah makin dalam kenikmatan makin dalam, separuh batang kemaluannya sudah melesak dalam kemaluanku. Kukocokkan kemaluannya naik-turun, tidak ada rasa sakit seperti yang sering aku dengar dari temanku ketika keperawanannya hilang, padahal sudah separuh. Kujepit kemaluannya dengan otot dalam, kusedot ke dalam. Kulepas kembali berulang-ulang. Oh.. Lin kau hebat, jepitanmu nimat sekali. Kudengar Oom Pram mendesis-desis, payudaraku diremas-remas dan membuat aku merintih-rintih ketika dalam jepitanku itu. Dia mengocokkan kemaluannya dari bawah. Aku merintih, mendesis, mendengus, dan akhirnya kehilangan kontrolku. Kudorong pinggulku ke bawah, terus ke bawah sehingga penis Oom Pram sudah utuh masuk ke vaginaku, tidak ada rasa sakit, yang ada adalah kenikmatan yang meledak-ledak.Dari posisi duduk, kurubuhkan badanku di atas badannya, susuku menempel, perutku merekat pada perutnya. Kudekap Oom Pram erat-erat. Tangan kiri Oom Pram mendekap punggungku, sedang tangan kanannya mengusap-usap bokongku dan analku. Aku makin kenikmatan. Sambil merintih-rintih kukocok dan kugoyang pinggulku, sedang kurasakan benda padat kenyal dan besar menyodok-nyodok dari bawah.<br /><br />Tiba-tiba aku tidak tahan lagi, kedutan tadinya kecil makin keras dan akhirnya meledak. Ahhh Kutekan vaginaku ke penisnya, kedutannya keras sekali, nimat sekali. Dan hampir bersamaan dari dalam vagina terasa cairan hangat, menyemprot dinding rahimku. Ooohhh Oom Pram juga ejakulasi pada saat yang bersamaan. Beberapa menit aku masih berada di atasnya, dan kemaluannya masih menyesaki vaginaku. Kurasai vaginaku masih berkedut dan makin lemah. Tapi kelaminku masih menyebarkan kenikmatan. Pagi itu keprawananku hilang tanpa darah dan tanpa rasa sakit. Aku tidak menyesal.<br /><br />TAMATDunia Sekshttp://www.blogger.com/profile/15389449240222132554noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2137379910062327546.post-37570051776311824092012-05-20T21:15:00.002+07:002012-06-04T00:04:56.823+07:00Pesta perawan - 1Dengan langkah ragu-ragu aku mendekati ruang dosen di mana Pak Hr berada.<br /><br />“Winda…”, sebuah suara memanggil.<br /><br />“Hei Ratna!”.<br /><br />“Ngapain kau cari-cari dosen killer itu?”, Ratna itu bertanya heran.<br /><br />“Tau nih, aku mau minta ujian susulan, sudah dua kali aku minta diundur terus, kenapa ya?”.<br /><br />“Idih jahat banget!”.<br /><br />“Makanya, aku takut nanti di raport merah, mata kuliah dia kan penting!, tauk nih, bentar ya aku masuk dulu!”.<br /><br />“He-eh deh, sampai nanti!” Ratna berlalu.<br /><br />Dengan memberanikan diri aku mengetuk pintu.<br /><br />“Masuk…!”, Sebuah suara yang amat ditakutinya menyilakannya masuk.<br /><br />“Selamat siang pak!”.<br /><br />“Selamat siang, kamu siapa?”, tanyanya tanpa meninggalkan pekerjaan yang sedang dikerjakannya.<br /><br />“Saya Winda…!”.<br /><br />“Aku..? Oh, yang mau minta ujian lagi itu ya?”.<br /><br />“Iya benar pak.”<br /><br />“Saya tidak ada waktu, nanti hari Minggu saja kamu datang ke rumah saya, ini kartu nama saya”, Katanya acuh tak acuh sambil menyerahkan kartu namanya.<br /><br />“Ada lagi?” tanya dosen itu.<br /><br />“Tidak pak, selamat siang!”<br /><br />“Selamat siang!”.<br /><br />Dengan lemas aku beranjak keluar dari ruangan itu. Kesal sekali rasanya, sudah belajar sampai larut malam, sampai di sini harus kembali lagi hari Minggu, huh!<br /><br />Mungkin hanya akulah yang hari Minggu masih berjalan sambil membawa tas hendak kuliah. Hari ini aku harus memenuhi ujian susulan di rumah Pak Hr, dosen berengsek itu.<br /><br />Rumah Pak Hr terletak di sebuah perumahan elite, di atas sebuah bukit, agak jauh dari rumah-rumah lainnya. Belum sempat memijit Bel pintu sudah terbuka, Seraut wajah yang sudah mulai tua tetapi tetap segar muncul.<br /><br />“Ehh…! Winda, ayo masuk!”, sapa orang itu yang tak lain adalah pak Hr sendiri.<br /><br />“Permisi pak! Ibu mana?”, tanyaku berbasa-basi.<br /><br />“Ibu sedang pergi dengan anak-anak ke rumah neneknya!”, sahut pak Hr ramah.<br /><br />“Sebentar ya…”, katanya lagi sambil masuk ke dalam ruangan.<br /><br />Tumben tidak sepeti biasanya ketika mengajar di kelas, dosen ini terkenal paling killer.<br /><br />Rumah Pak Hr tertata rapi. Dinding ruang tamunya bercat putih. Di sudut ruangan terdapat seperangkat lemari kaca temapat tersimpan berbagai barang hiasan porselin. Di tengahnya ada hamparan permadani berbulu, dan kursi sofa kelas satu.<br /><br />“Gimana sudah siap?”, tanya pak Hr mengejutkan aku dari lamunannya.<br /><br />“Eh sudah pak!”<br /><br />“Sebenarnya…, sebenarnya Winda tidak perlu mengikuti ulang susulan kalau…, kalau…!”<br /><br />“Kalau apa pak?”, aku bertanya tak mengerti. Belum habis bicaranya, Pak Hr sudah menuburuk tubuhku.<br /><br />“Pak…, apa-apaan ini?”, tanyaku kaget sambil meronta mencoba melepaskan diri.<br /><br />“Jangan berpura-pura Winda sayang, aku membutuhkannya dan kau membutuhkan nilai bukan, kau akan kululuskan asalkan mau melayani aku!”, sahut lelaki itu sambil berusaha menciumi bibirku.<br /><br />Serentak Bulu kudukku berdiri. Geli, jijik…, namun detah dari mana asalnya perasaan hasrat menggebu-gebu juga kembali menyerangku. Ingin rasanya membiarkan lelaki tua ini berlaku semaunya atas diriku. Harus kuakui memang, walaupun dia lebih pantas jadi bapakku, namun sebenarnya lelaki tua ini sering membuatku berdebar-debar juga kalau sedang mengajar. Tapi aku tetap berusaha meronta-ronta, untuk menaikkan harga diriku di mata Pak Hr.<br /><br />“Lepaskan…, Pak jangan hhmmpppff…!”, kata-kataku tidak terselesaikan karena terburu bibirku tersumbat mulut pak Hr.<br /><br />Aku meronta dan berhasil melepaskan diri. Aku bangkit dan berlari menghindar. Namun entah mengapa aku justru berlari masuk ke sebuah kamar tidur. Kurapatkan tubuhku di sudut ruangan sambil mengatur kembali nafasku yang terengah-engah, entah mengapa birahiku sedemikian cepat naik. Seluruh wajahku terasa panas, kedua kakikupun terasa gemetar.<br /><br />Pak Hr seperti diberi kesempatan emas. Ia berjalan memasuki kamar dan mengunci pintunya. Lalu dengan perlahan ia mendekatiku. Tubuhku bergetar hebat manakala lelaki tua itu mengulurkan tangannya untuk merengkuh diriku. Dengan sekali tarik aku jatuh ke pelukan Pak Hr, bibirku segera tersumbat bibir laki-laki tua itu. Terasa lidahnya yang kasap bermain menyapu telak di dalam mulutku. Perasaanku bercampur aduk jadi satu, benci, jijik bercampur dengan rasa ingin dicumbui yang semakin kuat hingga akhirnya akupun merasa sudah kepalang basah, hati kecilku juga menginginkannya. Terbayang olehku saat-saat aku dicumbui seperti itu oleh Aldy, entah sedang di mana dia sekarang. aku tidak menolak lagi. bahkan kini malah membalas dengan hangat.<br /><br />Merasa mendapat angin kini tangan Pak Hr bahkan makin berani menelusup di balik blouse yang aku pakai, tidak berhenti di situ, terus menelup ke balik beha yang aku pakai.<br /><br />Jantungku berdegup kencang ketika tangan laki-laki itu meremas-remas gundukan daging kenyal yang ada di dadaku dengan gemas. Terasa benar, telapak tangannya yang kasap di permukaan buah dadaku, ditingkahi dengan jari-jarinya yang nakal mepermainkan puting susuku. Gemas sekali nampaknya dia. Tangannya makin lama makin kasar bergerak di dadaku ke kanan dan ke kiri.<br /><br />Setelah puas, dengan tidak sabaran tangannya mulai melucuti pakaian yang aku pakai satu demi satu hingga berceceran di lantai. Hingga akhirnya aku hanya memakai secarik G-string saja. Bergegas pula Pak Hr melucuti kaos oblong dan sarungnya. Di baliknya menyembul batang penis laki-laki itu yang telah menegang, sebesar lengan Bayi.<br /><br />Tak terasa aku menjerit ngeri, aku belum pernah melihat alat vital lelaki sebesar itu. Aku sedikit ngeri. Bisa jebol milikku dimasuki benda itu. Namun aku tak dapat menyembunyikan kekagumanku. Seolah ada pesona tersendiri hingga pandangan mataku terus tertuju ke benda itu. Pak Hr berjalan mendekatiku, tangannya meraih kunciran rambutku dan menariknya hingga ikatannya lepas dan rambutku bebas tergerai sampai ke punggung.<br /><br />“Kau Cantik sekali Winda…”, gumam pak Hr mengagumi kecantikanku.<br /><br />Aku hanya tersenyum tersipu-sipu mendengar pujian itu.<br /><br />Dengan lembut Pak Hr mendorong tubuhku sampai terduduk di pinggir kasur. Lalu ia menarik G-string, kain terakhir yang menutupi tubuhku dan dibuangnya ke lantai. Kini kami berdua telah telanjang bulat. Tanpa melepaskan kedua belah kakiku, bahkan dengan gemas ia mementangkan kedua belah pahaku lebar-lebar. Matanya benar-benar nanar memandang daerah di sekitar selangkanganku. Nafas laki-laki itu demikian memburu.<br /><br />Tak lama kemudian Pak membenamkan kepalanya di situ. Mulut dan lidahnya menjilat-jilat penuh nafsu di sekitar kemaluanku yang tertutup rambut lebat itu. Aku memejamkan mata, oohh, indahnya, aku sungguh menikmatinya, sampai-sampai tubuhku dibuat menggelinjang-gelinjang kegelian.<br /><br />“Pak…!”, rintihku memelas.<br /><br />“Pak…, aku tak tahan lagi…!”, aku memelas sambil menggigit bibir. Sungguh aku tak tahan lagi mengalamai siksaan birahi yang dilancarkan Pak Hr. Namun rupanya lelaki tua itu tidak peduli, bahkan senang melihat aku dalam keadaan demikian. Ini terlihat dari gerakan tangannya yang kini bahkan terjulur ke atas meremas-remas payudaraku, tetapi tidak menyudahi perbuatannya. Padahal aku sudah kewalahan dan telah sangat basah kuyup.<br /><br />“Paakk…, aakkhh…!”, aku mengerang keras, kakinya menjepit kepala Pak Hr melampiaskan derita birahiku, kujambak rambut Pak Hr keras-keras. Kini aku tak peduli lagi bahwa lelaki itu adalah dosen yang aku hormati. Sungguh lihai laki-laki ini membangkitkan gairahku. aku yakin dengan nafsunya yang sebesar itu dia tentu sangat berpengalaman dalam hal ini, bahkan sangat mungkin sudah puluhan atau ratusan mahasiswi yang sudah digaulinya. Tapi apa peduliku?<br /><br />Tiba-tiba Pak Hr melepaskan diri, lalu ia berdiri di depanku yang masih terduduk di tepi ranjang dengan bagian bawah perutnya persis berada di depan wajahku. aku sudah tahu apa yang dia mau, namun tanpa sempat melakukannya sendiri, tangannya telah meraih kepalaku untuk dibawa mendekati kejantanannya yang aduh mak.., Sungguh besar itu.<br /><br />Tanpa melawan sama sekali aku membuka mulut selebar-lebarnya, Lalu kukulum sekalian alat vital Pak Hr ke dalam mulutku hingga membuat lelaki itu melek merem keenakan. Benda itu hanya masuk bagian kepala dan sedikit batangnya saja ke dalam mulutku. Itupun sudah terasa penuh. Aku hampir sesak nafas dibuatnya. Aku pun bekerja keras, menghisap, mengulum serta mempermainkan batang itu keluar masuk ke dalam mulutku. Terasa benar kepala itu bergetar hebat setiap kali lidahku menyapu kepalanya.<br /><br />Beberapa saat kemudian Pak Hr melepaskan diri, ia membaringkan aku di tempat tidur dan menyusul berbaring di sisiku, kaki kiriku diangkat disilangkan di pinggangnya. Lalu Ia berusaha memasuki tubuhku belakang. Ketika itu pula kepala penis Pak Hr yang besar itu menggesek clitoris di liang senggamaku hingga aku merintih kenikmatan. Ia terus berusaha menekankan miliknya ke dalam milikku yang memang sudah sangat basah. Pelahan-lahan benda itu meluncur masuk ke dalam milikku.<br /><br />Dan ketika dengan kasar dia tiba-tiba menekankan miliknya seluruhnya amblas ke dalam diriku aku tak kuasa menahan diri untuk tidak memekik. Perasaan luar biasa bercampur sedikit pedih menguasai diriku, hingga badanku mengejang beberapa detik.<br /><br />Pak Hr cukup mengerti keadaan diriku, ketika dia selesai masuk seluruhnya dia memberi kesempatan padaku untuk menguasai diri beberapa saat. Sebelum kemudian dia mulai menggoyangkan pinggulnya pelan-pelan kemudian makin lama makin cepat.<br /><br />Aku sungguh tak kuasa untuk tidak merintih setiap Pak Hr menggerakkan tubuhnya, gesekan demi gesekan di dinding dalam liang senggamaku sungguh membuatku lupa ingatan. Pak Hr menyetubuhi aku dengan cara itu. Sementara bibirnya tak hentinya melumat bibir, tengkuk dan leherku, tangannya selalu meremas-remas payudaraku. Aku dapat merasakan puting susuku mulai mengeras, runcing dan kaku.<br /><br />Aku bisa melihat bagaimana batang penis lelaki itu keluar masuk ke dalam liang kemaluanku. Aku selalu menahan nafas ketika benda itu menusuk ke dalam. Milikku hampir tidak dapat menampung ukuran Pak Hr yang super itu, dan ini makin membuat Pak Hr tergila-gila.<br /><br />Tidak sampai di situ, beberapa menit kemudian Pak Hr membalik tubuhku hingga menungging di hadapannya. Ia ingin pakai doggy style rupanya. Tangan lelaki itu kini lebih leluasa meremas-remas kedua belah payudara aku yang kini menggantung berat ke bawah. Sebagai seorang wanita aku memiliki daya tahan alami dalam bersetubuh. Tapi bahkan kini aku kewalahan menghadapi Pak Hr. Laki-laki itu benar-benar luar biasa tenaganya. Sudah hampir setengah jam ia bertahan. Aku yang kini duduk mengangkangi tubuhnya hampir kehabisan nafas.<br /><br />Kupacu terus goyangan pinggulku, karena aku merasa sebentar lagi aku akan memperolehnya. Terus…, terus…, aku tak peduli lagi dengan gerakanku yang brutal ataupun suaraku yang kadang-kadang memekik menahan rasa luar biasa itu. Dan ketika klimaks itu sampai, aku tak peduli lagi…, aku memekik keras sambil menjambak rambutnya. Dunia serasa berputar. Sekujur tubuhku mengejang. Sungguh hebat rasa yang kurasakan kali ini. Sungguh ironi memang, aku mendapatkan kenikmatan seperti ini bukan dengan orang yang aku sukai. Tapi masa bodohlah.<br /><br />Berkali-kali kuusap keringat yang membasahi dahiku. Pak Hr kemudian kembali mengambil inisiatif. kini gantian Pak Hr yang menindihi tubuhku. Ia memacu keras untuk mencapai klimaks. Desah nafasnya mendengus-dengus seperti kuda liar, sementara goyangan pinggulnya pun semakin cepat dan kasar. Peluhnya sudah penuh membasahi sekujur tubuhnya dan tubuhku. Sementara kami terus berpacu. Sungguh hebat laki-laki ini. Walaupun sudah berumur tapi masih bertahan segitu lama. Bahkan mengalahkan semua cowok-cowok yang pernah tidur denganku, walaupun mereka rata-rata sebaya denganku.<br /><br />Namun beberapa saat kemudian, Pak Hr mulai menggeram sambil mengeretakkan giginya. Tubuh lelaki tua itu bergetar hebat di atas tubuhku. Penisnya menyemburkan cairan kental yang hangat ke dalam liang kemaluanku dengan derasnya.<br /><br />Beberapa saat kemudian, perlahan-lahan kami memisahkan diri. Kami terbaring kelelahan di atas kasur itu. Nafasku yang tinggal satu-satu bercampur dengan bunyi nafasnya yang berat. Kami masing-masing terdiam mengumpulkan tenaga kami yang sudah tercerai berai.<br /><br />Aku sendiri terpejam sambil mencoba merasakan kenikmatan yang baru saja aku alami di sekujur tubuhku ini. Terasa benar ada cairan kental yang hangat perlahan-lahan meluncur masuk ke dalam liang vaginaku. Hangat dan sedikit gatal menggelitik.<br /><br />Bagian bawah tubuhku itu terasa benar-benar banjir, basah kuyub. Aku menggerakkan tanganku untuk menyeka bibir bawahku itu dan tanganku pun langsung dipenuhi dengan cairan kental berwarna putih susu yang berlepotan di sana.<br /><br />“Bukan main Winda, ternyata kau pun seperti kuda liar!” kata Pak Hr penuh kepuasan. Aku yang berbaring menelungkup di atas kasur hanya tersenyum lemah. aku sungguh sangat kelelahan, kupejamkan mataku untuk sejenak beristirahat. Persetan dengan tubuhku yang masih telanjang bulat.<br /><br />Pak Hr kemudian bangkit berdiri, ia menyulut sebatang rokok. Lalu lelaki tua itu mulai mengenakan kembali pakaiannya. Aku pun dengan malas bangkit dan mengumpulkan pakaiannya yang berserakan di lantai.<br /><br />Sambil berpakaian ia bertanya, “Bagaimana dengan ujian saya pak?”.<br /><br />“Minggu depan kamu dapat mengambil hasilnya”, sahut laki-laki itu pendek.<br /><br />“Kenapa tidak besok pagi saja?”, protes aku tak puas.<br /><br />“Aku masih ingin bertemu kamu, selama seminggu ini aku minta agar kau tidak tidur dengan lelaki lain kecuali aku!”, jawab Pak Hr.<br /><br />Aku sedikit terkejut dengan jawabannya itu. Tapi akupun segera dapat menguasai keadaanku. Rupanya dia belum puas dengan pelayanan habis-habisanku barusan.<br /><br />“Aku tidak bisa janji!”, sahutku seenaknya sambil bangkit berdiri dan keluar dari kamar mencari kamar mandi. Pak Hr hanya mampu terbengong mendengar jawabanku yang seenaknya itu.<br /><br />Aku sedang berjalan santai meninggalkan rumah pak Hr, ini pertemuanku yang ketiga dengan laki-laki itu demi menebus nilai ujianku yang selalu jeblok jika ujian dengan dia. Mungkin malah sengaja dibuat jeblok biar dia bisa main denganku. Dasar…, namun harus kuakui, dia laki-laki hebat, daya tahannya sungguh luar biasa jika dibandingkan dengan usianya yang hapir mencapai usia pensiun itu. Bahkan dari pagi hingga sore hari ini dia masih sanggup menggarapku tiga kali, sekali di ruang tengah begitu aku datang, dan dua kali di kamar tidur. Aku sempat terlelap sesudahnya beberapa jam sebelum membersihkan diri dan pulang. Berutung kali ini, aku bisa memaksanya menandatangani berkas ujian susulanku.<br /><br />“Masih ada mata kuliah Pengantar Berorganisasi dan Kepemimpinan”, katanya sambil membubuhkan nilai A di berkas ujianku.<br /><br />“Selama bapak masih bisa memberiku nilai A”, kataku pendek.<br /><br />“Segeralah mendaftar, kuliah akan dimulai minggu depan!”.<br /><br />“Terima kasih pak!” kataku sambil tak lupa memberikan senyum semanis mungkin.<br /><br />“Winda!” teriakan seseorang mengejutkan lamunanku. Aku menoleh ke arah sumber suara tadi yang aku perkirakan berasal dari dalam mobil yang berjalan perlahan menghampiriku. Seseorang membuka pintu mobil itu, wajah yang sangat aku benci muncul dari balik pintu Mitsubishi Galant keluaran tahun terakhir itu.<br /><br />“Masuklah Winda…”.<br /><br />“Tidak, terima kasih. Aku bisa jalan sendiri koq!”, Aku masih mencoba menolak dengan halus.<br /><br />“Ayolah, masa kau tega menolak ajakanku, padahal dengan pak Hr saja kau mau!”.<br /><br />Aku tertegun sesaat, Bagai disambar petir di siang bolong.<br /><br />“Da…,Darimana kau tahu?”.<br /><br />“Nah, jadi benar kan…, padahal aku tadi hanya menduga-duga!”<br /><br />“Sialan!”, Aku mengumpat di dalam hati, harusnya tadi aku bersikap lebih tenang, aku memang selalu nervous kalau ketemu cowok satu ini, rasanya ingin buru-buru pergi dari hadapannya dan tidak ingin melihat mukanya yang memang seram itu.<br /><br />Bersambung . . . . .Dunia Sekshttp://www.blogger.com/profile/15389449240222132554noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2137379910062327546.post-70451618450978485142012-05-20T21:15:00.001+07:002012-06-04T00:04:56.812+07:00Kerja kelompok nikmat"Ryan,hari ini kita kerja kelompok di rumahku,ya?"Rena datang ke arahku<br />"Oke,deh,jam berapa?"Tanyaku disertai anggukan<br />"Hmmm,jam 1,deh,kira - kira sampai jam 5"Jawabnya disertai senyuman manis<br /><br />Akupun mengangguk dengan senyum,Rena memang gadis paling cantik di kelasku,wajahnya manis,imut,dan cantik,tapi tubuhnya sangatlah indah,dengan payudara sedang,kulit putih,dan pantat berisi,banyak yang benar - benar jatuh cinta padanya,termasuk aku,ataupun orang yang hanya nafsu melihatnya dan menggodanya.Aku sungguh beruntung,Bu Selvi memilihkan kelompokku,aku dan Rena,banyak teman yang iri padaku.<br /><br />Setelah pulang sekolah,aku sempat beronani mengingat Rena,lalu aku naik ke mobilku yang dikendarai sopirku.<br /><br />"Bang,nanti pulang jam 5,jangan jemput sebelum jam 5,ya?"Kataku pada sopirku<br />"Oke,deh"<br /><br />Sampai di rumahnya,aku masuk ke rumahnya yang cukup besar,maklum ayah Rena pengusaha sibuk yang di rumah pada malam hari,sementara ibu Rena,Bu Alyssa,seorang ibu rumah tangga.<br /><br />Saat aku masuk,aku disambut oleh Rena dan ibunya,aku tertegun melihat keduanya,Bu Alyssa sama cantiknya dengan Rena,umurnya sudah 36 tahun,tapi wajahnya tetap cantik,tubuhnya ramping,payudara agak besar,dan kulit putihnya tak seperti ibu yang sudah memiliki anak,kontolku berdiri keras melihat keduanya.Nafsuku meningkat drastis.<br /><br />Akupun diajak ke kamar Rena,sempat aku deg - degan berduaan bersama Rena,tapi nafsuku sangat,akupun berusaha menahan nafsuku dan membantu Rena mengerjakan pekerjaan yang memang disuruh,kami duduk di meja berhadapan.<br /><br />Selama pekerjaan banyak kukeluarkan godaan padanya disertai candaan,membuatnya tersenyum malu dan mukanya memerah,membuatku terpesona padanya,wajahku yang disebut ganteng oleh teman -temanku sering dilirik oleh Rena.Jam 3 pekerjaan kami sudah selesai,sedangkan aku menyuruh untuk dijemput jam 5,akupun disuruh menemani Rena dulu,sambil menunggu jemputan.<br /><br />"Ryan,kamu lucu banget,ya?"<br />"Oh,tentu,dong"Jawabku bangga<br />"Tapi kamu juga ganteng"<br />"Ahh,kamu juga cantik,kok"Jawabku romantis.<br /><br />Kini kami berpandangan,kuletakkan tanganku pada tangan lembutnya di atas meja,lalu aku duduk di sebelahnya,kumajukan kepalaku ke kepalanya,dia tampak diam saja,kini kami berciuman romantis,bibirnya terasa hangat,kukulum bibirnya selama 5 menit,karena sudah bernafsu,kucoba meremas payudaranya dengan perlahan dan lembut,saat tanganku menyentuh payudaranya,dia tampak membiarkan saja,sehingga kini kami berciuman sambil tanganku meremas payudaranya.<br /><br />Sekitar 5 menit lagi kami melakukan begitu,lalu tiba - tiba pintu kamar dibuka,segera kulepaskan ciumanku dan kembali seperti tak terjadi apa - apa,sungguh sayang,pikirku dalam hati.Bu Alyssa masuk dan berkata<br /><br />"Rena,kamu dipanggil papa ke kantor,ada urusan penting"<br /><br />Rena semula menolak,tapi setelah dipaksa,diapun setuju,sementara kini Bu Alyssa duduk di sebelahku,tangannya diletakkan di pahaku,kontolku mengeras dengan cepat,diapun berkata<br /><br />"Nak Ryan,tadi tante lihat,kok apa yang kamu lakukan sama Rena"<br />"Hmm,Hmmmm"Aku takut dan gugup takut dimarahi<br />"Gak apa - apa,kok,tante gak nyalahin kamu,tubuh Rena memang menggairahkan,sih"<br /><br />Aku agak kaget mendengar itu<br /><br />"Ryan,kamu tahu,gak?Tante sekarang nafsu,nih melihat kalian tadi berciuman dan remas"<br /><br />Aku pura - pura kebingungan,tapi aku nafsu mendengarnya.<br /><br />Kini tangannya yang diletakkan di pahaku mengelus - elus lembut kontolku sementara dia menuntun tanganku ke payudaranya,lalu dia mengarahkan kepalanya ke kepalaku,lalu kami berciuman lembut,tanganku kini mulai meremas payudaranya yang masih kencang,lalu Bu Alyssa membuka celanaku sambil aku membuka bajunya,kini kontolku terpampang,dia agak kaget dengan ukurannya,lalu akupun membuka bajunya dan BHnya,payudaranya memiliki puting kecoklatan dan masih kencang,langsung saja dia mengulum kontolku yang mengarah ke atas karena kami masih duduk,kulumannya sungguh enak,membuatku memejamkan mata sambil meremas payudaranya.<br /><br />Kini kubuka celananya,lalu CDnya yang sudah basah,terlihatlah vaginanya yang masih indah meskipun sudah mempunyai dua anak,masih berwarna kemerahan dengan bulu halus yang dicukur rapi,akupun menjilat vaginanya,sangat nikmat dan harum,jilatanku semakin membuat vaginanya basah,dia meronta - ronta kegelian dan kenikmatan,kini aku kembali duduk di kursi,Bu Alyssa naik ke pangkuanku,dia memaskan vaginanya pada kontolku,lalu kuletakkan tanganku di pinggulnya,kini kontolku sudah masuk di vagina Bu Alyssa,pertama perlahan,lalu semakin cepat,aku menaikturunkan tubuh Bu Alyssa dengan cepat,membuat dia memejamkan mata dan vaginanya semakin basah,kurasakan kontolku dipijat oleh otot vaginanya,sangat nikmat sehingga mebuatku mendesah kenikmatan,sementara kunaikturunkan tubuh seksinya dengan cepat.<br /><br />"Ahhhh,Akkkhhh,Sssst,enak,Ryan,terus,Ahhhh"<br /><br />Vaginanya mengeluarkan cairan hangat yang membasahi kontolku,lalu kupelankan sedikit karena aku sudah merasa mau keluar,kuangkat tubuhnya ke kursi sebelah,lalu kusodorkan kontolku padanya,dia mengocoknya,lalu keluarlah spermaku yang membasahi mukanya.<br /><br />"Tante belum puas,Ryan,kamu masih ingin,gak?"<br />"Iya,tante"<br /><br />Akupun mengangkat tubuhnya,kubaringkan ke kasur,dia membuka lebar kakinya,kuperhatikan vaginanya yang sudah sangat basah,sangat indah,<br /><br />"Ngapain kamu,Ryan?Ayo cepat tancapkan"<br />"Iya,tante"<br /><br />Dia menuntun kontolku masuk dalam vaginanya,setelah masuk,kumajumundurkan dengan cepat membuatnya mengejang dan mendesah kenikmatan,pijatan vaginanya pada kontolku semakin keras dan nikmat,membuatku memejamkan mata menikmati vaginanya,<br /><br />"Ahhhh,Ehhhm,Akkkkk,Ahhhhhhh"<br /><br />Desahan Bu Alyssa menambah nafsuku,tubuh dan wajah keringatnya menambah nafsuku,membuat dia mendesah lebih keras<br /><br />"Akkkh,Ryan,tante mau keluar"<br /><br />Vagina Bu Alyssa mengeluarkan cairan hangat yang juga berjumlah banyak,kukeluarkan kontolku dari vaginanya yang dari tadi memijat nikmat kontolku,lalu kusodorkan padanya,kocokan Bu Alyssa sangat enak,sehingga 1 menit kemudian spermaku keluar dengan deras lagi,lalu Bu Alyssa membersihkannya dengan mulutnya,kami terbaring dalam keadaan telanjang sambil berpelukan<br /><br />"Gila,tante belum pernah secapek ini,Ryan,juga belum pernah senikmat ini"<br /><br />Aku tersenyum mendengarnya,lalu kami segera membersihkan bekas orgasme Bu Alyssa dan spermaku,lalu kami berpakaian kembali lalu melakukan french kiss,nafsuku naik lagi,ingin aku melanjutkannya di kamar mandi,akupun mengajak Bu Alyssa,dia setuju,lalu kami melakukannya lagi di kamar mandi sampai jam 04.30,Rena pulang kembali ke rumah dan kami berbincang - bincang seperti tak terjadi apa -apa.<br /><br />Sejak kejadian itu aku semakin sering main ke rumah Rena,dan tentu saja menikmati Bu Alyssa,ibunya sudah kunikmati,sisa anaknya.<br /><br />TamatDunia Sekshttp://www.blogger.com/profile/15389449240222132554noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2137379910062327546.post-48174964083927574232012-05-20T21:15:00.000+07:002012-06-04T00:04:56.800+07:00Gairah bapak kostPagi itu kulihat Oom Pram sedang merapikan tanaman di kebun, dipangkasnya daun-daun yang mencuat tidak beraturan dengan gunting. Kutatap wajahnya dari balik kaca gelap jendela kamarku. Belum terlalu tua, umurnya kutaksir belum mencapai usia 50 tahun, tubuhnya masih kekar wajahnya segar dan cukup tampan. Rambut dan kumisnya beberapa sudah terselip uban. Hari itu memang aku masih tergeletak di kamar kostku. Sejak kemarin aku tidak kuliah karena terserang flu. Jendela kamarku yang berkaca gelap dan menghadap ke taman samping rumah membuatku merasa asri melihat hijau taman, apalagi di sana ada seorang laki-lai setengah baya yang sering kukagumi. Memang usiaku saat itu baru menginjak dua puluh satu tahun dan aku masih duduk di semester enam di fakultasku dan sudah punya pacar yang selalu rajin mengunjungiku di malam minggu. Toh tidak ada halangan apapun kalau aku menyukai laki-laki yang jauh di atas umurku.<br /><br />Tiba-tiba ia memandang ke arahku, jantungku berdegup keras. Tidak, dia tidak melihaku dari luar sana. Oom Pram mengenakan kaos singlet dan celana pendek, dari pangkal lengannya terlihat seburat ototnya yang masih kecang. Hari memang masih pagi sekitar jam 9:00, teman sekamar kostku telah berangkat sejak jam 6:00 tadi pagi demikian pula penghuni rumah lainnya, temasuk Tante Pram istrinya yang karyawati perusahaan perbankan.<br /><br />Memang Oom Pram sejak 5 bulan terakhir terkena PHK dengan pesangon yang konon cukup besar, karena penciutan perusahaannya. Sehingga kegiatannya lebih banyak di rumah. Bahkan tak jarang dia yang menyiapkan sarapan pagi untuk kami semua anak kost-nya. Yaitu roti dan selai disertai susu panas. Kedua anaknya sudah kuliah di luar kota. Kami anak kost yang terdiri dari 6 orang mahasiswi sangat akrab dengan induk semang. Mereka memperlakukan kami seperti anaknya. Walaupun biaya indekost-nya tidak terbilang murah, tetapi kami menyukainya karena kami seperti di rumah sendiri. Oom Pram telah selesai mengurus tamannya, ia segera hilang dari pemandanganku, ah seandainya dia ke kamarku dan mau memijitku, aku pasti akan senang, aku lebih membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari obat-obatan. Biasanya ibuku yang yang mengurusku dari dibuatkan bubur sampai memijit-mijit badanku. Ah.. andaikan Oom Pram yang melakukannya<br /><br />Kupejamkan mataku, kunikmati lamunanku sampai kudengar suara siulan dan suara air dari kamar mandi. Pasti Oom Pram sedang mandi, kubayangkan tubuhnya tanpa baju di kamar mandi, lamunanku berkembang menjadi makin hangat, hatiku hangat, kupejamkan mataku ketika aku diciumnya dalam lamunan, oh indahnya. Lamunanku terhenti ketika tiba-tiba ada suara ketukan di pintu kamarku, segera kutarik selimut yang sudah terserak di sampingku. Masuk..! kataku. Tak berapa lama kulihat Oom Pram sudah berada di ambang pintu masih mengenakan baju mandi. Senyumnya mengambang Bagaimana Lina? Ada kemajuan..? dia duduk di pinggir ranjangku, tangannya diulurkan ke arah keningku. Aku hanya mengangguk lemah. Walaupun jantungku berdetak keras, aku mencoba membalas senyumnya. Kemudian tangannya beralih memegang tangan kiriku dan mulai memjit-mijit.<br /><br />Lina mau dibikinkan susu panas? tanyanya.Terima kasih Oom, Lina sudah sarapan tadi, balasku.Enak dipijit seperti ini? aku mengangguk.VDia masih memijit dari tangan yang kiri kemudian beralih ke tangan kanan, kemudian ke pundakku. Ketika pijitannya berpindah ke kakiku aku masih diam saja, karena aku menyukai pijitannya yang lembut, disamping menimbulkan rasa nyaman juga menaikkan birahiku. Disingkirkannya selimut yang membungkus kakiku, sehingga betis dan pahaku yang kuning langsat terbuka, bahkan ternyata dasterku yang tipis agak terangkat ke atas mendekati pangkal paha, aku tidak mencoba membetulkannya, aku pura-pura tidak tahu.<br /><br />Lin kakimu mulus sekali ya.Ah.. Oom bisa aja, kan kulit Tante lebih mulus lagi, balasku sekenanya.Tangannya masih memijit kakiku dari bawah ke atas berulang-ulang. Lama-lama kurasakan tangannya tidak lagi memijit tetapi mengelus dan mengusap pahaku, aku diam saja, aku menikmatinya, birahiku makin lama makin bangkit.Lin, Oom jadi terangsang, gimana nih? suaranya terdengar kalem tanpa emosi.Jangan Oom, nanti Tante marah..Mulutku menolak tapi wajah dan tubuhku bekata lain, dan aku yakin Oom Pram sebagai laki-laki sudah matang dapat membaca bahasa tubuhku. Aku menggelinjang ketika jari tangannya mulai menggosok pangkal paha dekat vaginaku yang terbungkus CD. Dan astaga! ternyata dibalik baju mandinya Oom Pram tidak mengenakan celana dalam sehingga penisnya yang membesar dan tegak, keluar belahan baju mandinya tanpa disadarinya. Nafasku sesak melihat benda yang berdiri keras penuh dengan tonjolan otot di sekelilingnya dan kepala yang licin mengkilat. Ingin rasanya aku memegang dan mengelusnya. Tetapi kutahan hasratku itu, rasa maluku masih mengalahkan nafsuku.<br /><br />Oom Pram membungkuk menciumku, kurasakan bibirnya yang hangat menyentuh bibirku dengan lembut. Kehangatan menjalar ke lubuk hatiku dan ketika kurasakan lidahnya mencari-cari lidahku dan maka kusambut dengan lidahku pula, aku melayani hisapan-hisapannya dengan penuh gairah. Separuh tubuhnya sudah menindih tubuhku, kemaluannya menempel di pahaku sedangkan tangan kirinya telah berpindah ke buah dadaku. Dia meremas dadaku dengan lembut sambil menghisap bibirku. Tanpa canggung lagi kurengkuh tubuhnya, kuusap punggungnya dan terus ke bawah ke arah pahanya yang penuh ditumbuhi rambut. Dadaku berdesir enak sekali, tangannya sudah menyelusup ke balik dasterku yang tanpa BH, remasan jarinya sangat ahli, kadang putingku dipelintir sehingga menimbulkan sensasi yang luar biasa.<br /><br />Nafasku makin memburu ketika dia melepas ciumannya. Kutatap wajahnya, aku kecewa, tapi dia tersenyum dibelainya wajahku.Lin kau cantik sekali.. dia memujaku.Aku ingin menyetubuhimu, tapi apakah kamu masih perawan..? aku mengangguk lemah.Memang aku masih perawan, walaupun aku pernah petting dengan kakak iparku sampai kami orgasme tapi sampai saat ini aku belum pernah melakukan persetubuhan. Dengan pacarku kami sebatas ciuman biasa, dia terlalu alim untuk melakukan itu. Sedangkan kebutuhan seksku selama ini terpenuhi dengan mansturbasi, dengan khayalan yang indah. Biasanya dua orang obyek khayalanku yaitu kakak iparku dan yang kedua adalah Oom Pram induk semangku, yang sekarang setengah menindih tubuhku. Sebenarnya andaikata dia tidak menanyakan soal keperawanan, pasti aku tak dapat menolak jika ia menyetubuhiku, karena dorongan birahiku kurasakan melebihi birahinya. Kulihat dengan jelas pengendalian dirinya, dia tidak menggebu dia memainkan tangannya, bibirnya dan lidahnya dengan tenang, lembut dan sabar. Justru akulah yang kurasakan meledak-ledak.<br /><br />Bagaimana Lin? kita teruskan? tangannya masih mengusap rambutku, aku tak mampu menjawab.Aku ingin, ingin sekali, tapi aku tak ingin perawanku hilang. Kupejamkan mataku menghindari tatapanbya.Oom pakai tangan saja, bisikku kecewa.Tanpa menunggu lagi tangannya sudah melucuti seluruh dasterku, aku tinggal mengenakan celana dalam, dia juga telah telanjang utuh. Seluruh tubuhnya mengkilat karena keringat, batang kemaluannya panjang dan besar berdiri tegak. Diangkatnya pantatku dilepaskannya celana dalamku yang telah basah sejak tadi. Kubiarkan tangannya membuka selangkanganku lebar-lebar. Kulihat vaginaku telah merekah kemerahan bibirnya mengkilat lembab, klitorisku terasa sudah membesar dan memerah, di dalam lubang kemaluanku telah terbanjiri oleh lendir yang siap melumasi, setiap barang yang akan masuk.<br /><br />Oom Pram membungkuk dan mulai menjilat dinding kiri dan kanan kemaluanku, terasa nikmat sekali aku menggeliat, lidahnya menggeser makin ke atas ke arah klitosris, kupegang kepalanya dan aku mulai merintih kenikmatan. Berapa lama dia menggeserkan lidahnya di atas klitosriku yang makin membengkak. Karena kenikmatan tanpa terasa aku telah menggoyang pantatku, kadang kuangkat kadang ke kiri dan ke kanan. Tiba-tiba Oom Pram melakukan sedotan kecil di klitoris, kadang disedot kadang dipermainkan dengan ujung lidah. Kenikmatan yang kudapat luar biasa, seluruh kelamin sampai pinggul, gerakanku makin tak terkendali, Oom aduh.. Oom Lin mau keluar. Kuangkat tinggi tinggi pantatku, aku sudah siap untuk berorgasme, tapi pada saat yang tepat dia melepaskan ciumannya dari vagina. Dia menarikku bangun dan menyorongkan kemaluannya yang kokoh itu kemulutku. Gantian ya Lin.. aku ingin kau isap kemaluanku. Kutangkap kemaluannya, terasa penuh dan keras dalam genggamanku. Oom Pram sudah terlentang dan posisiku membungkuk siap untuk mengulum kelaminnya. Aku sering membayangkan dan aku juga beberapa kali menonton dalam film biru. Tetapi baru kali inilah aku melakukannya.<br /><br />Birahiku sudah sampai puncak. Kutelusuri pangkal kemaluannya dengan lidahku dari pangkal sampai ke ujung penisnya yang mengkilat berkali-kali. Ahhh Enak sekali Lin dia berdesis. Kemudian kukulum dan kusedot-sedot dan kujilat dengan lidah sedangkan pangkal kemaluannya kuelus dengan jariku. Suara desahan Oom Pram membuatku tidak tahan menahan birahi. Kusudahi permainan di kelaminnya, tiba-tiba aku sudah setengah jongkok di atas tubuhnya, kemaluannya persis di depan lubang vaginaku. Oom, Lin masukin dikit ya Oom, Lin pengen sekali. Dia hanya tersenyum. Hati-hati ya jangan terlalu dalam Aku sudah tidak lagi mendengar kata-katanya. Kupegang kemaluannya, kutempelkan pada bibir kemaluanku, kusapu-sapukan sebentar di klitoris dan bibir bawah, dan oh, ketika kepala kemaluanya kumasukan dalam lubang, aku hampir terbang. Beberapa detik aku tidak berani bergerak tanganku masih memegangi kemaluannya, ujung kemaluannya masih menancap dalam lubang vaginaku. Kurasakan kedutan-kedutan kecil dalam bibir bawahku, aku tidak yakin apakah kedutan berasal dariku atau darinya.<br /><br />Kuangkat sedikit pantatku, dan gesekan itu ujung kemaluannya yang sangat besar terasa menggeser bibir dalam dan pangkal klitoris. Kudorong pinggulku ke bawah makin dalam kenikmatan makin dalam, separuh batang kemaluannya sudah melesak dalam kemaluanku. Kukocokkan kemaluannya naik-turun, tidak ada rasa sakit seperti yang sering aku dengar dari temanku ketika keperawanannya hilang, padahal sudah separuh. Kujepit kemaluannya dengan otot dalam, kusedot ke dalam. Kulepas kembali berulang-ulang. Oh.. Lin kau hebat, jepitanmu nimat sekali. Kudengar Oom Pram mendesis-desis, payudaraku diremas-remas dan membuat aku merintih-rintih ketika dalam jepitanku itu. Dia mengocokkan kemaluannya dari bawah. Aku merintih, mendesis, mendengus, dan akhirnya kehilangan kontrolku. Kudorong pinggulku ke bawah, terus ke bawah sehingga penis Oom Pram sudah utuh masuk ke vaginaku, tidak ada rasa sakit, yang ada adalah kenikmatan yang meledak-ledak.Dari posisi duduk, kurubuhkan badanku di atas badannya, susuku menempel, perutku merekat pada perutnya. Kudekap Oom Pram erat-erat. Tangan kiri Oom Pram mendekap punggungku, sedang tangan kanannya mengusap-usap bokongku dan analku. Aku makin kenikmatan. Sambil merintih-rintih kukocok dan kugoyang pinggulku, sedang kurasakan benda padat kenyal dan besar menyodok-nyodok dari bawah.<br /><br />Tiba-tiba aku tidak tahan lagi, kedutan tadinya kecil makin keras dan akhirnya meledak. Ahhh Kutekan vaginaku ke penisnya, kedutannya keras sekali, nimat sekali. Dan hampir bersamaan dari dalam vagina terasa cairan hangat, menyemprot dinding rahimku. Ooohhh Oom Pram juga ejakulasi pada saat yang bersamaan. Beberapa menit aku masih berada di atasnya, dan kemaluannya masih menyesaki vaginaku. Kurasai vaginaku masih berkedut dan makin lemah. Tapi kelaminku masih menyebarkan kenikmatan. Pagi itu keprawananku hilang tanpa darah dan tanpa rasa sakit. Aku tidak menyesal.<br /><br />TAMATDunia Sekshttp://www.blogger.com/profile/15389449240222132554noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2137379910062327546.post-85605177021042858312012-05-20T21:14:00.001+07:002012-06-04T00:10:34.066+07:00Pesta perawan - 2Seperti tipikal orang Indonesia bagian daerah paling timur, cowok ini hitam tinggi besar dengan postur sedikit gemuk, janggut dan cambang yang tidak pernah dirapikan dengan rambut keritingnya yang dipelihara panjang ditambah dengan caranya memakai kemeja yang tidak pernah dikancingkan dengan benar sehingga memamerkan dadanya yang penuh bulu. Dengan asesoris kalung, gelang dan cincin emas, arloji rolex yang dihiasi berlian…, cukup menunjukkan bahwa dia ini orang yang memang punya duit. Namun, aku menjadi muak dengan penampilan seperti itu.<br /><br />Dino memang salah satu jawara di kampus, anak buahnya banyak dan dengan kekuatan uang serta gaya jawara seperti itu membuat dia menjadi salah satu momok yang paling menakutkan di lingkungan kampus. Dia itu mahasiswa lama, dan mungkin bahkan tidak pernah lulus, namun tidak ada orang yang berani mengusik keberadaannya di kamus, bahkan dari kalangan akademik sekalipun.<br /><br />“Gimana? Masih tidak mau masuk?”, tanya dia setengah mendesak.<br /><br />Aku tertegun sesaat, belum mau masuk. Aku memang sangat tidak menyukai laki-laki ini, Tetapi kelihatannya aku tidak punya pilihan lain, bisa-bisa semua orang tahu apa yang kuperbuat dengan pak Hr, dan aku sungguh-sungguh ingin menjaga rahasia ini, terutama terhadap Erwin, tunanganku. Namun saat ini aku benar benar terdesak dan ingin segera membiarkan masalah ini berlalu dariku. Makanya tanpa pikir panjang aku mengiyakan saja ajakannya.<br /><br />Dino tertawa penuh kemenangan, ia lalu berbicara dengan orang yang berada di sebelahnya supaya berpindah ke jok belakang. Aku membanting pantatku ke kursi mobil depan, dan pemuda itu langsung menancap gas. Sambil nyengir kuda. Kesenangan.<br /><br />“Ke mana kita?”, tanyaku hambar.<br /><br />“Lho? Mestinya aku yang harus tanya, kau mau ke mana?”, tanya Dino pura-pura heran.<br /><br />“Sudahlah Dino, tak usah berpura-pura lagi, kau mau apa?”, Suaraku sudah sedemikian pasrahnya. Aku sudah tidak mau berpikir panjang lagi untuk meminta dia menutup-nutupi perbuatanku. Orang yang duduk di belakangku tertawa.<br /><br />“Rupanya dia cukup mengerti apa kemauanmu Dino!”, Dia berkomentar.<br /><br />“Ah, diam kau Maki!” Rupanya orang itu namanya Maki, orang dengan penampilan hampir mirip dengan Dino kecuali rambutnya yang dipotong crew-cut.<br /><br />“Bagaimana kalau ke rumahku saja? Aku sangat merindukanmu Winda!”, pancing Dino.<br /><br />“Sesukamulah…!”, Aku tahu benar memang itu yang diinginkannya.<br /><br />Dino tertawa penuh kemenangan.<br /><br />Ia melarikan mobilnya makin kencang ke arah sebuah kompleks perumahan. Lalu mobil yang ditumpangi mereka memasuki pekarangan sebuah rumah yang cukup besar. Di pekarangan itu sudah ada 2 buah mobil lain, satu Mitsubishi Pajero dan satu lagi Toyota Great Corolla namun keduanya kelihatan diparkir sekenanya tak beraturan.<br /><br />Interior depan rumah itu sederhana saja. Cuma satu stel sofa, sebuah rak perabotan pecah belah. Tak lebih. Dindingnya polos. Demikian juga tempok ruang tengah. Terasa betapa luas dan kosongnya ruangan tengah itu, meski sebuah bar dengan rak minuman beraneka ragam terdapat di sudut ruangan, menghadap ke taman samping. Sebuah stereo set terpasang di ujung bar. Tampaknya baru saja dimatikan dengan tergesa-gesa. Pitanya sebagian tergantung keluar.<br /><br />Dari pintu samping kemudian muncul empat orang pemuda dan seorang gadis, yang jelas-jelas masih menggunakan seragam SMU. Mereka semua mengeluarkan suara setengah berbisik. Keempat orang laki-laki itu, tiga orang sepertinya sesuku dengan Dino atau sebangsanya, sedangkan yang satu lagi seperti bule dengan rambutnya yang gondrong. Sementara si gadis berperawakan tinggi langsing, berkulit putih dan rambutnya yang hitam lurus dan panjang tergerai sampai ke pinggang, ia memakai bandana lebar di kepalanya dengan poni tebal menutupi dahinya. Wajahnya yang oval dan bermata sipit menandakan bahwa ia keturunan Cina atau sebangsanya. Harus kuakui dia memang cantik, seperti bintang film drama Mandarin. Berbeda dengan penampilan ketiga laki-laki itu, gadis ini kelihatannya bukan merupakan gerombolan mereka, dilihat dari tampangnya yang masih lugu. Ia masih mengenakan seragam sebuah sekolah Katolik yang langsung bisa aku kenali karena memang khas. Namun entah mengapa dia bisa bergaul dengan orang-orang ini.<br /><br />Dino bertepuk tangan. Kemudian memperkenalkan diriku dengan mereka. Yos, dan Bram seperti tipikal orang sebangsa Dino, Tito berbadan tambun dan yang bule namanya Marchell, sementara gadis SMU itu bernama Shelly. Mereka semua yang laki-laki memandang diriku dengan mata “lapar” membuat aku tanpa sadar menyilangkan tangan di depan dadaku, seolah-olah mereka bisa melihat tubuhku di balik pakaian yang aku kenakan ini.<br /><br />Tampak tak sabaran Dino menarik diriku ke loteng. Langsung menuju sebuah kamar yang ada di ujung. Kamar itu tidak berdaun pintu, sebenarnya lebih tepat disebut ruang penyangga antara teras dengan kamar-kamar yang lain Sebab di salah satu ujungnya merupakan pintu tembusan ke ruang lain.<br /><br />Di sana ada sebuah kasur yang terhampar begitu saja di lantai kamar. Dengan sprei yang sudah acak-acakan. Di sudut terdapat dua buah kursi sofa besar dan sebuah meja kaca yang mungil. Di bawahnya berserakan majalah-majalah yang cover depannya saja bisa membuat orang merinding. Bergambar perempuan-perempuan telanjang.<br /><br />Aku sadar bahkan sangat sadar, apa yang dimaui Dino di kamar ini. Aku beranjak ke jendela. Menutup gordynnya hingga ruangan itu kelihatan sedikit gelap. Namun tak lama, karena kemudian Dino menyalakan lampu. Aku berputar membelakangi Dino, dan mulai melucuti pakaian yang aku kenakan. Dari blouse, kemudian rok bawahanku kubiarkan meluncur bebas ke mata kakiku. Kemudian aku memutar balik badanku berbalik menghadap Dino.<br /><br />Betapa terkejutnya aku ketika aku berbalik, ternyata di hadapanku kini tidak hanya ada Dino, namun Maki juga sedang berdiri di situ sambil cengengesan. Dengan gerakan reflek, aku menyambar blouseku untuk menutupi tubuhku yang setengah telanjang. Melihat keterkejutanku, kedua laki-laki itu malah tertawa terbahak-bahak.<br /><br />“Ayolah Winda, Toh engkau juga sudah sering memperlihatkan tubuh telanjangmu kepada beberapa laki-laki lain?”.<br /><br />“Kurang ajar kau Dino!” Aku mengumpat sekenanya.<br /><br />Wajah laki-laki itu berubah seketika, dari tertawa terbahak-bahak menjadi serius, sangat serius. Dengan tatapan yang sangat tajam dia berujar, “Apakah engkau punya pilihan lain? Ayolah, lakukan saja dan sesudah selesai kita boleh melupakan kejadian ini.”<br /><br />Aku tertegun, melayani dua orang sekaligus belum pernah aku lakukan sebelumnya. Apalagi orang-orang yang bertampang seram seperti ini. Tapi seperti yang dia bilang, aku tak punya pilihan lain. Seribu satu pertimbangan berkecamuk di kepalaku hingga membuat aku pusing. Tubuhku tanpa sadar sampai gemetaran, terasa sekali lututku lemas sepertinya aku sudah kehabisan tenaga karena digilir mereka berdua, padahal mereka sama sekali belum memulainya.<br /><br />Akhirnya, dengan sangat berat aku menggerakkan kedua tangan ke arah punggungku di mana aku bisa meraih kaitan BH yang aku pakai. Baju yang tadi aku pakai untuk menutupi bagian tubuhku dengan sendirinya terjatuh ke lantai. Dengan sekali sentakan halus BH-ku telah terlepas dan meluncur bebas dan sebelum terjatuh ke lantai kulemparkan benda itu ke arah Dino yang kemudian ditangkapnya dengan tangkas. Ia mencium bagian dalam mangkuk bra-ku dengan penuh perasaan.<br /><br />“Harum!”, katanya.<br /><br />Lalu ia seperti mencari-cari sesuatu dari benda itu, dan ketika ditemukannya ia berhenti.<br /><br />“36B!”, katanya pendek.<br /><br />Rupanya ia pingin tahu berapa ukuran dadaku ini.<br /><br />“BH-nya saja sudah sedemikian harum, apalagi isinya!”, katanya seraya memberikan BH itu kepada Maki sehingga laki-laki itu juga ikut-ikutan menciumi benda itu. Namun demikian mata mereka tak pernah lepas menatap belahan payudaraku yang kini tidak tertutup apa-apa lagi.<br /><br />Aku kini hanya berdiri menunggu, dan tanpa diminta Dino melangkah mendekatiku. Ia meraih kepalaku. Tangannya meraih kunciran rambut dan melepaskannya hingga rambutku kini tergerai bebas sampai ke punggung.<br /><br />“Nah, dengan begini kau kelihatan lebih cantik!”<br /><br />Ia terus berjalan memutari tubuhku dan memelukku dari belakang. Ia sibakkan rambutku dan memindahkannya ke depan lewat pundak sebelah kiriku, sehingga bagian punggung sampai ke tengkukku bebas tanpa penghalang. Lalu ia menjatuhkan ciumannya ke tengkuk belakangku. Lidahnya menjelajah di sekitar leher, tengkuk kemudian naik ke kuping dan menggelitik di sana. Kedua belah tangannya yang kekar dan berbulu yang tadi memeluk pinggangku kini mulai merayap naik dan mulai meremas-remas kedua belah payudaraku dengan gemas. Aku masih menanggapinya dengan dingin dengan tidak bereaksi sama sekali selain memejamkan mataku.<br /><br />Dino rupanya tidak begitu suka aku bersikap pasif, dengan kasar ia menarik wajahku hingga bibirnya bisa melumat bibirku. Aku hanya berdiam diri saja tak memberikan reaksi. Sambil melumat, lidahnya mencari-cari dan berusaha masuk ke dalam mulutku, dan ketika berhasil lidahnya bergerak bebas menjilati lidahku hingga secara tak sengaja lidahkupun meronta-ronta.<br /><br />Sambil memejamkan mata aku mencoba untuk menikmati perasaan itu dengan utuh. Tak ada gunanya aku menolak, hal itu akan membuatku lebih menderita lagi. Dengan kuluman lidah seperti itu, ditingkahi dengan remasan-remasan telapak tangannya di payudaraku sambil sekali-sekali ibu jari dan telunjuknya memilin-milin puting susuku, pertahananku akhirnya bobol juga. Memang, aku sudah sangat terbiasa dan sangat terbuai dengan permaian seperti ini hingga dengan mudahnya Dino mulai membangkitkan nafsuku. Bahkan kini aku mulai memberanikan menggerakkan tangan meremas kepala Dino yang berada di belakangku. Sementara dengan ekor mataku aku melihat Maki beranjak berjalan menuju sofa dan duduk di sana, sambil pandangan matanya tidak pernah lepas dari kami berdua.<br /><br />Mungkin karena merasa sudah menguasai diriku, ciuman Dino terus merambat turun ke leherku, menghisapnya hingga aku menggelinjang. Lalu merosot lagi menelusup di balik ketiak dan merayap ke depan sampai akhirnya hinggap di salah satu pucuk bukit di dadaku, Dengan satu remasan yang gemas hingga membuat puting susuku melejit Dino untuk mengulumnya. Pertama lidahnya tepat menyapu pentilnya, lalu bergerak memutari seluruh daerah puting susuku sebelum mulutnya mengenyot habis puting susuku itu. Ia menghisapnya dengan gemas sampai pipinya kempot.<br /><br />Tubuhku secara tiba-tiba bagaikan disengat listrik, terasa geli yang luar biasa bercampur sedikit nyeri di bagian itu. Aku menggelinjang, melenguh apalagi ketika puting susuku digigit-gigit perlahan oleh Dino. Buah anggur yang ranum itu dipermainkan pula dengan lidah Dino yang kasap. Dipilin-pilinnya kesana kemari. Dikecupinya, dan disedotnya kuat-kuat sampai putingnya menempel pada telaknya. Aku merintih. Tanganku refleks meremas dan menarik kepalanya sehingga semakin membenam di kedua gunung kembarku yang putih dan padat. Aku sungguh tak tahu mengapa harus begitu pasrah kepada lelaki itu. Mengapa aku justeru tenggelam dalam permaianan itu? Semula aku hanya merasa terpaksa demi menutupi rahasia atas perbuatanku. Tapi kemudian nyatanya, permainan yang Dino mainkan begitu dalam. Dan aneh sekali, Tanpa sadar aku mulai mengikuti permainan yang dipimpin dengan cemerlang oleh Dino.<br /><br />“Winda…”, “Ya?”, “Kau suka aku perlakukan seperti ini?”. Aku hanya mengangguk. Dan memejamkan matanya. membiarkan payudaraku terus diremas-remas dan puting susunya dipilin perlahan. Aku menggeliat, merasakan nikmat yang luar biasa. Puting susu yang mungil itu hanya sebentar saja sudah berubah membengkak, keras dan mencuat semakin runcing.<br /><br />“Hsss…, ah!”, Aku mendesah saat merasakan jari-jari tangan lelaki itu mulai menyusup ke balik celana dalamku dan merayap mencari liang yang ada di selangkanganku. Dan ketika menemukannya Jari-jari tangan itu mula-mula mengusap-usap permukaannya, terus mengusap-usap dan ketika sudah terasa basah jarinya mulai merayap masuk untuk kemudian menyentuh dinding-dinding dalam liang itu.<br /><br />Dalam posisi masih berdiri berhadapan, sambil terus mencumbui payudaraku, Dino meneruskan aksinya di dalam liang gelap yang sudah basah itu. Makin lama makin dalam. Aku sendiri semakin menggelinjang tak karuan, kedua buah jari yang ada di dalam liang vaginaku itu bergerak-gerak dengan liar. Bahkan kadang-kadang mencoba merenggangkan liang vaginaku hingga menganga. Dan yang membuat aku tambah gila, ia menggerak-gerakkan jarinya keluar masuk ke dalam liang vaginaku seolah-olah sedang menyetubuhiku. Aku tak kuasa untuk menahan diri.<br /><br />“Nggghh…!”, mulutku mulai meracau. Aku sungguh kewalahan dibuatnya hingga lututku terasa lemas hingga akhirnya akupun tak kuasa menahan tubuhku hingga merosot bersimpuh di lantai. Aku mencoba untuk mengatur nafasku yang terengah-engah. Aku sungguh tidak memperhatikan lagi yang kutahu kini tiba-tiba saja Dino telah berdiri telanjang bulat di hadapanku. Tubuhnya yang tinggi besar, hitam dan penuh bulu itu dengan angkuhnya berdiri mengangkang persis di depanku sehingga wajahku persis menghadap ke bagian selangkangannya. Disitu, aku melihat batang kejantanannya telah berdiri dengan tegaknya. Besar panjang kehitaman dengan bulu hitam yang lebat di daerah pangkalnya.<br /><br />Dengan sekali rengkuh, ia meraih kepalaku untuk ditarik mendekati daerah di bawah perutnya itu. Aku tahu apa yang dimauinya, bahkan sangat tahu ini adalah perbuatan yang sangat disukai para lelaki. Di mana ketika aku melakukan oral seks terhadap kelaminnya.<br /><br />Maka, dengan kepalang basah, kulakukan apa yang harus kulakukan. Benda itu telah masuk ke dalam mulutku dan menjadi permainan lidahku yang berputar mengitari ujung kepalanya yang bagaikan sebuah topi baja itu. Lalu berhenti ketika menemukan lubang yang berada persis di ujungnya. Lalu dengan segala kemampuanku aku mulai mengelomoh batang itu sambil kadang-kadang menghisapnya kuat-kuat sehingga pemiliknya bergetar hebat menahan rasa yang tak tertahankan.<br /><br />Pada saat itu aku sempat melirik ke arah sofa di mana Maki berada, dan ternyata laki-laki ini sudah mulai terbawa nafsu menyaksikan perbuatan kami berdua. Buktinya, ia telah mengeluarkan batang kejantanannya dan mengocoknya naik turun sambil berkali-kali menelan ludah. Konsentrasiku buyar ketika Dino menarik kepalaku hingga menjauh dari selangkangannya. Ia lalu menarik tubuhku hingga telentang di atas kasur yang terhampar di situ. Lalu dengan cepat ia melucuti celana dalamku dan dibuangnya jauh-jauh seakan-akan ia takut aku akan memakainya kembali.<br /><br />Untuk beberapa detik mata Dino nanar memandang bagian bawah tubuhku yang sudah tak tertutup apa-apa lagi. Si Makipun sampai berdiri mendekat ke arah kami berdua seakan ia tidak puas memandang kami dari kejauhan.<br /><br />Namun beberapa detik kemudian, Dino mulai merenggangkan kedua belah pahaku lebar-lebar. Paha kiriku diangkatnya dan disangkutkan ke pundaknya. Lalu dengan tangannya yang sebelah lagi memegangi batang kejantanannya dan diusap-usapkan ke permukaan bibir vaginaku yang sudah sangat basah. Ada rasa geli menyerang di situ hingga aku menggelinjang dan memejamkan mata.<br /><br />Sedetik kemudian, aku merasakan ada benda lonjong yang mulai menyeruak ke dalam liang vaginaku. Aku menahan nafas ketika terasa ada benda asing mulai menyeruak di situ. Seperti biasanya, aku tak kuasa untuk menahan jeritanku pada saat pertama kali ada kejantanan laki-laki menyeruak masuk ke dalam liang vaginaku.<br /><br />Dengan perlahan namun pasti, kejantanan Dino meluncur masuk semakin dalam. Dan ketika sudah masuk setengahnya ia bahkan memasukkan sisanya dengan satu sentakan kasar hingga aku benar-benar berteriak karena terasa nyeri. Dan setelah itu, tanpa memberiku kesempatan untuk membiasakan diri dulu, Dino sudah bergoyang mencari kepuasannya sendiri.<br /><br />Dino menggerak-gerakkan pinggulnya dengan kencang dan kasar menghunjam-hunjam ke dalam tubuhku hingga aku memekik keras setiap kali kejantanan Dino menyentak ke dalam. Pedih dan ngilu. Namun bercampur nikmat yang tak terkira. Ada sensasi aneh yang baru pertama kali kurasakan di mana di sela-sela rasa ngilu itu aku juga merasakan rasa nikmat yang tak terkira. Namun aku juga tidak bisa menguasai diriku lagi hingga aku sampai menangis menggebu-gebu, sakit keluhku setiap kali Dino menghunjam, tapi aku semakin mempererat pelukanku, Pedih, tapi aku juga tak bersedia Dino menyudahi perlakuannya terhadap diriku.<br /><br />Aku semakin merintih. Air mataku meleleh keluar. kami terus bergulat dalam posisi demikian. Sampai tiba-tiba ada rasa nikmat yang luar biasa di sekujur tubuhku. Aku telah orgasme. Ya, orgasme bersama dengan orang yang aku benci. Tubuhku mengejang selama beberapa puluh detik. Sebelum melemas. Namun Dino rupanya belum selesai. Ia kini membalikkan tubuhku hingga kini aku bertumpu pada kedua telapak tangan dan kedua lututku. Ia ingin meneruskannya dengan doggy style. Aku hanya pasrah saja.<br /><br />Kini ia menyetubuhiku dari belakang. Tangannya kini dengan leluasa berpindah-pindah dari pinggang, meremas pantat dan meremas payudaraku yang menggelantung berat ke bawah. Kini Dino bahkan lebih memperhebat serangannya. Ia bisa dengan leluasa menggoyangkan tubuhnya dengan cepat dan semakin kasar.<br /><br />Pada saat itu tanpa terasa, Maki telah duduk mengangkang di depanku. Laki-laki ini juga telah telanjang bulat. Ia menyodorkan batang penisnya ke dalam mulutku, tangannya meraih kepalaku dan dengan setengah memaksa ia menjejalkan batang kejantanannya itu ke dalam mulutku.<br /><br />Kini aku melayani dua orang sekaligus. Dino yang sedang menyetubuhiku dari belakang. Dan Maki yang sedang memaksaku melakukan oral seks terhadap dirinya. Dino kadang-kadang malah menyorongkan kepalanya ke depan untuk menikmati payudaraku. Aku mengerang pelan setiap kali ia menghisap puting susuku. Dengan dua orang yang mengeroyokku aku sungguh kewalahan hingga tidak bisa berbuat apa-apa. Malahan aku merasa sangat terangsang dengan posisi seperti ini.<br /><br />Mereka menyetubuhiku dari dua arah, yang satu akan menyebabkan penis pada tubuh mereka yang berada di arah lainnya semakin menghunjam. Kadang-kadang aku hampir tersedak. Maki yang tampaknya mengerti kesulitanku mengalah dan hanya diam saja. Dino yang mengatur segala gerakan.<br /><br />Perlahan-lahan kenikmatan yang tidak terlukiskan menjalar di sekujur tubuhku. Perasaan tidak berdaya saat bermain seks ternyata mengakibatkan diriku melambung di luar batas yang pernah kuperkirakan sebelumnya. Dan kembali tubuhku mengejang, deras dan tanpa henti. Aku mengalami orgasme yang datang dengan beruntun seperti tak berkesudahan.<br /><br />Tidak lama kemudian Dino mengalami orgasme. Batang penisnya menyemprotkan air mani dengan deras ke dalam liang vaginaku. Benda itu menyentak-nyentak dengan hebat, seolah-olah ingin menjebol dinding vaginaku. Aku bisa merasakan air mani yang disemprotkannya banyak sekali, hingga sebagian meluap keluar meleleh di salah satu pahaku. Sesudah itu mereka berganti tempat. Maki mengambil alih perlakuan Dino. Masih dalam posisi doggy style. Batang kejantanannya dengan mulus meluncur masuk dalam sekali sampai menyentuh bibir rahimku. Ia bisa mudah melakukannya karena memang liang vaginaku sudah sangat licin dilumasi cairan yang keluar dari dalamnya dan sudah bercampur dengan air mani Dino yang sangat banyak. Permainan dilanjutkan. Aku kini tinggal melayani Maki seorang, karena Dino dengan nafas yang tersengal-sengal telah duduk telentang di atas sofa yang tadi diduduki Maki untuk mengumpulkan tenaga. Aku mengeluh pendek setiap kali Maki mendorong masuk miliknya. Maki terus memacu gerakkannya. Semakin lama semakin keras dan kasar hingga membuat aku merintih dan mengaduh tak berkesudahan.<br /><br />Pada saat itu masuk Bram dan Tito bersamaan ke dalam ruangan. Tanpa basa-basi, mereka pun langsung melucuti pakaiannya hingga telanjang bulat. Lalu mereka duduk di lantai dan menonton adegan mesum yang sedang terjadi antara aku dan Maki. Bram nampak kelihatan tidak sabaran Tetapi aku sudah tidak peduli lagi. Maki terus memacu menggebu-gebu. Laki-laki itu sibuk memacu sambil meremasi payudaraku yang menggelantung berat ke bawah.<br /><br />Sesaat kemudian tubuhku dibalikkan kembali telentang di atas kasur dan pada saat itu Bram dengan tangkas menyodorkan batang kejantanannya ke dalam mulutku. Aku sudah setengah sadar ketika Tito menggantikan Maki menggeluti tubuhku. Keadaanku sudah sedemikian acak-acakan. Rambut yang kusut masai. Tubuhku sudah bersimpah peluh. Tidak hanya keringat yang keluar dari tubuhku sendiri, tapi juga cucuran keringat dari para laki-laki yang bergantian menggauliku. Aku kini hanya telentang pasrah ditindihi tubuh gemuk Tito yang bergoyang-goyang di atasnya.<br /><br />Laki-laki gemuk itu mengangkangkan kedua belah pahaku lebar-lebar sambil terus menghunjam-hunjamkan miliknya ke dalam milikku. Sementara Bram tak pernah memberiku kesempatan yang cukup untuk bernafas. Ia terus saja menjejal-jejalkan miliknya ke dalam mulutku. Aku sendiri sudah tidak bisa mengotrol diriku lagi. Guncangan demi guncangan yang diakibatkan oleh gerakan Titolah yang membuat Bram makin terangsang. Bukan lagi kuluman dan jilatan yang harusnya aku lakukan dengan lidah dan mulutku.<br /><br />Dan ketika Tito melenguh panjang, ia mencapai orgasmenya dengan meremas kedua belah payudaraku kuat-kuat hingga aku berteriak mengaduh kesakitan. Lalu beberapa saat kemudian ia dengan nafasnya yang tersengal-sengal memisahkan diri dari diriku. Dan pada saat hampir bersamaan Bram juga mengerang keras. Batang kejantanannya yang masih berada di dalam mulutku bergerak liar dan menyemprotkan air maninya yang kental dan hangat. Aku meronta, ingin mengeluarkan banda itu dari dalam mulutku, namun tangan Bram yang kokoh tetap menahan kepalaku dan aku tak kuasa meronta lagi karena memang tenagaku sudah hampir habis. Cairan kental yang hangat itu akhirnya tertelan olehku. Banyak sekali. Bahkan sampai meluap keluar membasahi daerah sekitar bibirku sampai meleleh ke leher. Aku tak bisa berbuat apa-apa, selain dengan cepat mencoba menelan semua yang ada supaya tidak terlalu terasa di dalam mulutku. Aku memejamkan mata erat-erat, tubuhku mengejang melampiaskan rasa yang tidak karuan, geli, jijik, namun ada sensasi aneh yang luar biasa juga di dalam diriku. Sungguh sangat erotis merasakan siksa birahi semacam ini hingga akupun akhirnya orgasme panjang untuk ke sekian kalinya.<br /><br />Dengan ekor mataku aku kembali melihat seseorang masuk ke ruangan yang ternyata si bule dan orang itu juga mulai membuka celananya. Aku menggigit bibir, dan mulai menangis terisak-isak. Aku hanya bisa memejamkan mata ketika Marchell mulai menindihi tubuhku. Pasrah.<br /><br />Tidak lama kemudian setelah orang terakhir melaksanakan hasratnya pada diriku mereka keluar. aku merasa seluruh tubuhku luluh lantak. Setelah berhasil mengumpulkan cukup tenaga kembali, dengan terhuyung-huyung, aku bangkit dari tempat tidur, mengenakan pakaianku seadanya dan pergi mencari kamar mandi.<br /><br />Aku berpapasan dengan Dino yang muncul dari dalam sebuah ruangan yang pintunya terbuka. Lelaki itu sedang sibuk mengancingkan retsluiting celananya. Masih sempat terlihat dari luar di dalam kamar itu, di atas tempat tidur tubuh Shelly yang telanjang sedang ditindihi oleh tubuh Maki yang bergerak-gerak cepat. Memacu naik turun. Gadis itu menggelinjang-gelinjang setiap kali Maki bergerak naik turun. Rupanya anak itu bernasib sama seperti diriku.<br /><br />“Di mana aku bisa menemukan kamar mandi?” tanyaku pada Dino.<br /><br />Tanpa menjawab, ia hanya menunjukkan tangannya ke sebuah pintu. Tanpa basa-basi lagi aku segera beranjak menuju pintu itu.<br /><br />Di sana aku mandi berendam air panas sambil mengangis. Aku tidak tahu saya sudah terjerumus ke dalam apa kini. Yang membuat aku benci kepada diriku sendiri, walaupun aku merasa sedih, kesal, marah bercampur menjadi satu, namun demikian setiap kali teringat kejadian barusan, langsung saja selangkanganku basah lagi.<br /><br />Aku berendam di sana sangat lama, mungkin lebih dari satu jam lamanya. Setelah terasa kepenatan tubuhku agak berkurang aku menyudahi mandiku. Dengan berjalan tertatih-tatih aku melangkah keluar kamar mandi dan berjalan mencari pintu keluar. Sudah hampir jam sebelas malam ketika aku keluar dari rumah itu.<br /><br />Sampai di dalam rumah, Aku langsung ngeloyor masuk ke kamar. Aku tak peduli dengan kakakku yang terheran-heran melihat tingkah lakuku yang tidak biasa, aku tak menyapanya karena memang sudah tidak ada keinginan untuk berbicara lagi malam ini. Aku tumpahkan segala perasaan campur aduk itu, kekesalan, dan sakit hati dengan menangis.<br /><br />TamatDunia Sekshttp://www.blogger.com/profile/15389449240222132554noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2137379910062327546.post-21351032702901857522012-05-20T21:14:00.000+07:002012-06-04T00:04:56.838+07:00Pesta perawan - 2Seperti tipikal orang Indonesia bagian daerah paling timur, cowok ini hitam tinggi besar dengan postur sedikit gemuk, janggut dan cambang yang tidak pernah dirapikan dengan rambut keritingnya yang dipelihara panjang ditambah dengan caranya memakai kemeja yang tidak pernah dikancingkan dengan benar sehingga memamerkan dadanya yang penuh bulu. Dengan asesoris kalung, gelang dan cincin emas, arloji rolex yang dihiasi berlian…, cukup menunjukkan bahwa dia ini orang yang memang punya duit. Namun, aku menjadi muak dengan penampilan seperti itu.<br /><br />Dino memang salah satu jawara di kampus, anak buahnya banyak dan dengan kekuatan uang serta gaya jawara seperti itu membuat dia menjadi salah satu momok yang paling menakutkan di lingkungan kampus. Dia itu mahasiswa lama, dan mungkin bahkan tidak pernah lulus, namun tidak ada orang yang berani mengusik keberadaannya di kamus, bahkan dari kalangan akademik sekalipun.<br /><br />“Gimana? Masih tidak mau masuk?”, tanya dia setengah mendesak.<br /><br />Aku tertegun sesaat, belum mau masuk. Aku memang sangat tidak menyukai laki-laki ini, Tetapi kelihatannya aku tidak punya pilihan lain, bisa-bisa semua orang tahu apa yang kuperbuat dengan pak Hr, dan aku sungguh-sungguh ingin menjaga rahasia ini, terutama terhadap Erwin, tunanganku. Namun saat ini aku benar benar terdesak dan ingin segera membiarkan masalah ini berlalu dariku. Makanya tanpa pikir panjang aku mengiyakan saja ajakannya.<br /><br />Dino tertawa penuh kemenangan, ia lalu berbicara dengan orang yang berada di sebelahnya supaya berpindah ke jok belakang. Aku membanting pantatku ke kursi mobil depan, dan pemuda itu langsung menancap gas. Sambil nyengir kuda. Kesenangan.<br /><br />“Ke mana kita?”, tanyaku hambar.<br /><br />“Lho? Mestinya aku yang harus tanya, kau mau ke mana?”, tanya Dino pura-pura heran.<br /><br />“Sudahlah Dino, tak usah berpura-pura lagi, kau mau apa?”, Suaraku sudah sedemikian pasrahnya. Aku sudah tidak mau berpikir panjang lagi untuk meminta dia menutup-nutupi perbuatanku. Orang yang duduk di belakangku tertawa.<br /><br />“Rupanya dia cukup mengerti apa kemauanmu Dino!”, Dia berkomentar.<br /><br />“Ah, diam kau Maki!” Rupanya orang itu namanya Maki, orang dengan penampilan hampir mirip dengan Dino kecuali rambutnya yang dipotong crew-cut.<br /><br />“Bagaimana kalau ke rumahku saja? Aku sangat merindukanmu Winda!”, pancing Dino.<br /><br />“Sesukamulah…!”, Aku tahu benar memang itu yang diinginkannya.<br /><br />Dino tertawa penuh kemenangan.<br /><br />Ia melarikan mobilnya makin kencang ke arah sebuah kompleks perumahan. Lalu mobil yang ditumpangi mereka memasuki pekarangan sebuah rumah yang cukup besar. Di pekarangan itu sudah ada 2 buah mobil lain, satu Mitsubishi Pajero dan satu lagi Toyota Great Corolla namun keduanya kelihatan diparkir sekenanya tak beraturan.<br /><br />Interior depan rumah itu sederhana saja. Cuma satu stel sofa, sebuah rak perabotan pecah belah. Tak lebih. Dindingnya polos. Demikian juga tempok ruang tengah. Terasa betapa luas dan kosongnya ruangan tengah itu, meski sebuah bar dengan rak minuman beraneka ragam terdapat di sudut ruangan, menghadap ke taman samping. Sebuah stereo set terpasang di ujung bar. Tampaknya baru saja dimatikan dengan tergesa-gesa. Pitanya sebagian tergantung keluar.<br /><br />Dari pintu samping kemudian muncul empat orang pemuda dan seorang gadis, yang jelas-jelas masih menggunakan seragam SMU. Mereka semua mengeluarkan suara setengah berbisik. Keempat orang laki-laki itu, tiga orang sepertinya sesuku dengan Dino atau sebangsanya, sedangkan yang satu lagi seperti bule dengan rambutnya yang gondrong. Sementara si gadis berperawakan tinggi langsing, berkulit putih dan rambutnya yang hitam lurus dan panjang tergerai sampai ke pinggang, ia memakai bandana lebar di kepalanya dengan poni tebal menutupi dahinya. Wajahnya yang oval dan bermata sipit menandakan bahwa ia keturunan Cina atau sebangsanya. Harus kuakui dia memang cantik, seperti bintang film drama Mandarin. Berbeda dengan penampilan ketiga laki-laki itu, gadis ini kelihatannya bukan merupakan gerombolan mereka, dilihat dari tampangnya yang masih lugu. Ia masih mengenakan seragam sebuah sekolah Katolik yang langsung bisa aku kenali karena memang khas. Namun entah mengapa dia bisa bergaul dengan orang-orang ini.<br /><br />Dino bertepuk tangan. Kemudian memperkenalkan diriku dengan mereka. Yos, dan Bram seperti tipikal orang sebangsa Dino, Tito berbadan tambun dan yang bule namanya Marchell, sementara gadis SMU itu bernama Shelly. Mereka semua yang laki-laki memandang diriku dengan mata “lapar” membuat aku tanpa sadar menyilangkan tangan di depan dadaku, seolah-olah mereka bisa melihat tubuhku di balik pakaian yang aku kenakan ini.<br /><br />Tampak tak sabaran Dino menarik diriku ke loteng. Langsung menuju sebuah kamar yang ada di ujung. Kamar itu tidak berdaun pintu, sebenarnya lebih tepat disebut ruang penyangga antara teras dengan kamar-kamar yang lain Sebab di salah satu ujungnya merupakan pintu tembusan ke ruang lain.<br /><br />Di sana ada sebuah kasur yang terhampar begitu saja di lantai kamar. Dengan sprei yang sudah acak-acakan. Di sudut terdapat dua buah kursi sofa besar dan sebuah meja kaca yang mungil. Di bawahnya berserakan majalah-majalah yang cover depannya saja bisa membuat orang merinding. Bergambar perempuan-perempuan telanjang.<br /><br />Aku sadar bahkan sangat sadar, apa yang dimaui Dino di kamar ini. Aku beranjak ke jendela. Menutup gordynnya hingga ruangan itu kelihatan sedikit gelap. Namun tak lama, karena kemudian Dino menyalakan lampu. Aku berputar membelakangi Dino, dan mulai melucuti pakaian yang aku kenakan. Dari blouse, kemudian rok bawahanku kubiarkan meluncur bebas ke mata kakiku. Kemudian aku memutar balik badanku berbalik menghadap Dino.<br /><br />Betapa terkejutnya aku ketika aku berbalik, ternyata di hadapanku kini tidak hanya ada Dino, namun Maki juga sedang berdiri di situ sambil cengengesan. Dengan gerakan reflek, aku menyambar blouseku untuk menutupi tubuhku yang setengah telanjang. Melihat keterkejutanku, kedua laki-laki itu malah tertawa terbahak-bahak.<br /><br />“Ayolah Winda, Toh engkau juga sudah sering memperlihatkan tubuh telanjangmu kepada beberapa laki-laki lain?”.<br /><br />“Kurang ajar kau Dino!” Aku mengumpat sekenanya.<br /><br />Wajah laki-laki itu berubah seketika, dari tertawa terbahak-bahak menjadi serius, sangat serius. Dengan tatapan yang sangat tajam dia berujar, “Apakah engkau punya pilihan lain? Ayolah, lakukan saja dan sesudah selesai kita boleh melupakan kejadian ini.”<br /><br />Aku tertegun, melayani dua orang sekaligus belum pernah aku lakukan sebelumnya. Apalagi orang-orang yang bertampang seram seperti ini. Tapi seperti yang dia bilang, aku tak punya pilihan lain. Seribu satu pertimbangan berkecamuk di kepalaku hingga membuat aku pusing. Tubuhku tanpa sadar sampai gemetaran, terasa sekali lututku lemas sepertinya aku sudah kehabisan tenaga karena digilir mereka berdua, padahal mereka sama sekali belum memulainya.<br /><br />Akhirnya, dengan sangat berat aku menggerakkan kedua tangan ke arah punggungku di mana aku bisa meraih kaitan BH yang aku pakai. Baju yang tadi aku pakai untuk menutupi bagian tubuhku dengan sendirinya terjatuh ke lantai. Dengan sekali sentakan halus BH-ku telah terlepas dan meluncur bebas dan sebelum terjatuh ke lantai kulemparkan benda itu ke arah Dino yang kemudian ditangkapnya dengan tangkas. Ia mencium bagian dalam mangkuk bra-ku dengan penuh perasaan.<br /><br />“Harum!”, katanya.<br /><br />Lalu ia seperti mencari-cari sesuatu dari benda itu, dan ketika ditemukannya ia berhenti.<br /><br />“36B!”, katanya pendek.<br /><br />Rupanya ia pingin tahu berapa ukuran dadaku ini.<br /><br />“BH-nya saja sudah sedemikian harum, apalagi isinya!”, katanya seraya memberikan BH itu kepada Maki sehingga laki-laki itu juga ikut-ikutan menciumi benda itu. Namun demikian mata mereka tak pernah lepas menatap belahan payudaraku yang kini tidak tertutup apa-apa lagi.<br /><br />Aku kini hanya berdiri menunggu, dan tanpa diminta Dino melangkah mendekatiku. Ia meraih kepalaku. Tangannya meraih kunciran rambut dan melepaskannya hingga rambutku kini tergerai bebas sampai ke punggung.<br /><br />“Nah, dengan begini kau kelihatan lebih cantik!”<br /><br />Ia terus berjalan memutari tubuhku dan memelukku dari belakang. Ia sibakkan rambutku dan memindahkannya ke depan lewat pundak sebelah kiriku, sehingga bagian punggung sampai ke tengkukku bebas tanpa penghalang. Lalu ia menjatuhkan ciumannya ke tengkuk belakangku. Lidahnya menjelajah di sekitar leher, tengkuk kemudian naik ke kuping dan menggelitik di sana. Kedua belah tangannya yang kekar dan berbulu yang tadi memeluk pinggangku kini mulai merayap naik dan mulai meremas-remas kedua belah payudaraku dengan gemas. Aku masih menanggapinya dengan dingin dengan tidak bereaksi sama sekali selain memejamkan mataku.<br /><br />Dino rupanya tidak begitu suka aku bersikap pasif, dengan kasar ia menarik wajahku hingga bibirnya bisa melumat bibirku. Aku hanya berdiam diri saja tak memberikan reaksi. Sambil melumat, lidahnya mencari-cari dan berusaha masuk ke dalam mulutku, dan ketika berhasil lidahnya bergerak bebas menjilati lidahku hingga secara tak sengaja lidahkupun meronta-ronta.<br /><br />Sambil memejamkan mata aku mencoba untuk menikmati perasaan itu dengan utuh. Tak ada gunanya aku menolak, hal itu akan membuatku lebih menderita lagi. Dengan kuluman lidah seperti itu, ditingkahi dengan remasan-remasan telapak tangannya di payudaraku sambil sekali-sekali ibu jari dan telunjuknya memilin-milin puting susuku, pertahananku akhirnya bobol juga. Memang, aku sudah sangat terbiasa dan sangat terbuai dengan permaian seperti ini hingga dengan mudahnya Dino mulai membangkitkan nafsuku. Bahkan kini aku mulai memberanikan menggerakkan tangan meremas kepala Dino yang berada di belakangku. Sementara dengan ekor mataku aku melihat Maki beranjak berjalan menuju sofa dan duduk di sana, sambil pandangan matanya tidak pernah lepas dari kami berdua.<br /><br />Mungkin karena merasa sudah menguasai diriku, ciuman Dino terus merambat turun ke leherku, menghisapnya hingga aku menggelinjang. Lalu merosot lagi menelusup di balik ketiak dan merayap ke depan sampai akhirnya hinggap di salah satu pucuk bukit di dadaku, Dengan satu remasan yang gemas hingga membuat puting susuku melejit Dino untuk mengulumnya. Pertama lidahnya tepat menyapu pentilnya, lalu bergerak memutari seluruh daerah puting susuku sebelum mulutnya mengenyot habis puting susuku itu. Ia menghisapnya dengan gemas sampai pipinya kempot.<br /><br />Tubuhku secara tiba-tiba bagaikan disengat listrik, terasa geli yang luar biasa bercampur sedikit nyeri di bagian itu. Aku menggelinjang, melenguh apalagi ketika puting susuku digigit-gigit perlahan oleh Dino. Buah anggur yang ranum itu dipermainkan pula dengan lidah Dino yang kasap. Dipilin-pilinnya kesana kemari. Dikecupinya, dan disedotnya kuat-kuat sampai putingnya menempel pada telaknya. Aku merintih. Tanganku refleks meremas dan menarik kepalanya sehingga semakin membenam di kedua gunung kembarku yang putih dan padat. Aku sungguh tak tahu mengapa harus begitu pasrah kepada lelaki itu. Mengapa aku justeru tenggelam dalam permaianan itu? Semula aku hanya merasa terpaksa demi menutupi rahasia atas perbuatanku. Tapi kemudian nyatanya, permainan yang Dino mainkan begitu dalam. Dan aneh sekali, Tanpa sadar aku mulai mengikuti permainan yang dipimpin dengan cemerlang oleh Dino.<br /><br />“Winda…”, “Ya?”, “Kau suka aku perlakukan seperti ini?”. Aku hanya mengangguk. Dan memejamkan matanya. membiarkan payudaraku terus diremas-remas dan puting susunya dipilin perlahan. Aku menggeliat, merasakan nikmat yang luar biasa. Puting susu yang mungil itu hanya sebentar saja sudah berubah membengkak, keras dan mencuat semakin runcing.<br /><br />“Hsss…, ah!”, Aku mendesah saat merasakan jari-jari tangan lelaki itu mulai menyusup ke balik celana dalamku dan merayap mencari liang yang ada di selangkanganku. Dan ketika menemukannya Jari-jari tangan itu mula-mula mengusap-usap permukaannya, terus mengusap-usap dan ketika sudah terasa basah jarinya mulai merayap masuk untuk kemudian menyentuh dinding-dinding dalam liang itu.<br /><br />Dalam posisi masih berdiri berhadapan, sambil terus mencumbui payudaraku, Dino meneruskan aksinya di dalam liang gelap yang sudah basah itu. Makin lama makin dalam. Aku sendiri semakin menggelinjang tak karuan, kedua buah jari yang ada di dalam liang vaginaku itu bergerak-gerak dengan liar. Bahkan kadang-kadang mencoba merenggangkan liang vaginaku hingga menganga. Dan yang membuat aku tambah gila, ia menggerak-gerakkan jarinya keluar masuk ke dalam liang vaginaku seolah-olah sedang menyetubuhiku. Aku tak kuasa untuk menahan diri.<br /><br />“Nggghh…!”, mulutku mulai meracau. Aku sungguh kewalahan dibuatnya hingga lututku terasa lemas hingga akhirnya akupun tak kuasa menahan tubuhku hingga merosot bersimpuh di lantai. Aku mencoba untuk mengatur nafasku yang terengah-engah. Aku sungguh tidak memperhatikan lagi yang kutahu kini tiba-tiba saja Dino telah berdiri telanjang bulat di hadapanku. Tubuhnya yang tinggi besar, hitam dan penuh bulu itu dengan angkuhnya berdiri mengangkang persis di depanku sehingga wajahku persis menghadap ke bagian selangkangannya. Disitu, aku melihat batang kejantanannya telah berdiri dengan tegaknya. Besar panjang kehitaman dengan bulu hitam yang lebat di daerah pangkalnya.<br /><br />Dengan sekali rengkuh, ia meraih kepalaku untuk ditarik mendekati daerah di bawah perutnya itu. Aku tahu apa yang dimauinya, bahkan sangat tahu ini adalah perbuatan yang sangat disukai para lelaki. Di mana ketika aku melakukan oral seks terhadap kelaminnya.<br /><br />Maka, dengan kepalang basah, kulakukan apa yang harus kulakukan. Benda itu telah masuk ke dalam mulutku dan menjadi permainan lidahku yang berputar mengitari ujung kepalanya yang bagaikan sebuah topi baja itu. Lalu berhenti ketika menemukan lubang yang berada persis di ujungnya. Lalu dengan segala kemampuanku aku mulai mengelomoh batang itu sambil kadang-kadang menghisapnya kuat-kuat sehingga pemiliknya bergetar hebat menahan rasa yang tak tertahankan.<br /><br />Pada saat itu aku sempat melirik ke arah sofa di mana Maki berada, dan ternyata laki-laki ini sudah mulai terbawa nafsu menyaksikan perbuatan kami berdua. Buktinya, ia telah mengeluarkan batang kejantanannya dan mengocoknya naik turun sambil berkali-kali menelan ludah. Konsentrasiku buyar ketika Dino menarik kepalaku hingga menjauh dari selangkangannya. Ia lalu menarik tubuhku hingga telentang di atas kasur yang terhampar di situ. Lalu dengan cepat ia melucuti celana dalamku dan dibuangnya jauh-jauh seakan-akan ia takut aku akan memakainya kembali.<br /><br />Untuk beberapa detik mata Dino nanar memandang bagian bawah tubuhku yang sudah tak tertutup apa-apa lagi. Si Makipun sampai berdiri mendekat ke arah kami berdua seakan ia tidak puas memandang kami dari kejauhan.<br /><br />Namun beberapa detik kemudian, Dino mulai merenggangkan kedua belah pahaku lebar-lebar. Paha kiriku diangkatnya dan disangkutkan ke pundaknya. Lalu dengan tangannya yang sebelah lagi memegangi batang kejantanannya dan diusap-usapkan ke permukaan bibir vaginaku yang sudah sangat basah. Ada rasa geli menyerang di situ hingga aku menggelinjang dan memejamkan mata.<br /><br />Sedetik kemudian, aku merasakan ada benda lonjong yang mulai menyeruak ke dalam liang vaginaku. Aku menahan nafas ketika terasa ada benda asing mulai menyeruak di situ. Seperti biasanya, aku tak kuasa untuk menahan jeritanku pada saat pertama kali ada kejantanan laki-laki menyeruak masuk ke dalam liang vaginaku.<br /><br />Dengan perlahan namun pasti, kejantanan Dino meluncur masuk semakin dalam. Dan ketika sudah masuk setengahnya ia bahkan memasukkan sisanya dengan satu sentakan kasar hingga aku benar-benar berteriak karena terasa nyeri. Dan setelah itu, tanpa memberiku kesempatan untuk membiasakan diri dulu, Dino sudah bergoyang mencari kepuasannya sendiri.<br /><br />Dino menggerak-gerakkan pinggulnya dengan kencang dan kasar menghunjam-hunjam ke dalam tubuhku hingga aku memekik keras setiap kali kejantanan Dino menyentak ke dalam. Pedih dan ngilu. Namun bercampur nikmat yang tak terkira. Ada sensasi aneh yang baru pertama kali kurasakan di mana di sela-sela rasa ngilu itu aku juga merasakan rasa nikmat yang tak terkira. Namun aku juga tidak bisa menguasai diriku lagi hingga aku sampai menangis menggebu-gebu, sakit keluhku setiap kali Dino menghunjam, tapi aku semakin mempererat pelukanku, Pedih, tapi aku juga tak bersedia Dino menyudahi perlakuannya terhadap diriku.<br /><br />Aku semakin merintih. Air mataku meleleh keluar. kami terus bergulat dalam posisi demikian. Sampai tiba-tiba ada rasa nikmat yang luar biasa di sekujur tubuhku. Aku telah orgasme. Ya, orgasme bersama dengan orang yang aku benci. Tubuhku mengejang selama beberapa puluh detik. Sebelum melemas. Namun Dino rupanya belum selesai. Ia kini membalikkan tubuhku hingga kini aku bertumpu pada kedua telapak tangan dan kedua lututku. Ia ingin meneruskannya dengan doggy style. Aku hanya pasrah saja.<br /><br />Kini ia menyetubuhiku dari belakang. Tangannya kini dengan leluasa berpindah-pindah dari pinggang, meremas pantat dan meremas payudaraku yang menggelantung berat ke bawah. Kini Dino bahkan lebih memperhebat serangannya. Ia bisa dengan leluasa menggoyangkan tubuhnya dengan cepat dan semakin kasar.<br /><br />Pada saat itu tanpa terasa, Maki telah duduk mengangkang di depanku. Laki-laki ini juga telah telanjang bulat. Ia menyodorkan batang penisnya ke dalam mulutku, tangannya meraih kepalaku dan dengan setengah memaksa ia menjejalkan batang kejantanannya itu ke dalam mulutku.<br /><br />Kini aku melayani dua orang sekaligus. Dino yang sedang menyetubuhiku dari belakang. Dan Maki yang sedang memaksaku melakukan oral seks terhadap dirinya. Dino kadang-kadang malah menyorongkan kepalanya ke depan untuk menikmati payudaraku. Aku mengerang pelan setiap kali ia menghisap puting susuku. Dengan dua orang yang mengeroyokku aku sungguh kewalahan hingga tidak bisa berbuat apa-apa. Malahan aku merasa sangat terangsang dengan posisi seperti ini.<br /><br />Mereka menyetubuhiku dari dua arah, yang satu akan menyebabkan penis pada tubuh mereka yang berada di arah lainnya semakin menghunjam. Kadang-kadang aku hampir tersedak. Maki yang tampaknya mengerti kesulitanku mengalah dan hanya diam saja. Dino yang mengatur segala gerakan.<br /><br />Perlahan-lahan kenikmatan yang tidak terlukiskan menjalar di sekujur tubuhku. Perasaan tidak berdaya saat bermain seks ternyata mengakibatkan diriku melambung di luar batas yang pernah kuperkirakan sebelumnya. Dan kembali tubuhku mengejang, deras dan tanpa henti. Aku mengalami orgasme yang datang dengan beruntun seperti tak berkesudahan.<br /><br />Tidak lama kemudian Dino mengalami orgasme. Batang penisnya menyemprotkan air mani dengan deras ke dalam liang vaginaku. Benda itu menyentak-nyentak dengan hebat, seolah-olah ingin menjebol dinding vaginaku. Aku bisa merasakan air mani yang disemprotkannya banyak sekali, hingga sebagian meluap keluar meleleh di salah satu pahaku. Sesudah itu mereka berganti tempat. Maki mengambil alih perlakuan Dino. Masih dalam posisi doggy style. Batang kejantanannya dengan mulus meluncur masuk dalam sekali sampai menyentuh bibir rahimku. Ia bisa mudah melakukannya karena memang liang vaginaku sudah sangat licin dilumasi cairan yang keluar dari dalamnya dan sudah bercampur dengan air mani Dino yang sangat banyak. Permainan dilanjutkan. Aku kini tinggal melayani Maki seorang, karena Dino dengan nafas yang tersengal-sengal telah duduk telentang di atas sofa yang tadi diduduki Maki untuk mengumpulkan tenaga. Aku mengeluh pendek setiap kali Maki mendorong masuk miliknya. Maki terus memacu gerakkannya. Semakin lama semakin keras dan kasar hingga membuat aku merintih dan mengaduh tak berkesudahan.<br /><br />Pada saat itu masuk Bram dan Tito bersamaan ke dalam ruangan. Tanpa basa-basi, mereka pun langsung melucuti pakaiannya hingga telanjang bulat. Lalu mereka duduk di lantai dan menonton adegan mesum yang sedang terjadi antara aku dan Maki. Bram nampak kelihatan tidak sabaran Tetapi aku sudah tidak peduli lagi. Maki terus memacu menggebu-gebu. Laki-laki itu sibuk memacu sambil meremasi payudaraku yang menggelantung berat ke bawah.<br /><br />Sesaat kemudian tubuhku dibalikkan kembali telentang di atas kasur dan pada saat itu Bram dengan tangkas menyodorkan batang kejantanannya ke dalam mulutku. Aku sudah setengah sadar ketika Tito menggantikan Maki menggeluti tubuhku. Keadaanku sudah sedemikian acak-acakan. Rambut yang kusut masai. Tubuhku sudah bersimpah peluh. Tidak hanya keringat yang keluar dari tubuhku sendiri, tapi juga cucuran keringat dari para laki-laki yang bergantian menggauliku. Aku kini hanya telentang pasrah ditindihi tubuh gemuk Tito yang bergoyang-goyang di atasnya.<br /><br />Laki-laki gemuk itu mengangkangkan kedua belah pahaku lebar-lebar sambil terus menghunjam-hunjamkan miliknya ke dalam milikku. Sementara Bram tak pernah memberiku kesempatan yang cukup untuk bernafas. Ia terus saja menjejal-jejalkan miliknya ke dalam mulutku. Aku sendiri sudah tidak bisa mengotrol diriku lagi. Guncangan demi guncangan yang diakibatkan oleh gerakan Titolah yang membuat Bram makin terangsang. Bukan lagi kuluman dan jilatan yang harusnya aku lakukan dengan lidah dan mulutku.<br /><br />Dan ketika Tito melenguh panjang, ia mencapai orgasmenya dengan meremas kedua belah payudaraku kuat-kuat hingga aku berteriak mengaduh kesakitan. Lalu beberapa saat kemudian ia dengan nafasnya yang tersengal-sengal memisahkan diri dari diriku. Dan pada saat hampir bersamaan Bram juga mengerang keras. Batang kejantanannya yang masih berada di dalam mulutku bergerak liar dan menyemprotkan air maninya yang kental dan hangat. Aku meronta, ingin mengeluarkan banda itu dari dalam mulutku, namun tangan Bram yang kokoh tetap menahan kepalaku dan aku tak kuasa meronta lagi karena memang tenagaku sudah hampir habis. Cairan kental yang hangat itu akhirnya tertelan olehku. Banyak sekali. Bahkan sampai meluap keluar membasahi daerah sekitar bibirku sampai meleleh ke leher. Aku tak bisa berbuat apa-apa, selain dengan cepat mencoba menelan semua yang ada supaya tidak terlalu terasa di dalam mulutku. Aku memejamkan mata erat-erat, tubuhku mengejang melampiaskan rasa yang tidak karuan, geli, jijik, namun ada sensasi aneh yang luar biasa juga di dalam diriku. Sungguh sangat erotis merasakan siksa birahi semacam ini hingga akupun akhirnya orgasme panjang untuk ke sekian kalinya.<br /><br />Dengan ekor mataku aku kembali melihat seseorang masuk ke ruangan yang ternyata si bule dan orang itu juga mulai membuka celananya. Aku menggigit bibir, dan mulai menangis terisak-isak. Aku hanya bisa memejamkan mata ketika Marchell mulai menindihi tubuhku. Pasrah.<br /><br />Tidak lama kemudian setelah orang terakhir melaksanakan hasratnya pada diriku mereka keluar. aku merasa seluruh tubuhku luluh lantak. Setelah berhasil mengumpulkan cukup tenaga kembali, dengan terhuyung-huyung, aku bangkit dari tempat tidur, mengenakan pakaianku seadanya dan pergi mencari kamar mandi.<br /><br />Aku berpapasan dengan Dino yang muncul dari dalam sebuah ruangan yang pintunya terbuka. Lelaki itu sedang sibuk mengancingkan retsluiting celananya. Masih sempat terlihat dari luar di dalam kamar itu, di atas tempat tidur tubuh Shelly yang telanjang sedang ditindihi oleh tubuh Maki yang bergerak-gerak cepat. Memacu naik turun. Gadis itu menggelinjang-gelinjang setiap kali Maki bergerak naik turun. Rupanya anak itu bernasib sama seperti diriku.<br /><br />“Di mana aku bisa menemukan kamar mandi?” tanyaku pada Dino.<br /><br />Tanpa menjawab, ia hanya menunjukkan tangannya ke sebuah pintu. Tanpa basa-basi lagi aku segera beranjak menuju pintu itu.<br /><br />Di sana aku mandi berendam air panas sambil mengangis. Aku tidak tahu saya sudah terjerumus ke dalam apa kini. Yang membuat aku benci kepada diriku sendiri, walaupun aku merasa sedih, kesal, marah bercampur menjadi satu, namun demikian setiap kali teringat kejadian barusan, langsung saja selangkanganku basah lagi.<br /><br />Aku berendam di sana sangat lama, mungkin lebih dari satu jam lamanya. Setelah terasa kepenatan tubuhku agak berkurang aku menyudahi mandiku. Dengan berjalan tertatih-tatih aku melangkah keluar kamar mandi dan berjalan mencari pintu keluar. Sudah hampir jam sebelas malam ketika aku keluar dari rumah itu.<br /><br />Sampai di dalam rumah, Aku langsung ngeloyor masuk ke kamar. Aku tak peduli dengan kakakku yang terheran-heran melihat tingkah lakuku yang tidak biasa, aku tak menyapanya karena memang sudah tidak ada keinginan untuk berbicara lagi malam ini. Aku tumpahkan segala perasaan campur aduk itu, kekesalan, dan sakit hati dengan menangis.<br /><br />TamatDunia Sekshttp://www.blogger.com/profile/15389449240222132554noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2137379910062327546.post-87256797399366120072012-05-20T21:13:00.001+07:002012-06-04T00:10:34.084+07:00Sepupuku yang pendiamAku baru selesai mandi sore dan mulai membuka buku untuk dibaca. Tetapi kulihat seseorang memasuki halaman dan aku segera menguakkan korden agar lebih jelas siapa yang memasuki halaman itu. Aku kaget dan gembira, ternyata yang datang adalah Eva, saudara sepupuku yang kuliah di Surabaya, semester pertama, usianya sekitar 19 tahun.Hai, kamu sukanya bikin kejutan. Kenapa nggak bilang-bilang kalau mau datang? kataku basa-basi.Kalau bilang dulu mau nyediain apa..<br /><br />Setelah basa-basi kutawarkan mandi dulu agar hilang capeknya. Selesai mandi, ia membereskan kembali tasnya. Sepintas ia melihat dinding di sekeliling kamarku, yang penuh dengan gambar telanjang. Dia tersenyum dan berkomentar.Bagaimana kalau ada anak-anak yang masuk ke kamar ini, aku jawab bahwa kamar ini khusus untuk orang yang sudah dewasa.Kalau begitu ada gambar yang lebih porno lagi dong..Ada, mau lihat?Sebelum menjawab, kuambilkan beberapa foto porno kegemaranku yang kusimpan di dalam lemari pakaianku.Mau lihat, nggak apa-apa kok untuk pelajaran aja.<br /><br />Dengan ragu-ragu ia terima juga foto-foto kategori XXX, dan dilihatnya dengan cermat, entah apa yang berkecamuk di dalam hatinya aku tidak tahu, tapi terlihat ekspresinya begitu tenang sekali. Entah karena sudah terbiasa, atau karena begitu pandainya ia menyembunyikan perasaannya.<br /><br />Gimana, komentar dong.Ada filmnya nggak?Nggak ada, tapi kalau yang asli justru ada, kataku sambil bergurau.Yang asli mana, coba aku terkejut mendengar pernyataannya, sampai-sampai aku hampir tidak bisa menjawabnya.Eh, ada tapi itu anu.. aku jadi gugup, sambil kuarahkan jariku ke arah kemaluanku.Tapi apa Mas..Tapi harus ada gantinya, barter gitulah.Tapi kalau yang ini aku nggak punya, sambil ujung jarinya menunjukkan kemaluan pada gambar yang ia pegang.Yang semacam juga nggak pa-paYang bener nih, sambil tangannya bersiap-siap mau memegang daerah terlarangku yang masih terbungkus celana.He-eh bener, kujawab saja sekenanya, aku kira hanya gertakan saja dia mau memegang kemaluanku. Betapa kagetku ternyata tangannya benar-benar memegang kemaluanku dari luar celana.<br /><br />Aku tidak bisa bilang apa-apa, selain menikmatinya dengan perasaan senang. Secara refleks kuraih kepalanya dan kudekap sambil dalam hati berkecamuk memikirkan peristiwa ini. Kalau pacar atau orang lain aku tidak bingung, tetapi ini adalah saudara sepupuku yang sewaktu kecil sering bermain bersama. Tetapi karena ia terus mengusap kemaluanku dari luar celana, aku buang pikiran itu jauh-jauh keraguanku. Keputusanku adalah menikmati saja peristiwa ini.<br /><br />Kucium keningnya, pipinya dan bibirnya. Sambil kugerayangi punggungnya, lehernya, pinggangnya, pantatnya dan terakhir buah dadanya. Sebagai penjajakan saja apa reaksinya. Ternyata ia diam saja, bahkan semakin keras memegang selangkanganku. Terus kuciumi bibirnya sampai nafasnya memburu. Kubuka kausnya, dan aku melihat kulit tubuh yang tidak pernah terkena matahari itu demikian menimbulkan birahiku. Kubuka BH-nya dan tambah kagum aku atas keindahannya. Kuelus buah dadanya yang kenyal dan sekali-kali kupencet putingnya yang membuat nafasnya makin memburu. Begitu aku berusaha mencium buah dadanya, ia mundur sambil menarik tanganku ke arah tempat tidur.<br /><br />Dalam keadaan telentang tampaknya ia sudah siap menerima tindakanku berikutnya, buah dadanya yang menantang bergelantungan. Sebelum aku mendekatkan diri, aku melepaskan pakaianku hingga tuntas, sehingga batang kejantananku yang sudah membesar tergantung-gantung mengikuti gerak dan langkahku. Bersamaan dengan itu ia melepaskan juga pembungkus tubuhnya yang masih tersisa, sehingga kami benar-benar sudah telanjang bulat. Tubuhnya benar-benar mulus, tidak ada cacat, payudaranya sedang, masih kencang, puting susunya coklat tua, mendekati hitam, perutnya ramping, lipatan kecil di perutnya menunjukkan belum begitu banyak lemak di situ, pinggulnya sedang, bulu kemaluannya tipis, sehingga bibir kemaluannya yang mengatup dengan rapi terlihat begitu indahnya.<br /><br />Ia raih batang kemaluanku, dan aku mendekatkan diri sehingga mudah baginya untuk mengulum dan menjilati batang kejantananku. Sementara tanganku tanpa kusadari sudah meraih bibir kemaluannya yang sudah basah. Kuelus-elus bibir kemaluannya sambil kucari dan sesekali kusentuh klitorisnya. Dan kumasukkan jari tengahnya menggapai dasar kemaluannya. Jilat kepalanya, aku berbisik kepadanya. Dengan sigapnya ia segera tahu maksudku. Ia segera mulai menjilati kepala kemaluanku yang semakin membesar saja dan mengkilap oleh jilatan. Rasa geli dan nikmat bercampur jadi satu. Birahiku benar-benar sudah sampai di ujung, ingin segera mengikuti naluriku untuk segera memasukkan ke dalam liang senggamanya. Tetapi nanti dulu, kuciumi dulu tubuh Eva, dari mulai bibir, telinga, leher, buah dada, perut dan liang kewanitaannya. Kujilat-jilat klitorisnya yang membuat dia menggelinjang ke kanan kiri tidak karuan, pantatnya dia angkat tinggi-tinggi sehingga aku mempunyai ruang yang baik untuk melakukan kegiatanku menjilati klitorisnya yang sekilas kulihat semakin bengkak dan merah.<br /><br />Sampai suatu saat tubuhnya makin menegang sambil berteriak menyebutkan sesuatu yang tidak jelas, bersamaan dengan itu membanjirlah cairan bening dari liang kewanitaannya. Aku sampai Mas, aku sampai Mas begitulah ucapan yang kutangkap dengan nafas terengah-engah.<br /><br />Kemudian kuambil posisi untuk menyetubuhinya, kemaluanku yang sudah tegang dan membesar di ujungnya kusiapkan di depan pintu gerbang kewanitaannya. Dengan bimbingan tangannya, kumasukkan kemaluanku sampai habis tertelan oleh liang kenikmatannya. Kembali ia mengerang, sambil memelukku dengan keras. Sejenak kudiamkan saja batang kejantananku di dalam. Kurasakan pijitan liang kewanitaannya sangat membuatku semakin nikmat. Batang kejantananku masih kudiamkan terendam di situ.<br /><br />Eva mulai menggerak-gerakkan pinggulnya, sampai kusentuh dasar kemaluannya yang terasa seperti benjolan yang semakin keras menyentuh-nyentuh kepala kemaluanku. Semakin nikmat rasanya, sehingga aku sendiri tidak tahan lagi dengan gesekan dan pijitan dari liang senggamanya sehingga otot-otot pada tubuhku menegang dan bersamaan dengan itu, tanpa kusadari keluar maniku membasahi dan menghangatkan dasar kemaluannya. Kurasakan Eva lagi-lagi mencapai orgasme. Kali ini lebih panjang erangannya, semakin kuat ia memelukku dan gerakan tubuhnya semakin tidak teratur. Kutancapkan dalam-dalam kemaluanku, hingga kami saling berpelukan. Beberapa detik kemudian kami terkulai. Aku masih belum ingin mencabut kemaluanku yang bersarang dengan damai di liang sorganya. Kubalik tubuhku sehingga ia menjadi menindihku. Eva benar-benar puas dan sangat-sangat kelelahan. Beberapa menit kemudian ia sudah tertidur dengan pulas. Kemaluanku yang sudah melemah masih berada di dalam liang kewanitaannya.<br /><br />Aku pun tertidur, dengan perasaan lega. Tengah malam kami bangun dan bermain lagi sampai puas. Tiap bangun bermain lagi. Sampai akhirnya kami benar-benar tertidur hingga jam 10 pagi. Karena di rumah tempat kost-ku cukup tesedia makanan instan. Sehingga hari itu kami bisa melakukan dengan sepuas-puasnya, dan kami merasa tidak perlu lagi memakai baju di dalam rumah. Memasak air, menyapu mencuci piring selalu diselingi dengan adegan percintaan. Sampai sore hari ia berpamitan kembali ke Surabaya melanjutkan kuliahnya. Sejak saat itu ia sering ke kotaku. Sampai ia mempunyai pacar dan menikah.<br /><br />TAMATDunia Sekshttp://www.blogger.com/profile/15389449240222132554noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2137379910062327546.post-12308041668373944182012-05-20T21:13:00.000+07:002012-06-04T00:04:56.853+07:00Sepupuku yang pendiamAku baru selesai mandi sore dan mulai membuka buku untuk dibaca. Tetapi kulihat seseorang memasuki halaman dan aku segera menguakkan korden agar lebih jelas siapa yang memasuki halaman itu. Aku kaget dan gembira, ternyata yang datang adalah Eva, saudara sepupuku yang kuliah di Surabaya, semester pertama, usianya sekitar 19 tahun.Hai, kamu sukanya bikin kejutan. Kenapa nggak bilang-bilang kalau mau datang? kataku basa-basi.Kalau bilang dulu mau nyediain apa..<br /><br />Setelah basa-basi kutawarkan mandi dulu agar hilang capeknya. Selesai mandi, ia membereskan kembali tasnya. Sepintas ia melihat dinding di sekeliling kamarku, yang penuh dengan gambar telanjang. Dia tersenyum dan berkomentar.Bagaimana kalau ada anak-anak yang masuk ke kamar ini, aku jawab bahwa kamar ini khusus untuk orang yang sudah dewasa.Kalau begitu ada gambar yang lebih porno lagi dong..Ada, mau lihat?Sebelum menjawab, kuambilkan beberapa foto porno kegemaranku yang kusimpan di dalam lemari pakaianku.Mau lihat, nggak apa-apa kok untuk pelajaran aja.<br /><br />Dengan ragu-ragu ia terima juga foto-foto kategori XXX, dan dilihatnya dengan cermat, entah apa yang berkecamuk di dalam hatinya aku tidak tahu, tapi terlihat ekspresinya begitu tenang sekali. Entah karena sudah terbiasa, atau karena begitu pandainya ia menyembunyikan perasaannya.<br /><br />Gimana, komentar dong.Ada filmnya nggak?Nggak ada, tapi kalau yang asli justru ada, kataku sambil bergurau.Yang asli mana, coba aku terkejut mendengar pernyataannya, sampai-sampai aku hampir tidak bisa menjawabnya.Eh, ada tapi itu anu.. aku jadi gugup, sambil kuarahkan jariku ke arah kemaluanku.Tapi apa Mas..Tapi harus ada gantinya, barter gitulah.Tapi kalau yang ini aku nggak punya, sambil ujung jarinya menunjukkan kemaluan pada gambar yang ia pegang.Yang semacam juga nggak pa-paYang bener nih, sambil tangannya bersiap-siap mau memegang daerah terlarangku yang masih terbungkus celana.He-eh bener, kujawab saja sekenanya, aku kira hanya gertakan saja dia mau memegang kemaluanku. Betapa kagetku ternyata tangannya benar-benar memegang kemaluanku dari luar celana.<br /><br />Aku tidak bisa bilang apa-apa, selain menikmatinya dengan perasaan senang. Secara refleks kuraih kepalanya dan kudekap sambil dalam hati berkecamuk memikirkan peristiwa ini. Kalau pacar atau orang lain aku tidak bingung, tetapi ini adalah saudara sepupuku yang sewaktu kecil sering bermain bersama. Tetapi karena ia terus mengusap kemaluanku dari luar celana, aku buang pikiran itu jauh-jauh keraguanku. Keputusanku adalah menikmati saja peristiwa ini.<br /><br />Kucium keningnya, pipinya dan bibirnya. Sambil kugerayangi punggungnya, lehernya, pinggangnya, pantatnya dan terakhir buah dadanya. Sebagai penjajakan saja apa reaksinya. Ternyata ia diam saja, bahkan semakin keras memegang selangkanganku. Terus kuciumi bibirnya sampai nafasnya memburu. Kubuka kausnya, dan aku melihat kulit tubuh yang tidak pernah terkena matahari itu demikian menimbulkan birahiku. Kubuka BH-nya dan tambah kagum aku atas keindahannya. Kuelus buah dadanya yang kenyal dan sekali-kali kupencet putingnya yang membuat nafasnya makin memburu. Begitu aku berusaha mencium buah dadanya, ia mundur sambil menarik tanganku ke arah tempat tidur.<br /><br />Dalam keadaan telentang tampaknya ia sudah siap menerima tindakanku berikutnya, buah dadanya yang menantang bergelantungan. Sebelum aku mendekatkan diri, aku melepaskan pakaianku hingga tuntas, sehingga batang kejantananku yang sudah membesar tergantung-gantung mengikuti gerak dan langkahku. Bersamaan dengan itu ia melepaskan juga pembungkus tubuhnya yang masih tersisa, sehingga kami benar-benar sudah telanjang bulat. Tubuhnya benar-benar mulus, tidak ada cacat, payudaranya sedang, masih kencang, puting susunya coklat tua, mendekati hitam, perutnya ramping, lipatan kecil di perutnya menunjukkan belum begitu banyak lemak di situ, pinggulnya sedang, bulu kemaluannya tipis, sehingga bibir kemaluannya yang mengatup dengan rapi terlihat begitu indahnya.<br /><br />Ia raih batang kemaluanku, dan aku mendekatkan diri sehingga mudah baginya untuk mengulum dan menjilati batang kejantananku. Sementara tanganku tanpa kusadari sudah meraih bibir kemaluannya yang sudah basah. Kuelus-elus bibir kemaluannya sambil kucari dan sesekali kusentuh klitorisnya. Dan kumasukkan jari tengahnya menggapai dasar kemaluannya. Jilat kepalanya, aku berbisik kepadanya. Dengan sigapnya ia segera tahu maksudku. Ia segera mulai menjilati kepala kemaluanku yang semakin membesar saja dan mengkilap oleh jilatan. Rasa geli dan nikmat bercampur jadi satu. Birahiku benar-benar sudah sampai di ujung, ingin segera mengikuti naluriku untuk segera memasukkan ke dalam liang senggamanya. Tetapi nanti dulu, kuciumi dulu tubuh Eva, dari mulai bibir, telinga, leher, buah dada, perut dan liang kewanitaannya. Kujilat-jilat klitorisnya yang membuat dia menggelinjang ke kanan kiri tidak karuan, pantatnya dia angkat tinggi-tinggi sehingga aku mempunyai ruang yang baik untuk melakukan kegiatanku menjilati klitorisnya yang sekilas kulihat semakin bengkak dan merah.<br /><br />Sampai suatu saat tubuhnya makin menegang sambil berteriak menyebutkan sesuatu yang tidak jelas, bersamaan dengan itu membanjirlah cairan bening dari liang kewanitaannya. Aku sampai Mas, aku sampai Mas begitulah ucapan yang kutangkap dengan nafas terengah-engah.<br /><br />Kemudian kuambil posisi untuk menyetubuhinya, kemaluanku yang sudah tegang dan membesar di ujungnya kusiapkan di depan pintu gerbang kewanitaannya. Dengan bimbingan tangannya, kumasukkan kemaluanku sampai habis tertelan oleh liang kenikmatannya. Kembali ia mengerang, sambil memelukku dengan keras. Sejenak kudiamkan saja batang kejantananku di dalam. Kurasakan pijitan liang kewanitaannya sangat membuatku semakin nikmat. Batang kejantananku masih kudiamkan terendam di situ.<br /><br />Eva mulai menggerak-gerakkan pinggulnya, sampai kusentuh dasar kemaluannya yang terasa seperti benjolan yang semakin keras menyentuh-nyentuh kepala kemaluanku. Semakin nikmat rasanya, sehingga aku sendiri tidak tahan lagi dengan gesekan dan pijitan dari liang senggamanya sehingga otot-otot pada tubuhku menegang dan bersamaan dengan itu, tanpa kusadari keluar maniku membasahi dan menghangatkan dasar kemaluannya. Kurasakan Eva lagi-lagi mencapai orgasme. Kali ini lebih panjang erangannya, semakin kuat ia memelukku dan gerakan tubuhnya semakin tidak teratur. Kutancapkan dalam-dalam kemaluanku, hingga kami saling berpelukan. Beberapa detik kemudian kami terkulai. Aku masih belum ingin mencabut kemaluanku yang bersarang dengan damai di liang sorganya. Kubalik tubuhku sehingga ia menjadi menindihku. Eva benar-benar puas dan sangat-sangat kelelahan. Beberapa menit kemudian ia sudah tertidur dengan pulas. Kemaluanku yang sudah melemah masih berada di dalam liang kewanitaannya.<br /><br />Aku pun tertidur, dengan perasaan lega. Tengah malam kami bangun dan bermain lagi sampai puas. Tiap bangun bermain lagi. Sampai akhirnya kami benar-benar tertidur hingga jam 10 pagi. Karena di rumah tempat kost-ku cukup tesedia makanan instan. Sehingga hari itu kami bisa melakukan dengan sepuas-puasnya, dan kami merasa tidak perlu lagi memakai baju di dalam rumah. Memasak air, menyapu mencuci piring selalu diselingi dengan adegan percintaan. Sampai sore hari ia berpamitan kembali ke Surabaya melanjutkan kuliahnya. Sejak saat itu ia sering ke kotaku. Sampai ia mempunyai pacar dan menikah.<br /><br />TAMATDunia Sekshttp://www.blogger.com/profile/15389449240222132554noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2137379910062327546.post-20748379088458834402012-05-20T21:12:00.005+07:002012-06-04T00:10:34.226+07:00Pengalaman percintaan pertamakuSetelah sekian lama hanya menjadi pembaca setia dari situs ini akhirnya muncul juga keberanian untuk membagi pengalaman pribadiku yang benar benar aku alami di dunia nyata. Semua yang aku tulis adalah apa yang benar-benar aku rasakan dan lakukan. Nama dan tempat aku samarkan untuk menjaga privasi orang-orang dalam cerita ini. Sebut saja namaku Rony,berumur 25 tahun, tinggi 170 cm berat 60 kg. Masih kuliah di sebuah perguruan tinggi terkenal di kota Surabaya semester akhir dan bekerja part time di sebuah perusahaan software house.<br /><br />Sebagai perkenalan aku dilahirkan di sebuah kota di jawa timur. Berasal dari keluarga biasa-biasa saja, tidak kekurangan dan tidak berlebihan. Aku merasa beruntung semua yang aku butuhkan di masa kecilku bisa terpenuhi walau tidak bisa diartikan kebutuhan secara materi yang berlebih lebihan. Hidup secara mandiri dan jangan memandang segala hal dari segi materi itu yang aku camkan dalam nurani sebagai nasihat orang tua yang akhirnya membuatku tumbuh sebagai seorang yang tidak materialis.<br /><br />Semua hal dalam masa pertumbuhanku berjalan normal, hanya satu hal yang aku rasa lain dari kebanyakan sesama anak seusiaku. Aku selalu merasa lebih tertarik dengan wanita yang umurnya lebih tua. Rasanya lebih asik bila bisa dekat dengan wanita wanita yang umurnya diatas umurku sendiri. Begitupun ketika ketika di sekolah aku selalu berusaha menarik perhatian kakak-kakak kelasku tidak pada teman teman cewek yang seumuran.Walaupun aku orangnya biasa-biasa saja dengan otakku yang tergolong encer sehingga tidak begitu sulit menarik perhatian mereka. Aku selalu dijajaran rangking 1-3 di sekolah sehingga aku selalu bersekolah di sekolah favorit dan akhirnya bisa masuk di sebuah perguruan tinggi favorit juga.<br /><br />Petualanganku berawal ketika aku terlibat salam sebuah forum mailing list tentang IT di internet dan aku aktif di dalamnya. Dalam forum itu aku mengenal seseorang yang aktif juga di dalamnya sebut saja Dina seorang wanita karir di perusahaan BUMN terkenal di jakarta berumur 35 tahun dengan 2 anak. Dari sekedar saling berdiskusi akhirnya kami saling berhubungan lewat email, dia juga sering bercerita tentang kehidupannya juga tentang keluarganya. Dari permulaan obrolan biasa saja kami jadi lebih dekat dan saling rindu jika sehari tidak saling terima email. Kadang dia juga menelfon ku berjam-jam untuk bercerita semua kisah kesehariannya. Hingga suatu hari tidak sengaja aku berkirim email yang isinya bagaimana yah rasanya phonesex . Dan tak kuduga dia menanggapi dengan serius dan akhirnya sepakat janjian sekitar jam 7 malam dia akan menelfonku ketika suaminya ada dinas keluar kota.<br /><br />Dengan hati berdebar debar aku menunggu teleponnya. Tepat jam 7 dia meneleponku:<br /><br />Hai Rony sudah siap belum nih?, sambil tertawa renyah.<br /><br />Sudah siap dari tadi Mbak, jawabku sambil tertawa kecil juga.<br /><br />Gimana mulainya ini Ron, Mbak kok bingung mo mulainya?,<br /><br />Hmm Mbak sekarang pakai baju apa nih? tanyaku..<br /><br />Pake daster terusan warna putih, jawab Mbak Dina.<br /><br />Dalemnya Mbak?, tanyaku menyambung.<br /><br />Hmm atas warna krem bawahnya juga,<br /><br />Boleh Rony pegang yang atas Mbak?, tanyaku.<br /><br />Boleh Ron ohh Mbak bayangin kamu remasin Ron, jawab dia mulai serak.<br /><br />Aku bukain yah baju Mbak, jawabku.<br /><br />Iyah Ron bukain aja, Mbak dah kepingin ini, jawab Mbak Dina.<br /><br />Panjang penismu berapa Ron?, tanya Mbak Dina menyambung.<br /><br />17 cm Mbak kalo lagi tegang, jawabku.<br /><br />Rony juga bukain baju rony Mbak, boleh Rony masukin ndak Mbak?, tanyaku.<br /><br />Oh Ron Mbak dah basah masukin aja Ron penis kamu ohh Mbak bayangin kamu masukin penis kamu ke vagina Mbak ohh, jawab dia semakin bernafsu.<br /><br />Rony masukin sekarang Mbak.. ohh my god vagina Mbak enak sekali, jawabku kemudian.<br /><br />Iya Ron penismu enak bangett.. maju mundurin sayang.. ohh Mbak gak tahan mo keluar nih, serunya.<br /><br />Aku juga Mbak keluar bareng bareng yah, kataku.<br /><br />Ohh Ronyy Mbak keluarr oh yess<br /><br />Aduhh aku juga mbakk oh yeahh, kataku menyahut.<br /><br />(phone sex ini tidak saya tuliskan keseluruhan karena terlalu panjang, hanya bagian penting yang saya tuliskan)<br /><br />Setelah kejadin itu kami jadi sering janjian lakuin phonesex. Hingga suatu saat dia bilang akan ke surabaya dalam rangka ada tugas dari kantor. Mbak Dina mengajak ketemuan, aku bilang dengan senang hati akan datang. Akhirnya disepakati ketemu di lobi hotel tempat dia menginap di S***d Hotel jam 7 malam setelah dia menyelesaikan tugasnya di kantor cabang. Jam 6 sore aku bersiap-siap dan berusaha membuat diriku serapi mungkin. Timbul keraguan juga jangan jangan dia kecewa setelah melihat aku karena aku orangnya biasa-biasa saja tidak spesial, just ordinary people tapi akhirnya aku beranikan diri. Tiba jam 7 malam tepat di lobi aku melepas pandangan ke seluruh ruangan akhirnya mataku tertuju pada wanita berkulit putih, berbaju blues hitam dengan rok hitam memakai kacamata, akhirnya aku menyapa.<br /><br />Hai Mbak Dina yah, sapaku berdebar debar.<br /><br /><br />Hai ini Rony yah, jawabnya sambil tersenyum manis .<br />Ke my roomku aja yuk lebih enak ngobrolnya, kata dia sambil menarik tanganku.<br /><br />Akhirnya aku menurut saja ketika dia mengajakku menuju elevator dan menuju lantai 4 hotel. Keluar elevator kami berjalan sampai di depan room 409 dan dia membuka pintu dan masuk.<br /><br />Ayo Ron masuk saja kok jadi malu malu gak kayak di telepon hehehehe, katanya mengejekku sambil bercanda.<br /><br />Aku masuk dan duduk di pinggir single bed sambil memandangi punggung Mbak Dina yang mengambil minuman dingin.<br /><br />Nih minum dulu Ron pasti haus deh.<br /><br />Aku ambil gelas yang disodorkannya aku minum 2 teguk kemudian aku taruh di meja. Akhirnya kami ngobrol sambil tiduran diatas bed dan nonton TV. Setelah agak lama aku fikir ini saatnya untuk bertindak lebih jauh. Aku coba pegang tangannya dia diam saja kemudian aku coba remas tangannya dia balas meremas tanganku. Sinyal positif fikirku aku coba lebih jauh dengan mendekatkan hidungku ke pipinya dan menggeser tubuhku lebih dekat ke tubuhnya. Aku cium pipinya lembut dia hanya memejamkan mata. Aku dekatkan bibirku ke bibirnya aku lumat bibirnya dia balas melumat bibirku dan memainkan lidahnya di dalam mulutku.<br /><br />Dia memelukku dengan erat sambil berkata, Ron sudah lama Mbak ingin melakukannya denganmu sayang, desahnya<br /><br />Aku juga Mbak, jawabku sambil mulai meremas remas payudara Mbak Dina.<br /><br />Mbak Dina juga semakin agresif dia mulai meremas remas penisku dari luar celana. Aku mulai membuka blues Mbak Dina dengan tetap melumat bibir wanita berkulit putih ini. Sampai kemudian rok span dia juga aku lepaskan hingga dia tinggal memakain bra dan celana dalamnya. Walau kelihatan payudara nya agak turun (mungkin karena sudah beranak dua) namun tetap membuat aku terangsang. Wanita-wanita berumur lebih membuatku terangsang.<br /><br />Akhirnya Mbak Dina tidak sabar dia membuka celana jeans yang aku pakai sekalian dengan celana dalam ku hingga tampak penisku berdiri tegang dengan panjang 17 cm dan Mbak Dina mengocoknya dengan tangannya yang halus. Aku buka bra yang dia pakai,aku kulumin payudaranya bergantian kiri dan kanan sementara Mbak Dina hanya mendesah gak karuan. Aku mulai cium perutnya dan aku buka celana dalam nya sampai kelihatan vagina yang ditutupi rambut di sekelilingnya. Aku mulai cium pinggiran vaginanya aku teruskan dengan mencium setiap sudut dari vagina Mbak Dina . Sementara Mbak Dina meremas remas kepalaku sambil mendesah.<br /><br />Ohh sayang terus sayang enak banget.. lidah kamu nakal sekali ohh.<br /><br />Salah satu hal yang akhirnya menjadi kegemaranku yaitu membuat wanita merasakan kenikmatan ketika aku meng oral meraka. Mbak Dina sudah merasa tidak sabar dia segera menarikku ke atas dan mengarahkan penisku ke vaginanya. Dan dia menuntun penisku ke lubang kenikmatannya. Aku membantunya dengan mendorong pelan pelan sampai masuk semua sampai mentok (fikirku saat itu hilang sudah keperjaanku).<br /><br />Mbak Dina mendesah, Oh sayang punya kamu panjang banget sampai mentok aduh enak banget sayang goyangin dong.<br /><br />Akupun mulai memaju mundurkan penisku.<br /><br />Selang 5 menit kemudian Mbak Dina mendesah, Oh sayang aku mo nyampai.<br /><br />Aku mulai mempercepat gerakanku.<br /><br />Akhirnya dia menjerit Ohh Rony aku sampai sayangg.<br /><br />Aku rasakan kakinya menjepit erat pinggulku seakan ingin menancapkan sedalam dalamnya penisku ke dalam vaginanya. Aku memberi kesempatan Mbak Dina meresapi kenikmatannya. 2 menit kemudian aku mulai memaju mundurkan lagi penisku ke dalam vaginanya. Aku goyangin semakin cepat sampai aku merasa ada sesuatu yang ingin segera meledak dalam penisku.<br /><br />Ohh Mbak Dina aku mo keluar, dikeluarin di dalam apa diluar?<br /><br />Di dalam saja sayang, katanya.<br /><br />Akhirnya aku kerahkan sekuat tenaga ketika nikmat yang membawaku melayang ke angkasa. Kami berpelukan sampai beberapa saat. Terimakasih yah Ron.<br /><br />Sama sama Mbak, jawabku.<br /><br />Masak baru pertama ini ML Ron?, tanyanya gak percaya.<br /><br />Iyah Mbak emang kenapa?, aku berkata.<br /><br />Kok sudah pinter banget?, tanyanya lagi.<br /><br />Masak sih Mbak?, Dari VCD aku belajarnya Mbak, hehehe, aku menimpali.<br /><br />Kok tahan lama juga biasanya cowok yang baru pertama ML nempel langsung keluar kamu kok bisa lama?, tanyanya lagi.<br />Ya gak tau Mbak ya kenyatannya gitu, (suatu saat aku paham gimana cara menahan agar orgasme bisa ditahan lebih lama dan kapan harus di keluarkan, aku juga gak tau kok bisa nahan orgasme lebih lama, yang pasti sudah bisa dari dulunya, dari lahir kali hehehe)<br /><br />Malam itu aku gak boleh pulang oleh Mbak Dina. Kami menikmati malam dengan pergulatan tiada henti berbagai style kami coba. Sampai kami akhirnya kelelahan dan baru tidur jam 3 pagi. Jam 9 kami baru bangun, kami mandi bersama kemudian Mbak Dina berkemas kemas karena jam 11 siang harus check out dan pergi ke bandara untuk kembali ke jakarta. Setelah mengemasi travel bag nya Mbak Dina memelukku erat erat.<br /><br />Aku sangat menikmati saat saat bersama kamu Ron, katanya.<br /><br />Aku juga Mbak, jawabku.<br /><br />Mbak Dina menyelipkan amplop ke sakuku aku segera mencegahnya.<br /><br />Mbak, ini apa?<br /><br />Mbak Dina berkata, Buat kamu.<br /><br />Aku segera mengembalikannya sambil berkata, Mbak aku bukan cowok materialistis dan bukan cowok yang mencari uang dengan sex.<br /><br />Mbak Dina berkata lagi, Please ambil Ron sebagai tanda terima kasih Mbak.<br /><br />Aku berjalan mendekati travel bagnya dan memasukkan amplop itu ke dalamnya, sambil berkata Gak usah dibahas lagi, nanti Mbak terlambat sampai di bandara.<br /><br />Dia tersenyum manis dan berkata, Ok deh, yuk.<br /><br />Kami naik taksi di depan pintu hotel, dan taksi meluncur ke arah bandara, 30 menit kami sampai di bandara. Aku mengantar sampai di pintu pemberangkatan dan Mbak Dina memelukku erat-erat. Aku kemudian memanggil taksi yang mengantarku pulang. Di dalam taksi ketika aku merogoh sakuku aku terkejut ternyata ada amplop berisi uang dan didalamnya ada tulisan tangan berbunyi, Ron aku tau kamu bakal menolak pemberian Mbak, makanya Mbak taruh dalam sakumu, janji untuk menerimanya atau kamu berarti tidak sayang sama Mbak jika menolaknya, TTD Dina. Aku hanya menggeleng-geleng kepala.<br /><br />E N DDunia Sekshttp://www.blogger.com/profile/15389449240222132554noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2137379910062327546.post-81482992524869022782012-05-20T21:12:00.004+07:002012-06-04T00:10:34.121+07:00Kakak sepupuku - 2Erna yang melihat gerakan dan desahanku langsung bangun lalu mengambil posisi disisi kananku yang kemudian menghisap pentil payudaraku serta gigitan kecil di sekitarnya sambil tangannya mulai ikut mengocok penisku.<br /><br />Ihh.. ahh.. uhhh.., hanya itu yang dapat keluar dari mulutku merasakan nikmat yang baru kali ini aku rasakan dengan gaya permainan Erna yang memang belum pernah aku lihat dan lakukan.<br /><br />Ouh.. sst.. aduh nikmat Er.., sambil merasakan terus sensasi kenikmatan yang dibuat oleh Erna.<br /><br />Tak lama kemudian Erna mulai menjilat dan menciumi seluruh tubuhku yang memang masih wangi oleh aroma sabun yang melekat pada tubuhku karena memang aku baru saja selesai mandi. Sejengkal demi sejengkal ia menjilati setiap bagian tubuhku tidak ada yang terlewatkan.<br /><br />Ahh.. Er.. ohh.. sstt.., seruku sambil tubuhku mulai mengeliat seperti cacing menahan rasa geli bercampur nikmat karena permainan lidah Erna yang sangat hebat pada tubuhku.<br /><br />Ohh.. hoo.. huss, sambil mulai mengangkat-angkat pantatku ketika mulut dan lidah Erna sudah sampai di sekitar bagian paling sensitif tubuhku.<br /><br />Ayo.. Er.. sedot dong, hoo.., menyuruh Erna menyedot penisku yang berdiri tegak seperti tiang bendera disertai mengalirnya air bening kenikmatan yang keluar dari lubang penisku. Tetapi Erna tidak menghiraukan permohonanku itu, justru ia asyik mempermainkan lidahnya di sekitar selankanganku dan sesekali singgah dibuah zakar penisku yang mulai memerah.<br /><br />Napasku mulai tidak beraturan, hawa panas dingin mulai mengalir masuk ke kepalaku yang kemudian turun ke tubuhku. Namun Erna belum juga menyentuh batang penisku yang semakin deras mengeluarkan air bening seperti sedang menangis minta dijamah oleh tangan Erna atau mulutnya, pokoknya terserah yang penting salah satu dari dua bagian tubuh Erna itu. Sampai-sampai bulu-bulu di sekitar pangkal penisku sudah terasa basah semua.<br /><br />Ahh.. Yaaa.. sekarang sedot kuat-kuat Er.., pintaku pada Erna.<br /><br />Kini batang penisku mulai dijilat perlahan-lahan oleh lidah Erna seperti sedang menjilat lelehan es lilin yang airnya mengalir turun di batangnya.<br /><br />Ketika ujung lidahnya menyentuh lubang penisku ia mulai memutar-mutar lidahnya itu disitu.<br /><br />Oh.. nikmatnya, hoo.. sekarang sedot Er.., please, kembali aku memohon agar Erna menghisap penisku, jangan hanya mempermainkan dengan lidahnya saja.<br /><br />Ya.. thanks, ohh.. masukkan semua di dalam mulutmu, ohhh.., seruku berterima kasih karena Erna kini sudah memasukkan penisku di dalam mulutnya.<br /><br />Sungguh luar biasa permainan Erna membiarkan perasaanku penasaran dengan bermain-main dahulu dengan lidahnya di sekitar penisku sehingga ketika penisku sudah sangat ingin dihisap dengan tanda air beningku sudah banyak meleleh baru dia mulai memasukkannya ke dalam mulutnya. Perasaanku memang langsung seperti dihempas entah kemana ketika aku merasakan penisku sudah kuat disedot oleh mulut Erna. Apalagi gerakan itu ia lakukan tanpa bantuan tangannya, semuanya ia lakukan hanya dengan mulut dan lidahnya karena kedua tangannya sibuk juga mempermainkan vaginanya sendiri.<br /><br />Sst.. ohh.. Er sedot terus, seruku mulai tidak karuan dengan napas yang mulai memburu.<br /><br />Air kenikmatan mulai terasa berkumpul disetiap persendianku dan mulai mengalir pelan menuju kebatang penisku.<br /><br />Ahh.. terus Er.. ya.., seruku lagi terus menyuruh Erna mengocok penisku dengan mulutnya.<br /><br />Ya.. sedikit lagi Er, aku sudah mulai rasa ya.. ohh.., seruku sambil pantatku ikut bergoyang kiri kanan mengimbangi mulut Erna yang maju mundur di batang lasoku. Air spermaku yang mengalir dari seluruh persendianku kini terasa sudah berkumpul banyak di batang penisku. Sisa menunggu waktu saja untuk mengeluarkannya.<br /><br />Ayo Rur.. keluarkan di dalam mulutku, aku ingin sekali meminum semua spermamu, seru Erna sepintas lalu yang kemudian memasukkan kembali penisku ke dalam mulutnya dan mengocok, menyedot dan mempermainkan lidahnya di penisku secara bergantian.<br /><br />Ya.. terus.. ayo.. sedot Er.., seruku seiring dengan semprotan air spermaku sebanyak empat kali di dalam mulut Erna. Memang Erna benar-benar meminum air spermaku, itu dibuktikannya dengan tidak setetespun air spermaku yang keluar dari mulutnya padahal penisku juga masih berada di dalam mulutnya. Bahkan ketika aku merasa air spermaku sudah keluar semua dan tidak ada yang tertinggal di batang penisku, mulutnya justru menyedot kuat di lubang penisku seakan-akan ingin meyakinkan dirinya bahwa air spermaku telah keluar semua dan telah tertelan olehnya.<br /><br />Ah.. oh.. ahh.., seruku lemas merasakan sisa-sisa kenikmatan yang baru saja aku rasakan sungguh sangat luar biasa, sampai-sampai seluruh persendianku terasa ngilu. Sementara itu Erna yang sudah mengeluarkan penisku dari mulutnya tersenyum puas sambil melihatku dan mengelus-elus penisku yang perlahan-lahan mulai lemas.<br /><br />Tak terasa permainan sex yang kami lakukan berjalan kurang lebih satu setengah jam, itu dapat dilihat dari film BF yang kami putar telah habis tanpa kami sadari berdua. Setelah kami berdua bergantian kekamar mandi untuk membersihkan diri akupun mengambil kaset BF dari Video dan menyimpannya kelemari pakaianku di kamar. Erna yang telah mengenakan celana pendek serta kaosnya kembali dan aku yang juga sudah mengenakan celana pendek serta kaos oblong bertemu dimeja makan untuk makan karena perut kami memang terasa lapar akibat tenaga kami terkuras setelah sama-sama berjuang mendaki gunung kenikmatan.<br /><br />Rur.. kamu sudah pernah melakukkanya ya ?, tanya Erna padaku sambil memasukkan sepotong roti ke dalam mulutnya.<br /><br />Soalnya kamu tadi sepertinya sudah pengalaman, sambung Erna coba mengorek pengakuanku.<br /><br />Kamu juga bahkan sangat pengalaman persendianku masih terasa ngilu, balas aku kepada Erna.<br /><br />Iya, aku melakukannya dengan pacarku bahkan hampir setiap ada kesempatan kami pasti melakukannya, balas Erna.<br />Sudah sebulan aku tak melakukannya makanya tadi aku sangat agresif, sambung Erna.<br /><br />Kenapa?, tanyaku balik mengorek keterangan dari Erna.<br /><br />Ia lagi tugas belajar ke Jakarta, mungkin enam bulan baru balik, balas Erna menjawab pertanyaanku.<br /><br />Wah.., kamu bisa tahan ndak, tanyaku pada Erna sambil kakiku yang berada di bawah meja makan mulai kugerak-gerakkan mencari selangkangan Erna yang berhadapan denganku.<br /><br />Kan ada kamu.., jawab Erna sambil memandangku genit dan sedikit agak mendesah karena ujung jari-jari kakiku telah berada diselangkanganya dan sedang mengusap-usap vaginanya yang masih tertutup oleh celana pendeknya. Rupanya Erna mulai terangsang kembali, setelah sesaat aku menekan-nekan vaginanya dengan ujung jari-jari kakiku.<br /><br />Rur, kita ke kamarmu aja ya, seru Erna sambil berdiri dari kursi meja makan.<br /><br />Aku yang memang mulai berani karena ternyata kakak sepupuku ini memang sudah tidak perawan lagi dan sering bermain dengan pacarnya, langsung ikut berdiri dan berjalan menuju kamarku.<br /><br />Aku memang benar-benar mendapatkan hari yang sangat beruntung karena kedua adikku ada les tambahan di sekolah hari itu sehingga mereka berdua pasti agak terlambat pulang ke rumah. Dengan begitu aku dan Erna masih mempunyai waktu untuk melampiaskan nafsu kami.<br /><br />Kami berdua sudah berada di dalam kamarku, Erna langsung membuka pakaiannya dan tinggal mengenakan celana dalam saja sehingga terlihatlah payudaranya yang sebesar bola voli tergantung indah dengan puting yang kaku menandakan ia sedang dalam keadaan birahi yang tinggi.<br /><br />Berbeda dengan aku ketika aku telah berada di kamarku dan melihat tubuh Erna tinggal mengenakan CD saja langsung membuka celanaku sehingga penisku yang sudah ereksi berat terlihat juga oleh Erna.<br /><br />Rur, sedot susuku dulu ya!, seru Erna sambil berbaring mengambil posisi terlentang di tempat tidurku, namun kedua kakinya masih tergantung di pinggir tempat tidur hampir menyentuh lantai.<br />Aku langsung datang mendekat dan mulai tanganku bergerilya di payudara Erna sambil mulut kami saling menutupi dan lidah kami saling tarik.<br /><br />Mmh.. mmhh.., suara kami berdua saling berbalas sambil menikmati permainan lidah kami dan tanganku yang sudah semakin liar di payudara Erna.<br /><br />Setelah kurang lebih sepuluh menit kami lakukan gaya itu akhirnya mulutku menggantikan posisi tanganku untuk bergerilya dipayudara Erna sementara tanganku sudah turun bermain di vagina Erna yang telah becek oleh lendir vaginanya.<br /><br />Oh.. ya.. sedot Rur, ahh.., seru Erna yang mulai meningkat gairah birahinya akibat sentuhan kenikmatan yang ia dapat dari permainan mulut dan jari tanganku.<br /><br />Sst.. agh.., masukkan jarimu di lubangnya Rur, sambung Erna memintaku memainkan jari tanganku di dalam lubang vaginanya.<br />Ya, ouh.. goyang di dalam agh.., desis Erna menikmati permainan jari-jariku di liang vaginanya yang sudah sangat becek.<br /><br />Hoo.. ya.. cepat Rur, ya.. sedikit lagi, seru Erna yang mengangkat kedua kakinya dan membuka kedua sisi pahanya sehingga vaginanya terbuka lebar. Pantatnya pun kini semakin bergoyang ke kiri-kanan yang kadang mengangkat-angkatnya sedikit.<br /><br />Tetapi memang Erna sudah sangat pengalaman dalam berhubungan sex sehingga ia tidak ingin mencapai klimaksnya sendiri. Erna kemudian bangun dan duduk di sisi tempat tidur. Posisi wajahnya tepat berada di depan penisku yang berdiri tegak seperti tiang bendera,lalu ia memegang batang penisku yang sudah ereksi berat dan memasukkannya ke dalam mulutnya.<br /><br />Ssrr.. cup.. cup.., suara yang keluar dari mulut Erna sedang menyedot kepala penisku dengan kuat sekali sehingga ketika ia menariknya keluar terdengar bunyi tersebut.<br /><br />Ahh.. aggh.. wow.., seruku yang mulai merasakan kegelian yang teramat sangat akibat permainan mulut Erna terhadap penisku.<br /><br />Aduhh.. agh.. nikmatnya.., aku mulai rasa nih, seruku memberitahu Erna bahwa aku sudah mendekati klimaks.<br />Memang air kenikmatan sudah terasa berada di sekitar bokongku apalagi posisiku saat itu masih dalam keadaan berdiri. Rupanya Erna tidak mau menyianyiakan kesempatan itu, ia lalu mengeluarkan penisku dari mulutnya secara perlahan agar aku dapat menahan orgasmeku sesaat.<br /><br />Rur, baring nanti aku yang diatas, seru Erna menyuruhku menggantikan posisinya untuk berbaring dipinggir tempat tidur dengan kakiku tetap tergantung ke lantai. Iapun berdiri dan mengambil posisi membelakangiku lalu dengan perlahan seperti orang yang akan duduk, ia meraih penisku dan menuntunnya masuk ke dalam lubang vaginanya. Suatu gaya yang benar-benar dilakukan oleh orang yang sudah berpengalaman.<br /><br />Agh.. ohh.., desis Erna ketika memasukkan kepala penisku kedalam vaginanya dan mencabutnya lalu memasukkannya kembali. Gerakan itu ia lakukan sebanyak dua kali.<br /><br />Ya.. uhh.. auh.., desahnya lagi ketika ia mulai megeluar-masukkan penisku untuk mencoba memasukkan bagian demi bagian hingga seluruh batang penisku masuk semua hingga ke pangkalnya, itu dapat aku rasakan karena kini dua buah sisi pantatnya telah rapat di kedua pahaku.<br /><br />Ouhh.. sstt.. yea.., desahku ketika Erna mulai bergoyang diatas kedua pahaku bak orang lagi menunggang kuda. Goyangan pinggul Erna sungguh sangat erotis, sebentar-sebentar lambat dan sebentar-sebentar ia percepat putarannya dan naik turun pinggulnya.<br /><br />Setelah kira-kira sepuluh menit ia mengambil posisi begitu akhirnya aku mulai merasakan vagina Erna menegang seakan-akan menghimpit penisku dan ingin menghancurkan batang penisku. Bahkan goyangannya semakin cepat dan tidak beraturan.<br /><br />Ya.. oh.. ya.. Rur penismu nikmat sekali, desahnya dengan napas yang mulai tidak beraturan dengan goyangan naik turun tubuhnya yang semakin cepat sehingga menimbulkan suara seperti orang yang bertepuk tangan akibat pertemuan kedua pahaku dan dua buah pantatnya yang montok.<br />Ouh.. agh.. ya.. ya.. aku keluar Rur.. ahh.., desahnya dengan nada yang sedikit panjang. Ketika itu juga tubuhnya berhenti bergerak dan menekan turun tubuhnya sehingga seluruh penisku terasa amblas masuk kedalam vagina Erna.<br /><br />Oh.. nikmat sekali yah.., desahnya terus mengambil kenikmatan yang masih tersisa di vaginanya seiring dengan mengalirnya keluar air sperma kenikmatan Erna membasahi seluruh pangkal dan bulu penisku, sampai-sampai lubang anusku ikut terasa basah.<br /><br />Menyaksikan erangan dan mimik kenikmatan serta jepitan otot vagina Erna akibat mencapai orgasme kepala penisku terasa ikut membesar. Sehingga pinggulku membuat gerakan memutar-mutar kecil. Sambil aku mendesis pelan,<br /><br />Oh enak ya Er?<br /><br />Hmm, auh, seru Erna membalas desahan pertanyaanku.<br /><br />Mungkin karena dorongan birahiku yang spontan meningkat akibat berada dalam suasana itu aku langsung mengambil alih kendali dengan menyodok naik lubang vagina Erna sehingga tubuhnya agak terlempar naik sedikit.<br /><br />Aku ndak tahan nih ohh seruku pada Erna sambil menyodok-nyodok lubang vagina Erna yang masih basah oleh air spermanya dan yang sudah bercampur pula dengan sperma beningku.<br /><br />Aku lalu mengambil posisi untuk duduk di pinggir tempat tidur dengan Erna tetap di pangkuanku serta penisku yang masih tetap bertahan di lubang vagina Erna dan membelakangi aku.<br /><br />Ohh ahh, desah Erna yang mulai kembali terangsang akibat kedua payudaranya aku remas dari belakang dengan kedua tanganku sambil menciumi tengkuknya. Erna juga mulai membuat gerakan-gerakan kecil dengan mengoyang pelan buah pantatnya sehingga ujung kepala penisku terasa menyentuh sesuatu di dalam vagina Erna.<br /><br />Agh agh agh,<br /><br />Ohh ohhh auh, desah kami saling bergantian apalagi kalau ujung kepala penisku menyentuh entah benda apa yang ada di dalam vagina Erna itu.<br /><br />Aku semakin tidak tahan dengan gerakan-gerakan kecil Erna yang seakan-akan memelintir batang dan kepala penisku. Air spermaku rasanya sudah kembali berada di seluruh pinggulku dan sedang menuju ke batang penisku.<br /><br />Aduh Er, aku mulai rasa nih seruku kepada erna.<br /><br />Aku juga Rur, ogh.. auh, desahnya semakin kuat dengan napas yang mulai tidak beraturan.<br /><br />Ahh.. ya.. oh.. ups.. ahhh.., desahku dengan sangat panjang mendapatkan orgasmeku dan terasa ada tujuh kali semprotan yang aku hamburkan di dalam vagina Erna.<br /><br />Oh.. Rury.. aku juga agh.., desah panjang Erna megikuti desahanku yang hanya berselang kira-kira dua puluh detik setelah aku mendapatkan puncak kenikmatanku.<br /><br />Aku langsung merebahkankan tubuhku ke belakang diikuti oleh tubuh Erna yang masih menempel lemas di depanku. Terasa hangatnya air sperma kenikmatan kami yang telah bercampur, mengalir keluar membasahi selangkanganku dan seluruh pahaku sambil kami terbaring lemas di atas tempat tidurku. Sampai-sampai air sperma kami ada yang jatuh ke lantai ketika kami bangkit untuk membersihkan tubuh kami menuju kamar mandi.<br /><br />Akhirnya setelah kami berdua telah membersihkan diri dan bertemu di meja makan untuk menikmati soft drink sambil memulihkan tenaga setelah mendaki puncak birahi, kami berbincang-bincang. Ernapun membuat kesepakatan denganku untuk melupakan kejadian hari itu. Rupanya Erna terlambat menyadari bahwa aku ini adalah adik sepupunya.<br /><br />Dan memang kejadian itu hanya terjadi sekali dalam seumur hidup kami berdua, karena setelah dua tahun kejadian itu Erna menikah karena hamil oleh pacarnya. Kemudian mereka pindah jauh ke daerah lain karena penugasan suaminya.<br /><br />E N DDunia Sekshttp://www.blogger.com/profile/15389449240222132554noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2137379910062327546.post-31766650863189241902012-05-20T21:12:00.003+07:002012-06-04T00:10:34.100+07:00Kakak sepupuku - 1Sebelum aku memulai menceritakan pengalaman pribadiku atau kisah hidupku untuk ketiga kalinya pada situs ini, aku ingin mengucapkan banyak terima kasih pada situs RumahSeks, karena telah menyediakan media untuk orang-orang seperti saya, dimana kami dapat bercerita lepas mengenai pengalaman seputar kehidupan sex kami masing-masing yang belum tentu kami berani mengungkapkan secara langsung pada setiap orang. Walaupun kadang aku membaca cerita-cerita di RumahSeks ada yang hanya bersifat karangan saja atau semacam cerita yang dibuat-buat saja. Sekedar informasi semua cerita yang aku tulis saling berhubungan walaupun hubungan itu hanya sedikit. Namanya juga pengalaman hidup.<br /><br />*****<br /><br />Waktu itu aku memang telah menjadi seorang remaja pria yang sangat gila dengan masalah-masalah sex dan perilakunya.<br /><br />Oh ah sst.., aku mendesis pelan sambil mengocok penisku yang mulai terasa membesar di dalam genggaman tanganku sambil menyaksikan dari atas plafon, Papa dan Mamaku saling bergumul di dalam kamarnya. (Baca: Celahku Onaniku)<br /><br />Hanya dengan cara itu selama kurang lebih tiga tahun aku sering lakukan untuk memuaskan birahiku. Walaupun kadang aku mendapatkan dari Tari atau Ana bila aku mempunyai kesempatan kerumah mereka. Namun waktu terakhir kunjunganku kerumah mereka tidak jarang Ana maupun Tari menolakku untuk melakukan hubungan sex lagi. Maklum mereka telah menjadi gadis dewasa yang lumayan cantik dan mempunyai body yang bisa mengeluarkan air liur setiap pria yang melihatnya.<br /><br />Dan mereka masing-masing memang telah mempunyai pacar. (Baca: Sex Perdanaku 1-3)<br /><br />Kami bertiga memang pada waktu itu telah berumur 17 tahun.<br /><br />Keesokkan pagi harinya aku sengaja tidak beranjak dari tempat tidurku untuk mandi lalu ke sekolah, bahkan aku menutup seluruh tubuhku dengan sebuah selimut seperti orang yang sedang sakit dan kedinginan.<br /><br />Rur, Rury, bangun, terdengar suara Mamaku dari belakangku sambil mengoyang-goyangkan tubuhku.<br /><br />Kamu sakit ya ?, sambung Mamaku lagi dengan nada bertanya sambil coba membalikkan badanku agar wajahku bisa terlihat olehnya.<br /><br />Aduh, ehh, dinginnya, seruku sambil berbalik untuk mengambil posisi terlentang sehingga bisa bertatap muka dengan Mamaku.<br /><br />Kamu kenapa Rur ?, kata Mamaku ketika kami sudah saling berhadapan sambil menarik selimutku keatas, yang agak turun ketika aku membalikkan badanku tadi.<br /><br />Aduh.., tubuhku dan tulangku seperti mau remuk semuanya, seruku sambil menunjukkan wajah seperti orang yang sedang sakit.<br /><br />Tetapi memang badanku pagi itu agak letih namun bukan karena sedang sakit demam tetapi karena tenagaku berkurang karena hampir setiap malam menyaksikan Papa dan Mamaku sedang live show untukku di dalam kamarnya sambil aku ber-onani ria.<br /><br />Kamu demam tulang mungkin? , seru Mamaku yang beberapa saat sedang mengamatiku sambil mulai memijit-mijit tubuhku.<br /><br />Aku langsung berpikiran porno melihat belahan payudara Mamaku yang mengintip di balik dasternya. Memang pikiran kotorku itu sudah sering terlintas setelah sering menyaksikan gerakan-gerakan binal Mamaku terhadap Papaku setiap kali mereka melakukan live show dikamarnya.<br /><br />Tanpa kuperintah penisku mulai bergerak-gerak sedikit demi sedikit, karena takut terlihat oleh Mamaku akupun mengambil bantal gulingku lalu kuletakkan diantara kedua pahaku agar dapat menutupi tonjolan penisku yang mulai membesar.<br /><br />Kalau begitu sekarang kamu bangun sarapan pagi dulu lalu minum obat, sambil Mamaku mengambil posisi dari depan untuk memelukku hendak membantuku bangkit dari tempat tidur. Payudaranya yang sewaktu aku kecil dulu menjadi tempat makan dan minumku, terasa hangat menempel dibibirku apalagi Mamaku belum mengenakan bh-nya. Bukit kembar itu tergantung bebas di dalam daster Mamaku.<br /><br />Sebentar saja Mam, aku masih ingin berbaring dulu, seruku sambil menahan tubuhku agar tidak bisa terangkat dari tempat tidur. Gerakan itu sengaja aku lakukan karena bila aku bangun dari tempat tidur dan berjalan keluar untuk sarapan, penisku yang sedang berdiri dan hanya ditutupi oleh celana pendek karet, nanti bisa terlihat oleh Mamaku.<br /><br />Oke, nanti Mama minta tolong Erna kesini melihatmu sesudah Mama nanti pergi ke kantor, balas Mamaku sambil melepaskan tangannya yang sedang berada dipundakku.<br /><br />Erna adalah kakak sepupu perempuanku yang tinggal bersebelahan dengan rumah kami. (Baca: Celahku Onaniku) Waktu itu memang aku telah menjadi anak pria yang sudah buta akan etika karena sex telah mengalahkan akal sehatku.<br /><br />Sekarang Mama mau siap-siap ke kantor, kata Mamaku sambil bangkit berdiri dari sisi tempat tidurku. Aku hanya mengangguk sambil memandang tubuh Mamaku yang hanya tertutup daster tipisnya sehingga samar-samar terlihat olehku seluruh tubuhnya yang belum mengenakan pakaian dalam, sambil ia berjalan menuju pintu keluar dari kamarku.<br /><br />Yes..!, seruku spontan ketika Mamaku menutup pintu kamarku dan menghilang dari pandanganku. Kini tahap pertama dari rencanaku untuk berpura-pura sakit sehingga tidak ke sekolah hari itu telah berhasil. Tetapi aku belum bangun dari tempat tidurku karena Mamaku belum pergi meninggalkan rumah.<br /><br />Rur, Mama pergi dulu ya!, terdengar suara Mamaku dari luar pintu kamarku.<br /><br />Iya mam, jawabku membalas pamitan Mamaku kepadaku dari dalam kamarku dengan nada sedikit berat seperti suara orang yang sedang sakit, padahal aku sedang tersenyum gembira karena sebentar lagi rumah telah sepi dan tinggal aku sendiri sehingga rencanaku untuk memutar film BF yang aku pinjam dari temanku akan terlaksana dengan bebas. Namun aku masih tetap bersabar untuk tidak terburu-buru bangkit dari tempat tidurku untuk melaksanakan rencanaku itu. Aku masih mengulur-ulur beberapa waktu untuk memastikan Mamaku benar-benar telah pergi meninggalkan rumah.<br /><br />Setelah bersabar kurang lebih dua puluh menit akhirnya aku bangkit dari tempat tidurku dan berjalan keluar dari kamarku. Aku mulai memeriksa semua kamar dan ruangan untuk memastikan bahwa benar-benar tinggal aku sendiri yang berada dirumah. Kemudian aku kembali masuk kekamarku untuk mengambil kaset BF yang kusimpan dilemari pakaianku setelah yakin bahwa tinggal aku sendiri di dalam rumahku. Setelah mengambil kaset BF itu aku meletakkan kaset itu di atas video diruangan tengah atau ruangan tempat keluarga kami sering nonton televisi bersama-sama. Karena merasa gerah setelah tertutup selimut di dalam kamar tadi akupun lalu kekamar mandi untuk mandi dahulu sebelum aku sarapan dan memutar kaset BF itu.<br /><br />Ketika aku akan melewati ruangan tengah setelah selesai mandi dan hendak menuju ke kamarku aku sangat terkejut saat aku melihat ke layar televisi ada adegan panas dari kaset BF yang kuletakkan di atas video tadi. Dan ternyata yang memutar kaset itu adalah Erna, kakak sepupu perempuanku yang tadi sebelum Mamaku pergi ke kantor menyuruhnya datang untuk melihatku. Rupanya Erna lewat pintu belakang yang memang luput dari pemeriksaanku karena pintu itu memang hanya sering dilewati oleh keluarga sepupuku itu bila hendak kerumahku.<br /><br />Katanya kamu sakit Rur, kok kamu malah mandi, seru Erna dengan sangat santainya sambil terus menatap ke layar televisi yang sedang menampilkan adegan-adegan panas seperti film-film BF lainnya.<br /><br />E..anu, biar segar siapa tahu bisa sembuh setelah mandi, jawabku ala kadarnya dengan nada sedikit gugup karena kaset BF yang aku pinjam itu kedapatan dan kini sedang diputar oleh Erna.<br /><br />Sakit apa sakit?, seru Erna lagi dengan nada sedikit menyindir. Sambil tangannya sengaja atau tidak membesarkan volume telivisi sehingga suara-suara desahan dari film BF itu terdengar jelas sekali.<br /><br />Yes oh yaa, terdengar desahan-desahan nikmat dari dalam televisi, yang tanpa aku sadari aku mulai menikmatinya.<br /><br />Rur, payudaranya besar mana dengan punyaku, kata Erna tiba-tiba kepadaku. Aku yang lagi asyik menikmati tontonan yang ada di telivisi itu langsung kaget mendengar pertanyaan kakak sepupuku itu.<br /><br />Mm Enggak tau ya, jawabku dengan sedikit ragu karena ternyata kakak sepupuku itu mulai ikut menikmati juga film BF itu.<br /><br />Masa kamu nggak tau, terus kalau kamu lagi ngintip aku mandi kamu lihat apa sih?, seru Erna yang spontan saja membuat aku semakin kaget, sehingga penisku yang baru mulai akan ereksi karena melihat adegan panas di telivisi langsung kembali lemas. Ternyata selama ini aktivitas mengintipku waktu Erna sedang mandi dari atas plafon rumahku telah ia ketahui. Tetapi aku berpikir kenapa ia tidak menegurku atau marah padaku.<br /><br />Pada saat aku sedang berpikir dan tertunduk malu karena kelakuanku selama ini telah ia ketahui, tiba-tiba aku melihat bayangan dari lantai keramik diruangan itu ada bayangan Erna dan telah berada di depanku. Aku langsung mengangkat wajahku untuk melihat reaksi Erna, apakah datang mendekat kepadaku untuk marah-marah di depanku. Ternyata dugaanku salah, tangannya justru memegang tanganku dan menuntunnya untuk menyentuh payudaranya yang masih tertutup oleh baju kaos tipis yang ia pakai. Aku yang waktu itu masih mengenakan handuk karena baru selesai mandi hanya berdiri terdiam membiarkan tangan Erna menuntun tanganku untuk menjelajahi bukit kembarnya.<br /><br />Rur, ohremas dong!, seru Erna kepadaku untuk meremas buah dadanya.<br /><br />Aku yang juga mulai terangsang melihat tingkah laku Erna dan ditambah lagi dengan desahan-desahan dan adegan-adegan yang keluar dari dalam telivisi yang sesekali aku lihat, spontan membuat tanganku mulai bergerak sendiri menjelajahi payudara Erna tanpa panduan tangannya lagi.<br /><br />Rur, oh sstt, Erna mulai mendesah menikmati remasan-remasan ringan tanganku pada payudaranya, sambil tangannya yang mulai nakal meremas batang penisku yang mulai kencang dari luar handuk yang masih aku kenakan. Mungkin karena kami berdua sudah sangat terangsang, apalagi penetrasi yang kami lakukan sambil menonton film BF, tanpa kami sadari kami telah bergumul dilantai depan telivisi dan tubuh kami sudah dalam keadaan bugil.<br /><br />Isap Er oh aduh enaknya, desahku menikmati permainan lidah Erna pada kepala penisku yang sementara berada di dalam mulutnya. Akupun tidak tinggal diam memainkan jari tanganku yang dapat mencapai vaginanya. Memanfaatkan posisi Erna yang menggarap penisku dari samping, jariku yang sudah licin oleh air vaginanya sendiri dengan sangat lincah memainkan bibir luar lubang kenikmatannya. Bila jariku menyentuh nikmat divaginanya maka langsung terasa penisku disedot kuat oleh Erna. Kurang lebih lima menit kami bertahan pada posisi itu.<br /><br />Ahh.. ouh, sedot Rur, seru Erna.<br /><br />Kami telah mengganti gaya, posisiku kini berada pada sisi kanan Erna sehingga payudaranya yang kanan sedang kugarap habis. Kumainkan pentilnya dengan lidahku membuat ujung susu itu semakin merah merekah, sementara tangan kananku bermain bebas divaginanya. Jari-jariku yang sudah licin oleh air vaginanya keluar masuk dari lubang memek Erna.<br /><br />Aduh aku sudah mulai rasa Rur, uhh, seru Erna mulai kacau karena merasakan nikmat jariku yang kini bermain pada clitorisnya. Pantatnya kadang tiba-tiba terangkat entah kenapa.<br /><br />Ayo, ahh terus goyang, ohh.. isap, seru Erna menyuruhku semakin kuat menyedot susunya dan meggosok dengan cepat clitorisnya. Terlihat kini kakinya mulai ia julur-julurkan serta sesekali pantatnya ia angkat.<br /><br />Ya.. oh.. sedikit lagi, ohh.. ya ahhh, dengan nada sedikit berteriak Erna mengeluarkan suara itu sambil membuka dan menutup kedua pahanya, aku yang mengetahui bahwa Erna pada saat itu sedang memasuki orgasme langsung memasukkan jari tengahku kedalam lubang vagina Erna dan memainkannya di dalam rongga vaginanya. Jariku yang semakin licin dan terasa berada di dalam air diremas-remas oleh otot vagina Erna.<br /><br />Pada saat Erna terkulai lemas dan pasrah aku cabut jari tengahku dari vagina Erna, air sperma kenikmatan milik Erna yang terbawa di jariku dan di sekitar tanganku aku usap-usapkan pada penisku yang sedang tegang menantang, sementara tangan kiriku mulai kembali meremas lembut payudara Erna. Kedua tanganku terus beraktivitas yang kiri tetap meremas payudara Erna dan yang kanan mengocok penisku sendiri sambil menyaksikan film BF yang masih berjalan.<br /><br />Sst ahh ohh, aku mendesis menikmati permainan tanganku pada payudara Erna dan penisku.<br /><br />Ahh isap ayo oh, kembali aku mendesis sambil membayangkan penisku disedot oleh bule wanita yang berada di dalam film BF itu, sambil tanganku terus bergoyang mengelus lembut penisku yang sudah licin oleh air sperma Erna bercampur sperma bening dari penisku sendiri, mulai dari kepala, batang hingga ke pangkalnya.<br /><br />Bersambung . . . . .Dunia Sekshttp://www.blogger.com/profile/15389449240222132554noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2137379910062327546.post-7874788862114868722012-05-20T21:12:00.002+07:002012-06-04T00:04:56.893+07:00Pengalaman percintaan pertamakuSetelah sekian lama hanya menjadi pembaca setia dari situs ini akhirnya muncul juga keberanian untuk membagi pengalaman pribadiku yang benar benar aku alami di dunia nyata. Semua yang aku tulis adalah apa yang benar-benar aku rasakan dan lakukan. Nama dan tempat aku samarkan untuk menjaga privasi orang-orang dalam cerita ini. Sebut saja namaku Rony,berumur 25 tahun, tinggi 170 cm berat 60 kg. Masih kuliah di sebuah perguruan tinggi terkenal di kota Surabaya semester akhir dan bekerja part time di sebuah perusahaan software house.<br /><br />Sebagai perkenalan aku dilahirkan di sebuah kota di jawa timur. Berasal dari keluarga biasa-biasa saja, tidak kekurangan dan tidak berlebihan. Aku merasa beruntung semua yang aku butuhkan di masa kecilku bisa terpenuhi walau tidak bisa diartikan kebutuhan secara materi yang berlebih lebihan. Hidup secara mandiri dan jangan memandang segala hal dari segi materi itu yang aku camkan dalam nurani sebagai nasihat orang tua yang akhirnya membuatku tumbuh sebagai seorang yang tidak materialis.<br /><br />Semua hal dalam masa pertumbuhanku berjalan normal, hanya satu hal yang aku rasa lain dari kebanyakan sesama anak seusiaku. Aku selalu merasa lebih tertarik dengan wanita yang umurnya lebih tua. Rasanya lebih asik bila bisa dekat dengan wanita wanita yang umurnya diatas umurku sendiri. Begitupun ketika ketika di sekolah aku selalu berusaha menarik perhatian kakak-kakak kelasku tidak pada teman teman cewek yang seumuran.Walaupun aku orangnya biasa-biasa saja dengan otakku yang tergolong encer sehingga tidak begitu sulit menarik perhatian mereka. Aku selalu dijajaran rangking 1-3 di sekolah sehingga aku selalu bersekolah di sekolah favorit dan akhirnya bisa masuk di sebuah perguruan tinggi favorit juga.<br /><br />Petualanganku berawal ketika aku terlibat salam sebuah forum mailing list tentang IT di internet dan aku aktif di dalamnya. Dalam forum itu aku mengenal seseorang yang aktif juga di dalamnya sebut saja Dina seorang wanita karir di perusahaan BUMN terkenal di jakarta berumur 35 tahun dengan 2 anak. Dari sekedar saling berdiskusi akhirnya kami saling berhubungan lewat email, dia juga sering bercerita tentang kehidupannya juga tentang keluarganya. Dari permulaan obrolan biasa saja kami jadi lebih dekat dan saling rindu jika sehari tidak saling terima email. Kadang dia juga menelfon ku berjam-jam untuk bercerita semua kisah kesehariannya. Hingga suatu hari tidak sengaja aku berkirim email yang isinya bagaimana yah rasanya phonesex . Dan tak kuduga dia menanggapi dengan serius dan akhirnya sepakat janjian sekitar jam 7 malam dia akan menelfonku ketika suaminya ada dinas keluar kota.<br /><br />Dengan hati berdebar debar aku menunggu teleponnya. Tepat jam 7 dia meneleponku:<br /><br />Hai Rony sudah siap belum nih?, sambil tertawa renyah.<br /><br />Sudah siap dari tadi Mbak, jawabku sambil tertawa kecil juga.<br /><br />Gimana mulainya ini Ron, Mbak kok bingung mo mulainya?,<br /><br />Hmm Mbak sekarang pakai baju apa nih? tanyaku..<br /><br />Pake daster terusan warna putih, jawab Mbak Dina.<br /><br />Dalemnya Mbak?, tanyaku menyambung.<br /><br />Hmm atas warna krem bawahnya juga,<br /><br />Boleh Rony pegang yang atas Mbak?, tanyaku.<br /><br />Boleh Ron ohh Mbak bayangin kamu remasin Ron, jawab dia mulai serak.<br /><br />Aku bukain yah baju Mbak, jawabku.<br /><br />Iyah Ron bukain aja, Mbak dah kepingin ini, jawab Mbak Dina.<br /><br />Panjang penismu berapa Ron?, tanya Mbak Dina menyambung.<br /><br />17 cm Mbak kalo lagi tegang, jawabku.<br /><br />Rony juga bukain baju rony Mbak, boleh Rony masukin ndak Mbak?, tanyaku.<br /><br />Oh Ron Mbak dah basah masukin aja Ron penis kamu ohh Mbak bayangin kamu masukin penis kamu ke vagina Mbak ohh, jawab dia semakin bernafsu.<br /><br />Rony masukin sekarang Mbak.. ohh my god vagina Mbak enak sekali, jawabku kemudian.<br /><br />Iya Ron penismu enak bangett.. maju mundurin sayang.. ohh Mbak gak tahan mo keluar nih, serunya.<br /><br />Aku juga Mbak keluar bareng bareng yah, kataku.<br /><br />Ohh Ronyy Mbak keluarr oh yess<br /><br />Aduhh aku juga mbakk oh yeahh, kataku menyahut.<br /><br />(phone sex ini tidak saya tuliskan keseluruhan karena terlalu panjang, hanya bagian penting yang saya tuliskan)<br /><br />Setelah kejadin itu kami jadi sering janjian lakuin phonesex. Hingga suatu saat dia bilang akan ke surabaya dalam rangka ada tugas dari kantor. Mbak Dina mengajak ketemuan, aku bilang dengan senang hati akan datang. Akhirnya disepakati ketemu di lobi hotel tempat dia menginap di S***d Hotel jam 7 malam setelah dia menyelesaikan tugasnya di kantor cabang. Jam 6 sore aku bersiap-siap dan berusaha membuat diriku serapi mungkin. Timbul keraguan juga jangan jangan dia kecewa setelah melihat aku karena aku orangnya biasa-biasa saja tidak spesial, just ordinary people tapi akhirnya aku beranikan diri. Tiba jam 7 malam tepat di lobi aku melepas pandangan ke seluruh ruangan akhirnya mataku tertuju pada wanita berkulit putih, berbaju blues hitam dengan rok hitam memakai kacamata, akhirnya aku menyapa.<br /><br />Hai Mbak Dina yah, sapaku berdebar debar.<br /><br /><br />Hai ini Rony yah, jawabnya sambil tersenyum manis .<br />Ke my roomku aja yuk lebih enak ngobrolnya, kata dia sambil menarik tanganku.<br /><br />Akhirnya aku menurut saja ketika dia mengajakku menuju elevator dan menuju lantai 4 hotel. Keluar elevator kami berjalan sampai di depan room 409 dan dia membuka pintu dan masuk.<br /><br />Ayo Ron masuk saja kok jadi malu malu gak kayak di telepon hehehehe, katanya mengejekku sambil bercanda.<br /><br />Aku masuk dan duduk di pinggir single bed sambil memandangi punggung Mbak Dina yang mengambil minuman dingin.<br /><br />Nih minum dulu Ron pasti haus deh.<br /><br />Aku ambil gelas yang disodorkannya aku minum 2 teguk kemudian aku taruh di meja. Akhirnya kami ngobrol sambil tiduran diatas bed dan nonton TV. Setelah agak lama aku fikir ini saatnya untuk bertindak lebih jauh. Aku coba pegang tangannya dia diam saja kemudian aku coba remas tangannya dia balas meremas tanganku. Sinyal positif fikirku aku coba lebih jauh dengan mendekatkan hidungku ke pipinya dan menggeser tubuhku lebih dekat ke tubuhnya. Aku cium pipinya lembut dia hanya memejamkan mata. Aku dekatkan bibirku ke bibirnya aku lumat bibirnya dia balas melumat bibirku dan memainkan lidahnya di dalam mulutku.<br /><br />Dia memelukku dengan erat sambil berkata, Ron sudah lama Mbak ingin melakukannya denganmu sayang, desahnya<br /><br />Aku juga Mbak, jawabku sambil mulai meremas remas payudara Mbak Dina.<br /><br />Mbak Dina juga semakin agresif dia mulai meremas remas penisku dari luar celana. Aku mulai membuka blues Mbak Dina dengan tetap melumat bibir wanita berkulit putih ini. Sampai kemudian rok span dia juga aku lepaskan hingga dia tinggal memakain bra dan celana dalamnya. Walau kelihatan payudara nya agak turun (mungkin karena sudah beranak dua) namun tetap membuat aku terangsang. Wanita-wanita berumur lebih membuatku terangsang.<br /><br />Akhirnya Mbak Dina tidak sabar dia membuka celana jeans yang aku pakai sekalian dengan celana dalam ku hingga tampak penisku berdiri tegang dengan panjang 17 cm dan Mbak Dina mengocoknya dengan tangannya yang halus. Aku buka bra yang dia pakai,aku kulumin payudaranya bergantian kiri dan kanan sementara Mbak Dina hanya mendesah gak karuan. Aku mulai cium perutnya dan aku buka celana dalam nya sampai kelihatan vagina yang ditutupi rambut di sekelilingnya. Aku mulai cium pinggiran vaginanya aku teruskan dengan mencium setiap sudut dari vagina Mbak Dina . Sementara Mbak Dina meremas remas kepalaku sambil mendesah.<br /><br />Ohh sayang terus sayang enak banget.. lidah kamu nakal sekali ohh.<br /><br />Salah satu hal yang akhirnya menjadi kegemaranku yaitu membuat wanita merasakan kenikmatan ketika aku meng oral meraka. Mbak Dina sudah merasa tidak sabar dia segera menarikku ke atas dan mengarahkan penisku ke vaginanya. Dan dia menuntun penisku ke lubang kenikmatannya. Aku membantunya dengan mendorong pelan pelan sampai masuk semua sampai mentok (fikirku saat itu hilang sudah keperjaanku).<br /><br />Mbak Dina mendesah, Oh sayang punya kamu panjang banget sampai mentok aduh enak banget sayang goyangin dong.<br /><br />Akupun mulai memaju mundurkan penisku.<br /><br />Selang 5 menit kemudian Mbak Dina mendesah, Oh sayang aku mo nyampai.<br /><br />Aku mulai mempercepat gerakanku.<br /><br />Akhirnya dia menjerit Ohh Rony aku sampai sayangg.<br /><br />Aku rasakan kakinya menjepit erat pinggulku seakan ingin menancapkan sedalam dalamnya penisku ke dalam vaginanya. Aku memberi kesempatan Mbak Dina meresapi kenikmatannya. 2 menit kemudian aku mulai memaju mundurkan lagi penisku ke dalam vaginanya. Aku goyangin semakin cepat sampai aku merasa ada sesuatu yang ingin segera meledak dalam penisku.<br /><br />Ohh Mbak Dina aku mo keluar, dikeluarin di dalam apa diluar?<br /><br />Di dalam saja sayang, katanya.<br /><br />Akhirnya aku kerahkan sekuat tenaga ketika nikmat yang membawaku melayang ke angkasa. Kami berpelukan sampai beberapa saat. Terimakasih yah Ron.<br /><br />Sama sama Mbak, jawabku.<br /><br />Masak baru pertama ini ML Ron?, tanyanya gak percaya.<br /><br />Iyah Mbak emang kenapa?, aku berkata.<br /><br />Kok sudah pinter banget?, tanyanya lagi.<br /><br />Masak sih Mbak?, Dari VCD aku belajarnya Mbak, hehehe, aku menimpali.<br /><br />Kok tahan lama juga biasanya cowok yang baru pertama ML nempel langsung keluar kamu kok bisa lama?, tanyanya lagi.<br />Ya gak tau Mbak ya kenyatannya gitu, (suatu saat aku paham gimana cara menahan agar orgasme bisa ditahan lebih lama dan kapan harus di keluarkan, aku juga gak tau kok bisa nahan orgasme lebih lama, yang pasti sudah bisa dari dulunya, dari lahir kali hehehe)<br /><br />Malam itu aku gak boleh pulang oleh Mbak Dina. Kami menikmati malam dengan pergulatan tiada henti berbagai style kami coba. Sampai kami akhirnya kelelahan dan baru tidur jam 3 pagi. Jam 9 kami baru bangun, kami mandi bersama kemudian Mbak Dina berkemas kemas karena jam 11 siang harus check out dan pergi ke bandara untuk kembali ke jakarta. Setelah mengemasi travel bag nya Mbak Dina memelukku erat erat.<br /><br />Aku sangat menikmati saat saat bersama kamu Ron, katanya.<br /><br />Aku juga Mbak, jawabku.<br /><br />Mbak Dina menyelipkan amplop ke sakuku aku segera mencegahnya.<br /><br />Mbak, ini apa?<br /><br />Mbak Dina berkata, Buat kamu.<br /><br />Aku segera mengembalikannya sambil berkata, Mbak aku bukan cowok materialistis dan bukan cowok yang mencari uang dengan sex.<br /><br />Mbak Dina berkata lagi, Please ambil Ron sebagai tanda terima kasih Mbak.<br /><br />Aku berjalan mendekati travel bagnya dan memasukkan amplop itu ke dalamnya, sambil berkata Gak usah dibahas lagi, nanti Mbak terlambat sampai di bandara.<br /><br />Dia tersenyum manis dan berkata, Ok deh, yuk.<br /><br />Kami naik taksi di depan pintu hotel, dan taksi meluncur ke arah bandara, 30 menit kami sampai di bandara. Aku mengantar sampai di pintu pemberangkatan dan Mbak Dina memelukku erat-erat. Aku kemudian memanggil taksi yang mengantarku pulang. Di dalam taksi ketika aku merogoh sakuku aku terkejut ternyata ada amplop berisi uang dan didalamnya ada tulisan tangan berbunyi, Ron aku tau kamu bakal menolak pemberian Mbak, makanya Mbak taruh dalam sakumu, janji untuk menerimanya atau kamu berarti tidak sayang sama Mbak jika menolaknya, TTD Dina. Aku hanya menggeleng-geleng kepala.<br /><br />E N DDunia Sekshttp://www.blogger.com/profile/15389449240222132554noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2137379910062327546.post-38199622867631241092012-05-20T21:12:00.001+07:002012-06-04T00:04:56.880+07:00Kakak sepupuku - 2Erna yang melihat gerakan dan desahanku langsung bangun lalu mengambil posisi disisi kananku yang kemudian menghisap pentil payudaraku serta gigitan kecil di sekitarnya sambil tangannya mulai ikut mengocok penisku.<br /><br />Ihh.. ahh.. uhhh.., hanya itu yang dapat keluar dari mulutku merasakan nikmat yang baru kali ini aku rasakan dengan gaya permainan Erna yang memang belum pernah aku lihat dan lakukan.<br /><br />Ouh.. sst.. aduh nikmat Er.., sambil merasakan terus sensasi kenikmatan yang dibuat oleh Erna.<br /><br />Tak lama kemudian Erna mulai menjilat dan menciumi seluruh tubuhku yang memang masih wangi oleh aroma sabun yang melekat pada tubuhku karena memang aku baru saja selesai mandi. Sejengkal demi sejengkal ia menjilati setiap bagian tubuhku tidak ada yang terlewatkan.<br /><br />Ahh.. Er.. ohh.. sstt.., seruku sambil tubuhku mulai mengeliat seperti cacing menahan rasa geli bercampur nikmat karena permainan lidah Erna yang sangat hebat pada tubuhku.<br /><br />Ohh.. hoo.. huss, sambil mulai mengangkat-angkat pantatku ketika mulut dan lidah Erna sudah sampai di sekitar bagian paling sensitif tubuhku.<br /><br />Ayo.. Er.. sedot dong, hoo.., menyuruh Erna menyedot penisku yang berdiri tegak seperti tiang bendera disertai mengalirnya air bening kenikmatan yang keluar dari lubang penisku. Tetapi Erna tidak menghiraukan permohonanku itu, justru ia asyik mempermainkan lidahnya di sekitar selankanganku dan sesekali singgah dibuah zakar penisku yang mulai memerah.<br /><br />Napasku mulai tidak beraturan, hawa panas dingin mulai mengalir masuk ke kepalaku yang kemudian turun ke tubuhku. Namun Erna belum juga menyentuh batang penisku yang semakin deras mengeluarkan air bening seperti sedang menangis minta dijamah oleh tangan Erna atau mulutnya, pokoknya terserah yang penting salah satu dari dua bagian tubuh Erna itu. Sampai-sampai bulu-bulu di sekitar pangkal penisku sudah terasa basah semua.<br /><br />Ahh.. Yaaa.. sekarang sedot kuat-kuat Er.., pintaku pada Erna.<br /><br />Kini batang penisku mulai dijilat perlahan-lahan oleh lidah Erna seperti sedang menjilat lelehan es lilin yang airnya mengalir turun di batangnya.<br /><br />Ketika ujung lidahnya menyentuh lubang penisku ia mulai memutar-mutar lidahnya itu disitu.<br /><br />Oh.. nikmatnya, hoo.. sekarang sedot Er.., please, kembali aku memohon agar Erna menghisap penisku, jangan hanya mempermainkan dengan lidahnya saja.<br /><br />Ya.. thanks, ohh.. masukkan semua di dalam mulutmu, ohhh.., seruku berterima kasih karena Erna kini sudah memasukkan penisku di dalam mulutnya.<br /><br />Sungguh luar biasa permainan Erna membiarkan perasaanku penasaran dengan bermain-main dahulu dengan lidahnya di sekitar penisku sehingga ketika penisku sudah sangat ingin dihisap dengan tanda air beningku sudah banyak meleleh baru dia mulai memasukkannya ke dalam mulutnya. Perasaanku memang langsung seperti dihempas entah kemana ketika aku merasakan penisku sudah kuat disedot oleh mulut Erna. Apalagi gerakan itu ia lakukan tanpa bantuan tangannya, semuanya ia lakukan hanya dengan mulut dan lidahnya karena kedua tangannya sibuk juga mempermainkan vaginanya sendiri.<br /><br />Sst.. ohh.. Er sedot terus, seruku mulai tidak karuan dengan napas yang mulai memburu.<br /><br />Air kenikmatan mulai terasa berkumpul disetiap persendianku dan mulai mengalir pelan menuju kebatang penisku.<br /><br />Ahh.. terus Er.. ya.., seruku lagi terus menyuruh Erna mengocok penisku dengan mulutnya.<br /><br />Ya.. sedikit lagi Er, aku sudah mulai rasa ya.. ohh.., seruku sambil pantatku ikut bergoyang kiri kanan mengimbangi mulut Erna yang maju mundur di batang lasoku. Air spermaku yang mengalir dari seluruh persendianku kini terasa sudah berkumpul banyak di batang penisku. Sisa menunggu waktu saja untuk mengeluarkannya.<br /><br />Ayo Rur.. keluarkan di dalam mulutku, aku ingin sekali meminum semua spermamu, seru Erna sepintas lalu yang kemudian memasukkan kembali penisku ke dalam mulutnya dan mengocok, menyedot dan mempermainkan lidahnya di penisku secara bergantian.<br /><br />Ya.. terus.. ayo.. sedot Er.., seruku seiring dengan semprotan air spermaku sebanyak empat kali di dalam mulut Erna. Memang Erna benar-benar meminum air spermaku, itu dibuktikannya dengan tidak setetespun air spermaku yang keluar dari mulutnya padahal penisku juga masih berada di dalam mulutnya. Bahkan ketika aku merasa air spermaku sudah keluar semua dan tidak ada yang tertinggal di batang penisku, mulutnya justru menyedot kuat di lubang penisku seakan-akan ingin meyakinkan dirinya bahwa air spermaku telah keluar semua dan telah tertelan olehnya.<br /><br />Ah.. oh.. ahh.., seruku lemas merasakan sisa-sisa kenikmatan yang baru saja aku rasakan sungguh sangat luar biasa, sampai-sampai seluruh persendianku terasa ngilu. Sementara itu Erna yang sudah mengeluarkan penisku dari mulutnya tersenyum puas sambil melihatku dan mengelus-elus penisku yang perlahan-lahan mulai lemas.<br /><br />Tak terasa permainan sex yang kami lakukan berjalan kurang lebih satu setengah jam, itu dapat dilihat dari film BF yang kami putar telah habis tanpa kami sadari berdua. Setelah kami berdua bergantian kekamar mandi untuk membersihkan diri akupun mengambil kaset BF dari Video dan menyimpannya kelemari pakaianku di kamar. Erna yang telah mengenakan celana pendek serta kaosnya kembali dan aku yang juga sudah mengenakan celana pendek serta kaos oblong bertemu dimeja makan untuk makan karena perut kami memang terasa lapar akibat tenaga kami terkuras setelah sama-sama berjuang mendaki gunung kenikmatan.<br /><br />Rur.. kamu sudah pernah melakukkanya ya ?, tanya Erna padaku sambil memasukkan sepotong roti ke dalam mulutnya.<br /><br />Soalnya kamu tadi sepertinya sudah pengalaman, sambung Erna coba mengorek pengakuanku.<br /><br />Kamu juga bahkan sangat pengalaman persendianku masih terasa ngilu, balas aku kepada Erna.<br /><br />Iya, aku melakukannya dengan pacarku bahkan hampir setiap ada kesempatan kami pasti melakukannya, balas Erna.<br />Sudah sebulan aku tak melakukannya makanya tadi aku sangat agresif, sambung Erna.<br /><br />Kenapa?, tanyaku balik mengorek keterangan dari Erna.<br /><br />Ia lagi tugas belajar ke Jakarta, mungkin enam bulan baru balik, balas Erna menjawab pertanyaanku.<br /><br />Wah.., kamu bisa tahan ndak, tanyaku pada Erna sambil kakiku yang berada di bawah meja makan mulai kugerak-gerakkan mencari selangkangan Erna yang berhadapan denganku.<br /><br />Kan ada kamu.., jawab Erna sambil memandangku genit dan sedikit agak mendesah karena ujung jari-jari kakiku telah berada diselangkanganya dan sedang mengusap-usap vaginanya yang masih tertutup oleh celana pendeknya. Rupanya Erna mulai terangsang kembali, setelah sesaat aku menekan-nekan vaginanya dengan ujung jari-jari kakiku.<br /><br />Rur, kita ke kamarmu aja ya, seru Erna sambil berdiri dari kursi meja makan.<br /><br />Aku yang memang mulai berani karena ternyata kakak sepupuku ini memang sudah tidak perawan lagi dan sering bermain dengan pacarnya, langsung ikut berdiri dan berjalan menuju kamarku.<br /><br />Aku memang benar-benar mendapatkan hari yang sangat beruntung karena kedua adikku ada les tambahan di sekolah hari itu sehingga mereka berdua pasti agak terlambat pulang ke rumah. Dengan begitu aku dan Erna masih mempunyai waktu untuk melampiaskan nafsu kami.<br /><br />Kami berdua sudah berada di dalam kamarku, Erna langsung membuka pakaiannya dan tinggal mengenakan celana dalam saja sehingga terlihatlah payudaranya yang sebesar bola voli tergantung indah dengan puting yang kaku menandakan ia sedang dalam keadaan birahi yang tinggi.<br /><br />Berbeda dengan aku ketika aku telah berada di kamarku dan melihat tubuh Erna tinggal mengenakan CD saja langsung membuka celanaku sehingga penisku yang sudah ereksi berat terlihat juga oleh Erna.<br /><br />Rur, sedot susuku dulu ya!, seru Erna sambil berbaring mengambil posisi terlentang di tempat tidurku, namun kedua kakinya masih tergantung di pinggir tempat tidur hampir menyentuh lantai.<br />Aku langsung datang mendekat dan mulai tanganku bergerilya di payudara Erna sambil mulut kami saling menutupi dan lidah kami saling tarik.<br /><br />Mmh.. mmhh.., suara kami berdua saling berbalas sambil menikmati permainan lidah kami dan tanganku yang sudah semakin liar di payudara Erna.<br /><br />Setelah kurang lebih sepuluh menit kami lakukan gaya itu akhirnya mulutku menggantikan posisi tanganku untuk bergerilya dipayudara Erna sementara tanganku sudah turun bermain di vagina Erna yang telah becek oleh lendir vaginanya.<br /><br />Oh.. ya.. sedot Rur, ahh.., seru Erna yang mulai meningkat gairah birahinya akibat sentuhan kenikmatan yang ia dapat dari permainan mulut dan jari tanganku.<br /><br />Sst.. agh.., masukkan jarimu di lubangnya Rur, sambung Erna memintaku memainkan jari tanganku di dalam lubang vaginanya.<br />Ya, ouh.. goyang di dalam agh.., desis Erna menikmati permainan jari-jariku di liang vaginanya yang sudah sangat becek.<br /><br />Hoo.. ya.. cepat Rur, ya.. sedikit lagi, seru Erna yang mengangkat kedua kakinya dan membuka kedua sisi pahanya sehingga vaginanya terbuka lebar. Pantatnya pun kini semakin bergoyang ke kiri-kanan yang kadang mengangkat-angkatnya sedikit.<br /><br />Tetapi memang Erna sudah sangat pengalaman dalam berhubungan sex sehingga ia tidak ingin mencapai klimaksnya sendiri. Erna kemudian bangun dan duduk di sisi tempat tidur. Posisi wajahnya tepat berada di depan penisku yang berdiri tegak seperti tiang bendera,lalu ia memegang batang penisku yang sudah ereksi berat dan memasukkannya ke dalam mulutnya.<br /><br />Ssrr.. cup.. cup.., suara yang keluar dari mulut Erna sedang menyedot kepala penisku dengan kuat sekali sehingga ketika ia menariknya keluar terdengar bunyi tersebut.<br /><br />Ahh.. aggh.. wow.., seruku yang mulai merasakan kegelian yang teramat sangat akibat permainan mulut Erna terhadap penisku.<br /><br />Aduhh.. agh.. nikmatnya.., aku mulai rasa nih, seruku memberitahu Erna bahwa aku sudah mendekati klimaks.<br />Memang air kenikmatan sudah terasa berada di sekitar bokongku apalagi posisiku saat itu masih dalam keadaan berdiri. Rupanya Erna tidak mau menyianyiakan kesempatan itu, ia lalu mengeluarkan penisku dari mulutnya secara perlahan agar aku dapat menahan orgasmeku sesaat.<br /><br />Rur, baring nanti aku yang diatas, seru Erna menyuruhku menggantikan posisinya untuk berbaring dipinggir tempat tidur dengan kakiku tetap tergantung ke lantai. Iapun berdiri dan mengambil posisi membelakangiku lalu dengan perlahan seperti orang yang akan duduk, ia meraih penisku dan menuntunnya masuk ke dalam lubang vaginanya. Suatu gaya yang benar-benar dilakukan oleh orang yang sudah berpengalaman.<br /><br />Agh.. ohh.., desis Erna ketika memasukkan kepala penisku kedalam vaginanya dan mencabutnya lalu memasukkannya kembali. Gerakan itu ia lakukan sebanyak dua kali.<br /><br />Ya.. uhh.. auh.., desahnya lagi ketika ia mulai megeluar-masukkan penisku untuk mencoba memasukkan bagian demi bagian hingga seluruh batang penisku masuk semua hingga ke pangkalnya, itu dapat aku rasakan karena kini dua buah sisi pantatnya telah rapat di kedua pahaku.<br /><br />Ouhh.. sstt.. yea.., desahku ketika Erna mulai bergoyang diatas kedua pahaku bak orang lagi menunggang kuda. Goyangan pinggul Erna sungguh sangat erotis, sebentar-sebentar lambat dan sebentar-sebentar ia percepat putarannya dan naik turun pinggulnya.<br /><br />Setelah kira-kira sepuluh menit ia mengambil posisi begitu akhirnya aku mulai merasakan vagina Erna menegang seakan-akan menghimpit penisku dan ingin menghancurkan batang penisku. Bahkan goyangannya semakin cepat dan tidak beraturan.<br /><br />Ya.. oh.. ya.. Rur penismu nikmat sekali, desahnya dengan napas yang mulai tidak beraturan dengan goyangan naik turun tubuhnya yang semakin cepat sehingga menimbulkan suara seperti orang yang bertepuk tangan akibat pertemuan kedua pahaku dan dua buah pantatnya yang montok.<br />Ouh.. agh.. ya.. ya.. aku keluar Rur.. ahh.., desahnya dengan nada yang sedikit panjang. Ketika itu juga tubuhnya berhenti bergerak dan menekan turun tubuhnya sehingga seluruh penisku terasa amblas masuk kedalam vagina Erna.<br /><br />Oh.. nikmat sekali yah.., desahnya terus mengambil kenikmatan yang masih tersisa di vaginanya seiring dengan mengalirnya keluar air sperma kenikmatan Erna membasahi seluruh pangkal dan bulu penisku, sampai-sampai lubang anusku ikut terasa basah.<br /><br />Menyaksikan erangan dan mimik kenikmatan serta jepitan otot vagina Erna akibat mencapai orgasme kepala penisku terasa ikut membesar. Sehingga pinggulku membuat gerakan memutar-mutar kecil. Sambil aku mendesis pelan,<br /><br />Oh enak ya Er?<br /><br />Hmm, auh, seru Erna membalas desahan pertanyaanku.<br /><br />Mungkin karena dorongan birahiku yang spontan meningkat akibat berada dalam suasana itu aku langsung mengambil alih kendali dengan menyodok naik lubang vagina Erna sehingga tubuhnya agak terlempar naik sedikit.<br /><br />Aku ndak tahan nih ohh seruku pada Erna sambil menyodok-nyodok lubang vagina Erna yang masih basah oleh air spermanya dan yang sudah bercampur pula dengan sperma beningku.<br /><br />Aku lalu mengambil posisi untuk duduk di pinggir tempat tidur dengan Erna tetap di pangkuanku serta penisku yang masih tetap bertahan di lubang vagina Erna dan membelakangi aku.<br /><br />Ohh ahh, desah Erna yang mulai kembali terangsang akibat kedua payudaranya aku remas dari belakang dengan kedua tanganku sambil menciumi tengkuknya. Erna juga mulai membuat gerakan-gerakan kecil dengan mengoyang pelan buah pantatnya sehingga ujung kepala penisku terasa menyentuh sesuatu di dalam vagina Erna.<br /><br />Agh agh agh,<br /><br />Ohh ohhh auh, desah kami saling bergantian apalagi kalau ujung kepala penisku menyentuh entah benda apa yang ada di dalam vagina Erna itu.<br /><br />Aku semakin tidak tahan dengan gerakan-gerakan kecil Erna yang seakan-akan memelintir batang dan kepala penisku. Air spermaku rasanya sudah kembali berada di seluruh pinggulku dan sedang menuju ke batang penisku.<br /><br />Aduh Er, aku mulai rasa nih seruku kepada erna.<br /><br />Aku juga Rur, ogh.. auh, desahnya semakin kuat dengan napas yang mulai tidak beraturan.<br /><br />Ahh.. ya.. oh.. ups.. ahhh.., desahku dengan sangat panjang mendapatkan orgasmeku dan terasa ada tujuh kali semprotan yang aku hamburkan di dalam vagina Erna.<br /><br />Oh.. Rury.. aku juga agh.., desah panjang Erna megikuti desahanku yang hanya berselang kira-kira dua puluh detik setelah aku mendapatkan puncak kenikmatanku.<br /><br />Aku langsung merebahkankan tubuhku ke belakang diikuti oleh tubuh Erna yang masih menempel lemas di depanku. Terasa hangatnya air sperma kenikmatan kami yang telah bercampur, mengalir keluar membasahi selangkanganku dan seluruh pahaku sambil kami terbaring lemas di atas tempat tidurku. Sampai-sampai air sperma kami ada yang jatuh ke lantai ketika kami bangkit untuk membersihkan tubuh kami menuju kamar mandi.<br /><br />Akhirnya setelah kami berdua telah membersihkan diri dan bertemu di meja makan untuk menikmati soft drink sambil memulihkan tenaga setelah mendaki puncak birahi, kami berbincang-bincang. Ernapun membuat kesepakatan denganku untuk melupakan kejadian hari itu. Rupanya Erna terlambat menyadari bahwa aku ini adalah adik sepupunya.<br /><br />Dan memang kejadian itu hanya terjadi sekali dalam seumur hidup kami berdua, karena setelah dua tahun kejadian itu Erna menikah karena hamil oleh pacarnya. Kemudian mereka pindah jauh ke daerah lain karena penugasan suaminya.<br /><br />E N DDunia Sekshttp://www.blogger.com/profile/15389449240222132554noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2137379910062327546.post-71677783916619866162012-05-20T21:12:00.000+07:002012-06-04T00:04:56.865+07:00Kakak sepupuku - 1Sebelum aku memulai menceritakan pengalaman pribadiku atau kisah hidupku untuk ketiga kalinya pada situs ini, aku ingin mengucapkan banyak terima kasih pada situs RumahSeks, karena telah menyediakan media untuk orang-orang seperti saya, dimana kami dapat bercerita lepas mengenai pengalaman seputar kehidupan sex kami masing-masing yang belum tentu kami berani mengungkapkan secara langsung pada setiap orang. Walaupun kadang aku membaca cerita-cerita di RumahSeks ada yang hanya bersifat karangan saja atau semacam cerita yang dibuat-buat saja. Sekedar informasi semua cerita yang aku tulis saling berhubungan walaupun hubungan itu hanya sedikit. Namanya juga pengalaman hidup.<br /><br />*****<br /><br />Waktu itu aku memang telah menjadi seorang remaja pria yang sangat gila dengan masalah-masalah sex dan perilakunya.<br /><br />Oh ah sst.., aku mendesis pelan sambil mengocok penisku yang mulai terasa membesar di dalam genggaman tanganku sambil menyaksikan dari atas plafon, Papa dan Mamaku saling bergumul di dalam kamarnya. (Baca: Celahku Onaniku)<br /><br />Hanya dengan cara itu selama kurang lebih tiga tahun aku sering lakukan untuk memuaskan birahiku. Walaupun kadang aku mendapatkan dari Tari atau Ana bila aku mempunyai kesempatan kerumah mereka. Namun waktu terakhir kunjunganku kerumah mereka tidak jarang Ana maupun Tari menolakku untuk melakukan hubungan sex lagi. Maklum mereka telah menjadi gadis dewasa yang lumayan cantik dan mempunyai body yang bisa mengeluarkan air liur setiap pria yang melihatnya.<br /><br />Dan mereka masing-masing memang telah mempunyai pacar. (Baca: Sex Perdanaku 1-3)<br /><br />Kami bertiga memang pada waktu itu telah berumur 17 tahun.<br /><br />Keesokkan pagi harinya aku sengaja tidak beranjak dari tempat tidurku untuk mandi lalu ke sekolah, bahkan aku menutup seluruh tubuhku dengan sebuah selimut seperti orang yang sedang sakit dan kedinginan.<br /><br />Rur, Rury, bangun, terdengar suara Mamaku dari belakangku sambil mengoyang-goyangkan tubuhku.<br /><br />Kamu sakit ya ?, sambung Mamaku lagi dengan nada bertanya sambil coba membalikkan badanku agar wajahku bisa terlihat olehnya.<br /><br />Aduh, ehh, dinginnya, seruku sambil berbalik untuk mengambil posisi terlentang sehingga bisa bertatap muka dengan Mamaku.<br /><br />Kamu kenapa Rur ?, kata Mamaku ketika kami sudah saling berhadapan sambil menarik selimutku keatas, yang agak turun ketika aku membalikkan badanku tadi.<br /><br />Aduh.., tubuhku dan tulangku seperti mau remuk semuanya, seruku sambil menunjukkan wajah seperti orang yang sedang sakit.<br /><br />Tetapi memang badanku pagi itu agak letih namun bukan karena sedang sakit demam tetapi karena tenagaku berkurang karena hampir setiap malam menyaksikan Papa dan Mamaku sedang live show untukku di dalam kamarnya sambil aku ber-onani ria.<br /><br />Kamu demam tulang mungkin? , seru Mamaku yang beberapa saat sedang mengamatiku sambil mulai memijit-mijit tubuhku.<br /><br />Aku langsung berpikiran porno melihat belahan payudara Mamaku yang mengintip di balik dasternya. Memang pikiran kotorku itu sudah sering terlintas setelah sering menyaksikan gerakan-gerakan binal Mamaku terhadap Papaku setiap kali mereka melakukan live show dikamarnya.<br /><br />Tanpa kuperintah penisku mulai bergerak-gerak sedikit demi sedikit, karena takut terlihat oleh Mamaku akupun mengambil bantal gulingku lalu kuletakkan diantara kedua pahaku agar dapat menutupi tonjolan penisku yang mulai membesar.<br /><br />Kalau begitu sekarang kamu bangun sarapan pagi dulu lalu minum obat, sambil Mamaku mengambil posisi dari depan untuk memelukku hendak membantuku bangkit dari tempat tidur. Payudaranya yang sewaktu aku kecil dulu menjadi tempat makan dan minumku, terasa hangat menempel dibibirku apalagi Mamaku belum mengenakan bh-nya. Bukit kembar itu tergantung bebas di dalam daster Mamaku.<br /><br />Sebentar saja Mam, aku masih ingin berbaring dulu, seruku sambil menahan tubuhku agar tidak bisa terangkat dari tempat tidur. Gerakan itu sengaja aku lakukan karena bila aku bangun dari tempat tidur dan berjalan keluar untuk sarapan, penisku yang sedang berdiri dan hanya ditutupi oleh celana pendek karet, nanti bisa terlihat oleh Mamaku.<br /><br />Oke, nanti Mama minta tolong Erna kesini melihatmu sesudah Mama nanti pergi ke kantor, balas Mamaku sambil melepaskan tangannya yang sedang berada dipundakku.<br /><br />Erna adalah kakak sepupu perempuanku yang tinggal bersebelahan dengan rumah kami. (Baca: Celahku Onaniku) Waktu itu memang aku telah menjadi anak pria yang sudah buta akan etika karena sex telah mengalahkan akal sehatku.<br /><br />Sekarang Mama mau siap-siap ke kantor, kata Mamaku sambil bangkit berdiri dari sisi tempat tidurku. Aku hanya mengangguk sambil memandang tubuh Mamaku yang hanya tertutup daster tipisnya sehingga samar-samar terlihat olehku seluruh tubuhnya yang belum mengenakan pakaian dalam, sambil ia berjalan menuju pintu keluar dari kamarku.<br /><br />Yes..!, seruku spontan ketika Mamaku menutup pintu kamarku dan menghilang dari pandanganku. Kini tahap pertama dari rencanaku untuk berpura-pura sakit sehingga tidak ke sekolah hari itu telah berhasil. Tetapi aku belum bangun dari tempat tidurku karena Mamaku belum pergi meninggalkan rumah.<br /><br />Rur, Mama pergi dulu ya!, terdengar suara Mamaku dari luar pintu kamarku.<br /><br />Iya mam, jawabku membalas pamitan Mamaku kepadaku dari dalam kamarku dengan nada sedikit berat seperti suara orang yang sedang sakit, padahal aku sedang tersenyum gembira karena sebentar lagi rumah telah sepi dan tinggal aku sendiri sehingga rencanaku untuk memutar film BF yang aku pinjam dari temanku akan terlaksana dengan bebas. Namun aku masih tetap bersabar untuk tidak terburu-buru bangkit dari tempat tidurku untuk melaksanakan rencanaku itu. Aku masih mengulur-ulur beberapa waktu untuk memastikan Mamaku benar-benar telah pergi meninggalkan rumah.<br /><br />Setelah bersabar kurang lebih dua puluh menit akhirnya aku bangkit dari tempat tidurku dan berjalan keluar dari kamarku. Aku mulai memeriksa semua kamar dan ruangan untuk memastikan bahwa benar-benar tinggal aku sendiri yang berada dirumah. Kemudian aku kembali masuk kekamarku untuk mengambil kaset BF yang kusimpan dilemari pakaianku setelah yakin bahwa tinggal aku sendiri di dalam rumahku. Setelah mengambil kaset BF itu aku meletakkan kaset itu di atas video diruangan tengah atau ruangan tempat keluarga kami sering nonton televisi bersama-sama. Karena merasa gerah setelah tertutup selimut di dalam kamar tadi akupun lalu kekamar mandi untuk mandi dahulu sebelum aku sarapan dan memutar kaset BF itu.<br /><br />Ketika aku akan melewati ruangan tengah setelah selesai mandi dan hendak menuju ke kamarku aku sangat terkejut saat aku melihat ke layar televisi ada adegan panas dari kaset BF yang kuletakkan di atas video tadi. Dan ternyata yang memutar kaset itu adalah Erna, kakak sepupu perempuanku yang tadi sebelum Mamaku pergi ke kantor menyuruhnya datang untuk melihatku. Rupanya Erna lewat pintu belakang yang memang luput dari pemeriksaanku karena pintu itu memang hanya sering dilewati oleh keluarga sepupuku itu bila hendak kerumahku.<br /><br />Katanya kamu sakit Rur, kok kamu malah mandi, seru Erna dengan sangat santainya sambil terus menatap ke layar televisi yang sedang menampilkan adegan-adegan panas seperti film-film BF lainnya.<br /><br />E..anu, biar segar siapa tahu bisa sembuh setelah mandi, jawabku ala kadarnya dengan nada sedikit gugup karena kaset BF yang aku pinjam itu kedapatan dan kini sedang diputar oleh Erna.<br /><br />Sakit apa sakit?, seru Erna lagi dengan nada sedikit menyindir. Sambil tangannya sengaja atau tidak membesarkan volume telivisi sehingga suara-suara desahan dari film BF itu terdengar jelas sekali.<br /><br />Yes oh yaa, terdengar desahan-desahan nikmat dari dalam televisi, yang tanpa aku sadari aku mulai menikmatinya.<br /><br />Rur, payudaranya besar mana dengan punyaku, kata Erna tiba-tiba kepadaku. Aku yang lagi asyik menikmati tontonan yang ada di telivisi itu langsung kaget mendengar pertanyaan kakak sepupuku itu.<br /><br />Mm Enggak tau ya, jawabku dengan sedikit ragu karena ternyata kakak sepupuku itu mulai ikut menikmati juga film BF itu.<br /><br />Masa kamu nggak tau, terus kalau kamu lagi ngintip aku mandi kamu lihat apa sih?, seru Erna yang spontan saja membuat aku semakin kaget, sehingga penisku yang baru mulai akan ereksi karena melihat adegan panas di telivisi langsung kembali lemas. Ternyata selama ini aktivitas mengintipku waktu Erna sedang mandi dari atas plafon rumahku telah ia ketahui. Tetapi aku berpikir kenapa ia tidak menegurku atau marah padaku.<br /><br />Pada saat aku sedang berpikir dan tertunduk malu karena kelakuanku selama ini telah ia ketahui, tiba-tiba aku melihat bayangan dari lantai keramik diruangan itu ada bayangan Erna dan telah berada di depanku. Aku langsung mengangkat wajahku untuk melihat reaksi Erna, apakah datang mendekat kepadaku untuk marah-marah di depanku. Ternyata dugaanku salah, tangannya justru memegang tanganku dan menuntunnya untuk menyentuh payudaranya yang masih tertutup oleh baju kaos tipis yang ia pakai. Aku yang waktu itu masih mengenakan handuk karena baru selesai mandi hanya berdiri terdiam membiarkan tangan Erna menuntun tanganku untuk menjelajahi bukit kembarnya.<br /><br />Rur, ohremas dong!, seru Erna kepadaku untuk meremas buah dadanya.<br /><br />Aku yang juga mulai terangsang melihat tingkah laku Erna dan ditambah lagi dengan desahan-desahan dan adegan-adegan yang keluar dari dalam telivisi yang sesekali aku lihat, spontan membuat tanganku mulai bergerak sendiri menjelajahi payudara Erna tanpa panduan tangannya lagi.<br /><br />Rur, oh sstt, Erna mulai mendesah menikmati remasan-remasan ringan tanganku pada payudaranya, sambil tangannya yang mulai nakal meremas batang penisku yang mulai kencang dari luar handuk yang masih aku kenakan. Mungkin karena kami berdua sudah sangat terangsang, apalagi penetrasi yang kami lakukan sambil menonton film BF, tanpa kami sadari kami telah bergumul dilantai depan telivisi dan tubuh kami sudah dalam keadaan bugil.<br /><br />Isap Er oh aduh enaknya, desahku menikmati permainan lidah Erna pada kepala penisku yang sementara berada di dalam mulutnya. Akupun tidak tinggal diam memainkan jari tanganku yang dapat mencapai vaginanya. Memanfaatkan posisi Erna yang menggarap penisku dari samping, jariku yang sudah licin oleh air vaginanya sendiri dengan sangat lincah memainkan bibir luar lubang kenikmatannya. Bila jariku menyentuh nikmat divaginanya maka langsung terasa penisku disedot kuat oleh Erna. Kurang lebih lima menit kami bertahan pada posisi itu.<br /><br />Ahh.. ouh, sedot Rur, seru Erna.<br /><br />Kami telah mengganti gaya, posisiku kini berada pada sisi kanan Erna sehingga payudaranya yang kanan sedang kugarap habis. Kumainkan pentilnya dengan lidahku membuat ujung susu itu semakin merah merekah, sementara tangan kananku bermain bebas divaginanya. Jari-jariku yang sudah licin oleh air vaginanya keluar masuk dari lubang memek Erna.<br /><br />Aduh aku sudah mulai rasa Rur, uhh, seru Erna mulai kacau karena merasakan nikmat jariku yang kini bermain pada clitorisnya. Pantatnya kadang tiba-tiba terangkat entah kenapa.<br /><br />Ayo, ahh terus goyang, ohh.. isap, seru Erna menyuruhku semakin kuat menyedot susunya dan meggosok dengan cepat clitorisnya. Terlihat kini kakinya mulai ia julur-julurkan serta sesekali pantatnya ia angkat.<br /><br />Ya.. oh.. sedikit lagi, ohh.. ya ahhh, dengan nada sedikit berteriak Erna mengeluarkan suara itu sambil membuka dan menutup kedua pahanya, aku yang mengetahui bahwa Erna pada saat itu sedang memasuki orgasme langsung memasukkan jari tengahku kedalam lubang vagina Erna dan memainkannya di dalam rongga vaginanya. Jariku yang semakin licin dan terasa berada di dalam air diremas-remas oleh otot vagina Erna.<br /><br />Pada saat Erna terkulai lemas dan pasrah aku cabut jari tengahku dari vagina Erna, air sperma kenikmatan milik Erna yang terbawa di jariku dan di sekitar tanganku aku usap-usapkan pada penisku yang sedang tegang menantang, sementara tangan kiriku mulai kembali meremas lembut payudara Erna. Kedua tanganku terus beraktivitas yang kiri tetap meremas payudara Erna dan yang kanan mengocok penisku sendiri sambil menyaksikan film BF yang masih berjalan.<br /><br />Sst ahh ohh, aku mendesis menikmati permainan tanganku pada payudara Erna dan penisku.<br /><br />Ahh isap ayo oh, kembali aku mendesis sambil membayangkan penisku disedot oleh bule wanita yang berada di dalam film BF itu, sambil tanganku terus bergoyang mengelus lembut penisku yang sudah licin oleh air sperma Erna bercampur sperma bening dari penisku sendiri, mulai dari kepala, batang hingga ke pangkalnya.<br /><br />Bersambung . . . . .Dunia Sekshttp://www.blogger.com/profile/15389449240222132554noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2137379910062327546.post-6112471985642372012012-05-20T21:11:00.001+07:002012-06-04T00:10:34.331+07:00Pesta sex di kolam renangHari itu jumat 3 desember 2009,aku pergi ke puncak bersama Keluarga.Namu bukan keluarga inti.Hanya bersama Tante saya 3 orang yang cantik-cantik.Pukul 07.00 saya sudah bangun dan bersiap-siap mandi dan membereskan barang bawaan yang akan dibawa.Tepat pukul jam 08.30 Tante saya yang bernama Dina mengsms saya,Cris tante jemput jam 09.00 yaaa,jangan telat.Saya pun membalasnya akan datang tepat waktu.Perlu saya deskripsikan ketiga tante saya ini.Yang pertama bernama tante Dina dia berumur 36 tahun,tinggi badannya sekitar 170 an (mantan Peragawati),Ukuran dadanya yang membuat saya menelan ludah yaitu 36b dia sangat berpengalaman dalam urusan sex.Yang kedua tante Mira umurnya 39 tahun tinggi badannya 175,walaupun sudah agak tua,tp dia masih seksi dengan ukuran dadanya yang masih kencang yaitu 34b.Yang terakhir tante Lina yang termuda yaitu 34 tahun dengan tinggi 165 serta ukuran dada 36b,Khusus Tante Lina,saya sudah sering bermain sex dengan dia sewaktu tante Lina berkunjung kerumah.Tante Lina adalah seorang wanita hypersex karena bisa bermain berkali-kali.<br /><br />Tepat Pukul jam 09.00 Mobil tante Dina sudah ada diujung gang,langsung saja saya masuk dan duduk didepan ,tepat samping tante Dina.Saat itu saaya hanya bisa terbengong melihat ke3 tante saya itu.Tante Dina hanya menggunakan kaos ketat Mejiku dengan hot pants,saat itu tante Dina memakai Bra berenda warna biru,kelihatan karan saking tipisnya baju tante Dina.Tante Mira saat itu memakai baju gaun merah dengan potongan v necknya yang sexy.Tante Mira sepertinya tidak memakai bra,Untuk Tante Mira dia kurang suka memakai bra,katanya tidak enak.Sementara Tante Lina lah pakaiannya yang menurut saya paling ekstrim.Dia memakai You can see Putih dan hotpants.Dibalik you can see putih itu Tante Lina memakai bra bikini hitam yang menggoda.Setelah basa-basi dengan cipika-cipiki,saya hanya mengobrol dengan Tante Dina karna Tante Mira tertidur pulas,sementara Tante Lina merokok deng Mildnya dan mendengarkan mp3nya dengan asik. mama apa kabar Cris tanya tante dina<br /><br />baik tan jawab aku dengan malas.<br /><br />Selama 1 jam aku tertidur dimobil,sementara tante dina yang menyetir mobil dengan hati-hati.Tepat jam 1 siang kami sampai di vila yang berada dipuncak,cukup besar dengan 3 kamar plus kolam renangnya.Tante Dina,Lina dan Mira langsung masuk kamar dan langsung berenang,sepertinya mereka sudah kepanasan dengan udara diJakarta.<br /><br />Aku pun langsung menuju kolam renang melihat mereka yang sudah tercebur.Tante Dina memakai bikini warna ungu lengkap dengan G-Stringnya,Tante Mira memakai bikini berenda dengan warna hijau sementara Tante Lini dengan menggunakan Bikini Kuning lengkap dengan celana dalam satunnya.Aku yang sedang berjalan dipinggir kolam tiba-tiba didorong Tante Lina,Mereka ber 3 hanya tertawaaketika aku tercebur saja ke kolam.Beberapa menit kami berennag ria sampai Tante Mira,Tanteku yang tertua sudah tidak tahan nafsu menarik celana dalam ku hingga lepas.Aku pun naik kepinggir kolam renang agar Tante Mira lepih gampang melepaskan celana dalamku itu.Sesaat kucari kemana Tante Dina dan Tante Lina,ternyata mereka sedang asyik bercinta diruang tamu yang kulihat,Tante dina tampak sedang menjilat vagina tante Lina,Perlu diketahui ke3 tante aku ini juga para lesbian.Aku pun kembali berkosentrasi dengan tante Mira yang sudah menjilat kontolku ini,Kontolku in cukup besar dengan panjang 19 cm diameter 4 cm.Tante mira menjilat dengan lahap.<br /><br />Aku pun hanya mengerang dengan nikmat,setelah cukup lama,kuangkat saja tante mira keruang tamu untuk gabung dengan tante dina dan lina.Segera kubuka bikini yang membungkus tante Mira.kuciumi puting yang sudah tegak menantang,tiba-tiba aku pun disuruh tidur telentang oleh tante Mira.Ternyata Tante Dina akan menghisap kontolku,sementara tante Lina duduk dihadapan wajahku agar aku menghisap memeknya.Tante mira sendiri memutuskan untuk merokok dahulu.Kuhisapkan saja memek tante lina yang segar kehisap-hisap sampai tante lina mengerang.<br /><br />Setelah cukup lama,aku memutuskan untuk mengentot tante dina terlebih dahulu.Dengan posisi doggie style,kutusukan penis ku,tante dina hanya bisa mengerang nikmat .<br /><br />Perlahan-lahan kumaju-mundurkan penis ku itubunyi plak-plak menghiasi ruangan tamu itu,Tante dina hanya bisa mengerang nikmat.Kudengar juga desahan tante mira yang sedang menusuk-nusukan dildo gerigi ke memek tante lina.Tante dina yang mengerang kuat akhirnya orgasme untuk pertama kali,Tante dian pun terkulai lemas.Tante Mira yang sedang jongkok kutarik segera naik kepangkuan ku untuk ronde selanjutnya.Tante Mira pun mengoyang-goyangkan pinggulnya sambil meremas-remas payudaranya.Tante Mira lalu menarik Tante Lina untuk menghisap pyudara tante lina.Tante Mira dan Tante Lina saling mendesah nikmat.Bosan dengan posisi itu aku berganti posisi dengan women on top.Tant mira pun lalu mengoyang-goyangkan pinggulnya sambil menciumi bibir ku dengan penuh nafshu.Tante mira pun mengerang hebat menandakan orgasme yang pertamanya telah mucul.Bermain dengan tante mira adalah ronde terlama dengan memakan waktu 1 jam! tane mira memang ahli soal ngentot.Aku masih menahan agar sperma ku jangan keluar karna masih ada tante lina.<br /><br />Tante lina yang selagi nungging langsung saja kutusukan penis ku ini,kugoyangkan saja penisku sambil meremas payudara tante lina yang sangat ranum itu,Tidak lama kemudia tante Lina pun orgasme,lalu kucabut saja penis ku tampak ketiga tante ku berbaris untuk menyambut sperma ku yg lezat ini.kukocol-kockan saja didepan wajah mereka,dan akhirnya crotttcortt 10x menyembur sperma ku,yang langsung kuarahkan ketiga wajah tante ku itu.Mereka dengan rakus dan lahap berebut sperma ku itu.Mereka saling berciuman agar mendapat sperma ku itu,sungguh sangat hot.Tante mira yang terakhir menjilati penisku sampai habis.<br /><br />TamatDunia Sekshttp://www.blogger.com/profile/15389449240222132554noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2137379910062327546.post-7987469609265142672012-05-20T21:11:00.000+07:002012-06-04T00:04:56.907+07:00Pesta sex di kolam renangHari itu jumat 3 desember 2009,aku pergi ke puncak bersama Keluarga.Namu bukan keluarga inti.Hanya bersama Tante saya 3 orang yang cantik-cantik.Pukul 07.00 saya sudah bangun dan bersiap-siap mandi dan membereskan barang bawaan yang akan dibawa.Tepat pukul jam 08.30 Tante saya yang bernama Dina mengsms saya,Cris tante jemput jam 09.00 yaaa,jangan telat.Saya pun membalasnya akan datang tepat waktu.Perlu saya deskripsikan ketiga tante saya ini.Yang pertama bernama tante Dina dia berumur 36 tahun,tinggi badannya sekitar 170 an (mantan Peragawati),Ukuran dadanya yang membuat saya menelan ludah yaitu 36b dia sangat berpengalaman dalam urusan sex.Yang kedua tante Mira umurnya 39 tahun tinggi badannya 175,walaupun sudah agak tua,tp dia masih seksi dengan ukuran dadanya yang masih kencang yaitu 34b.Yang terakhir tante Lina yang termuda yaitu 34 tahun dengan tinggi 165 serta ukuran dada 36b,Khusus Tante Lina,saya sudah sering bermain sex dengan dia sewaktu tante Lina berkunjung kerumah.Tante Lina adalah seorang wanita hypersex karena bisa bermain berkali-kali.<br /><br />Tepat Pukul jam 09.00 Mobil tante Dina sudah ada diujung gang,langsung saja saya masuk dan duduk didepan ,tepat samping tante Dina.Saat itu saaya hanya bisa terbengong melihat ke3 tante saya itu.Tante Dina hanya menggunakan kaos ketat Mejiku dengan hot pants,saat itu tante Dina memakai Bra berenda warna biru,kelihatan karan saking tipisnya baju tante Dina.Tante Mira saat itu memakai baju gaun merah dengan potongan v necknya yang sexy.Tante Mira sepertinya tidak memakai bra,Untuk Tante Mira dia kurang suka memakai bra,katanya tidak enak.Sementara Tante Lina lah pakaiannya yang menurut saya paling ekstrim.Dia memakai You can see Putih dan hotpants.Dibalik you can see putih itu Tante Lina memakai bra bikini hitam yang menggoda.Setelah basa-basi dengan cipika-cipiki,saya hanya mengobrol dengan Tante Dina karna Tante Mira tertidur pulas,sementara Tante Lina merokok deng Mildnya dan mendengarkan mp3nya dengan asik. mama apa kabar Cris tanya tante dina<br /><br />baik tan jawab aku dengan malas.<br /><br />Selama 1 jam aku tertidur dimobil,sementara tante dina yang menyetir mobil dengan hati-hati.Tepat jam 1 siang kami sampai di vila yang berada dipuncak,cukup besar dengan 3 kamar plus kolam renangnya.Tante Dina,Lina dan Mira langsung masuk kamar dan langsung berenang,sepertinya mereka sudah kepanasan dengan udara diJakarta.<br /><br />Aku pun langsung menuju kolam renang melihat mereka yang sudah tercebur.Tante Dina memakai bikini warna ungu lengkap dengan G-Stringnya,Tante Mira memakai bikini berenda dengan warna hijau sementara Tante Lini dengan menggunakan Bikini Kuning lengkap dengan celana dalam satunnya.Aku yang sedang berjalan dipinggir kolam tiba-tiba didorong Tante Lina,Mereka ber 3 hanya tertawaaketika aku tercebur saja ke kolam.Beberapa menit kami berennag ria sampai Tante Mira,Tanteku yang tertua sudah tidak tahan nafsu menarik celana dalam ku hingga lepas.Aku pun naik kepinggir kolam renang agar Tante Mira lepih gampang melepaskan celana dalamku itu.Sesaat kucari kemana Tante Dina dan Tante Lina,ternyata mereka sedang asyik bercinta diruang tamu yang kulihat,Tante dina tampak sedang menjilat vagina tante Lina,Perlu diketahui ke3 tante aku ini juga para lesbian.Aku pun kembali berkosentrasi dengan tante Mira yang sudah menjilat kontolku ini,Kontolku in cukup besar dengan panjang 19 cm diameter 4 cm.Tante mira menjilat dengan lahap.<br /><br />Aku pun hanya mengerang dengan nikmat,setelah cukup lama,kuangkat saja tante mira keruang tamu untuk gabung dengan tante dina dan lina.Segera kubuka bikini yang membungkus tante Mira.kuciumi puting yang sudah tegak menantang,tiba-tiba aku pun disuruh tidur telentang oleh tante Mira.Ternyata Tante Dina akan menghisap kontolku,sementara tante Lina duduk dihadapan wajahku agar aku menghisap memeknya.Tante mira sendiri memutuskan untuk merokok dahulu.Kuhisapkan saja memek tante lina yang segar kehisap-hisap sampai tante lina mengerang.<br /><br />Setelah cukup lama,aku memutuskan untuk mengentot tante dina terlebih dahulu.Dengan posisi doggie style,kutusukan penis ku,tante dina hanya bisa mengerang nikmat .<br /><br />Perlahan-lahan kumaju-mundurkan penis ku itubunyi plak-plak menghiasi ruangan tamu itu,Tante dina hanya bisa mengerang nikmat.Kudengar juga desahan tante mira yang sedang menusuk-nusukan dildo gerigi ke memek tante lina.Tante dina yang mengerang kuat akhirnya orgasme untuk pertama kali,Tante dian pun terkulai lemas.Tante Mira yang sedang jongkok kutarik segera naik kepangkuan ku untuk ronde selanjutnya.Tante Mira pun mengoyang-goyangkan pinggulnya sambil meremas-remas payudaranya.Tante Mira lalu menarik Tante Lina untuk menghisap pyudara tante lina.Tante Mira dan Tante Lina saling mendesah nikmat.Bosan dengan posisi itu aku berganti posisi dengan women on top.Tant mira pun lalu mengoyang-goyangkan pinggulnya sambil menciumi bibir ku dengan penuh nafshu.Tante mira pun mengerang hebat menandakan orgasme yang pertamanya telah mucul.Bermain dengan tante mira adalah ronde terlama dengan memakan waktu 1 jam! tane mira memang ahli soal ngentot.Aku masih menahan agar sperma ku jangan keluar karna masih ada tante lina.<br /><br />Tante lina yang selagi nungging langsung saja kutusukan penis ku ini,kugoyangkan saja penisku sambil meremas payudara tante lina yang sangat ranum itu,Tidak lama kemudia tante Lina pun orgasme,lalu kucabut saja penis ku tampak ketiga tante ku berbaris untuk menyambut sperma ku yg lezat ini.kukocol-kockan saja didepan wajah mereka,dan akhirnya crotttcortt 10x menyembur sperma ku,yang langsung kuarahkan ketiga wajah tante ku itu.Mereka dengan rakus dan lahap berebut sperma ku itu.Mereka saling berciuman agar mendapat sperma ku itu,sungguh sangat hot.Tante mira yang terakhir menjilati penisku sampai habis.<br /><br />TamatDunia Sekshttp://www.blogger.com/profile/15389449240222132554noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2137379910062327546.post-52414828393216567652012-05-20T21:10:00.001+07:002012-06-04T00:10:34.441+07:00Ronnie dan Julia - 1Edan! Teriakku seketika. Julia, pacarku minta three-some.Tenang, kamu kenal juga kok cewek ini. Lenny menenangkanku.Gila kamu! kamu panas atau apa?Mas Ronnie, ayo donk. aku janji kalau kamu ngeliat dia bakal tegang deh! kalau nggak, aku turutin apa saja kamu mao deh.Emangnya sapa cewek itu? Kapan maunya? Tanyaku mulai antusias. Aku harap cewek itu si Amy, cewekku punya cousin kalau bukan dia, si Monica, cousin Julia dari keluarga lainnya.Ntar kamu tahu saja deh. Besok aku bakal ke rumah kamu agak telat and bawa cewe ini deh.<br /><br />Aku masih ingat waktu baru jadian sama dia. Malam itu juga, aku hilangkan dia punya keperawanan. Sejak itu pula, dia mulai gila seks. Pertamanya sih dia berontak and bilang nggak mau. Tapi habis merasakan penisku masuk vaginanya, langsung tiap kali ketemu minta penisku. Soal mengulum pun begitu, dia mulanya nggak mau juga tapi akhirnya ketagihan juga dia sama rasa spermaku. Kadang-kadang kalau aku nyetir keluar kota di Indonesia barengan sama dia, aku harus berhenti di pinggir jalan beberapa kali. Haus katanya. Minta spermaku terus tuh anak.<br /><br />Malam itu aku nggak bisa tidur memikirkan posisi-posisi dan kemungkinan yang ada untuk pesta besok. Akhirnya, aku kalah juga dengan nature dan tidur nyenyak malam itu. Pagi-pagi aku bangun dan masih ingat mimpiku. Aku mimpi main bertiga, aku, Amy dan Julia. Aku siap-siap ke sekolah dan berangkat naik bus. Aku murid di satu sekolah pria di Singapore dan karena adanya krisis moneter, aku dilarang naik Taxi ke sekolah. aku tinggal sendirian dan temanku banyak yang sering ke rumahku untuk nonton BF atau bersenggama sama pacarnya. Sampai di skolah aku melamuni saja apa yang bakal terjadi nanti malam.<br /><br />Ting tong, belku berbunyi. Dalam hati aku tahu itu Julia. Makan malam yang baru kubuat langsung kusimpan and aku open the door. Benar juga dugaanku, itu si Julia.Kok sendirian Jul, mana teman kamu? aku tanya.Wah, Mas Ronnie sudah ngebet yah? Tenang Mas, dia setengah jam lagi dateng, dia bakal bawa teman loh, Dia tersenyum nakal. Siapa lagi yang bakal ikutan. kalau yang ikutan cowok, malas ah pikirku.Cowok atau cewek sih yang bakal sama dia?Rahasia dong! Ntar kamu tahu sendiri deh. Eh mana dinnernya? aku keluarin dinnernya dan kami makan malam. Pas, aku habis cuci-cuci bel pintu bunyi lagi. aku bukakan pintu.<br /><br />Gila! pikirku. Semua yang bakal kusetubuhi ini malam cewek-cewek impianku deh. Di depan pintu ternyata Amy dan Monica. Body Amy yang aduhai bikin aku ngiler, tapi muka cewekku si Julia memang paling cakep dari mereka bertiga, sementara si Monica ini kaya dua orang punya kelebihan digabung saja. Aku nggak bisa ngomong apa-apa. Aku cuma tercengang bengong melihati mereka berdua. Julia muncul dari belakang dan mempersilakan mereka masuk. Sambil menutup pintu, Julia mengelus penisku yang mulai keras. As I told you Ron, youll be fucked happy tonight. Katanya setengah berbisik.<br /><br />Gimana mau tahan? Mereka berdua pakai baju ketat banget, apa lagi si Amy, gila dia punya breast, gede banget, si Monica pun juga gede tapi masih kalah sama 36D-nya Amy. Cewekku punya sih biasa saja, 33C. Si Monica pasti at least 35C. Tanganku mulai gatal, jadi aku permisi mau ke WC dengan alasan mau buang air besar. Sampai di WC, penisku langsung kukeluarkan dan aku langsung saja mengocok. Sambil mengocok kututup mata membayangkan bersetubuh sama tiga cewek ini. Tiba-tiba saja, pintu WC-ku kebuka. Tiga cewek keren itu memperhatikan penisku menyemprot sperma ke lantai WC. Aku shock dan malu. Langsung saja aku buru-buru sembunyikan penisku ke dalam celana dalamku. Rupanya si Julia mengambil kunci serep WC dan membuka pintu WC ini.<br /><br />Eh kita lagi nikmat-nikmat nonton kok di sembunyiin sih? Tanya Amy dengan nada seksi.Iya tuh. sambung Julia dan Monica bersamaan. Aku cuma bisa diam saja. Amy masuk ke dalam diikuti sama Julia dan Monica. Aku berdiri, belum sempat pakai jeans-ku, dan mau balik ke kamar, di-stop oleh Amy. Tangannya masuk ke dalam celanaku dan mulai mengelus-ngelus penisku. Penisku langsung saja bangun dan siap kerja. Mereka bertiga kelihatannya lumayan terkesan dengan penisku. Sambil mengelus-ngelus pelan, Amy terkadang meremas dengan lembut. Enak banget rasanya. Tiba-tiba saja, si Amy merik penisaku dengan tujuan agar aku ikuti dia keluar. Genggamanya yang kuat dan tarikannya yang tiba-tiba, membuatku merasa sedikit tidak enak.<br /><br />Sampai di kamar, dia langsung mendorongku ke ranjang. Si Amy sendiri mulai melepas bajunya dan rok mininya. Ternyata dia nggak pakai BH atau celana dalam. Gila, dia punya buah dada dan perut kencang sekali. Bulunya pun dicukur habis, seperti anak kecil. Dia langsung tarik turun celana dalamku dan mulai memberiku kuluman. Mulutnya bergerak naik turun, dan badannya berada di atasku. Vaginanya ditaruh di depan mukaku seolah-olah minta dijilat. Aku menoleh dan memandang ke arah Julia. Julia ternyata sudah lagi 69 dengan Monica. Julia melirik ke arahku seolah mengerti kalau aku minta persetujuan dia untuk menjilati dan menggitui si Amy. Dia nggak tanya atau apa-apa, cuma mengangguk dan meneruskan pekerjaanya. Aku buka kaosku dan langsung menjilati si Amy. Pertama mulai dari vaginanya, tapi dalam satu gerakan, aku sekaligus sentuh dia punya clitoris. Dia sudah basah banget.<br /><br />Amy langsung saja mendesah, Ohh Ron, lick me there, suck my cunt! Lick my Clit! Make me cum! tanganku yang dari tadi diam mulai main dengan pentilnya. Efeknya nggak perlu menunggu lama-lama. Sebuah aliran deras membasahi mukaku dan untuk sementara gerakan mulut Amy berhenti. Rupanya Amy sudah klimaks. Amy kemudian melanjutkan blow job-nya, tapi aku suruh dia berhenti. Aku suruh dia tiduran di ranjang sebentar. Aku pergi ke lemari mencari kondomku tapi nggak ketemu. Aku langsung saja berteriak, Eh gimana nih, kondomku sudah habis.<br /><br />Si Amy cuma ketawa dan bilang, Tenang saja Mas Ronnie kita-kita ini pakai pil kok. Selain itu, kita-kita ini dijamin nggak ada penyakit loh. Aku langsung saja balik ke ranjang dan menciuminya. Dia pun membalas ciumanku dengan ganasnya. Tanpa perlu ku arahkan lagi, homing missile-ku langsung kumasukan ke vaginanya, vaginanya yang basah dengan sedia menerima penisku yang gede itu. Tapi baru masuk sedikit aku mulai merasakan hambatan yang berada di dalam lubang cintanya itu.<br /><br />Kamu masih perawan toh, kamu yakin kasih aku masuk. Tanya aku. Kalau dia bisa jaga keperawanannya selama ini, aku salut dan menghargai keteguhan imannya.Masukin donk Ron, aku mohon. Yang lain pada kecil jadi aku nggak kasih masuk. Kamu punya gede sih jadi pasti nikmat. Jawabnya dengan suara yang memelas.Siap yah, pertama bakal sakit loh.Iya iya, cepetan donk.<br /><br />Aku langsung tancapkan masuk aku punya penis. Mukanya menunjukkan rasa sakit. Kubiarkan penisku beristirahat di dalam lubang cinta itu sesaat untuk membiarkan Amy terbiasa dengan penisku dulu. Sementara itu aku mulai menciumi dan memencet serta memainkan payudara si Amy. Si Amy mulai mendesah keenakan. Mukanya yang penuh sakit sudah hilang. Sementara itu erangan Julia dan Monica pun semakin keras dan dalam waktu sekejap erangan berganti dengan teriakan-teriakan Im cumming, Enak Aku climax, dan sebagainya, akhirnya mereka pun diam. Aku pun mulai maju mundurkan pinggulku. Gerakanku itu membuat Amy mendesah Oooh nice wonderful semakin cepat tempoku, semakin keras juga erangannya. Aku menurunkan bagian atas badanku untuk menciumi buah dadanya yang indah. Amy menaruh kedua tangannya di belakang kepalaku. Dalam posisi begitu, kuangkat dia dan seluruh berat badan dia bertumpang di pantatnya yang kupegang. Kudorong badannya ke dinding dan penisku masuk ke vaginannya sambil berdiri. Kakinya memeluk perutku. Dalam posisi ini, gravitasi pun membantu gerakan kami dan penisku serasa masuk semakin dalam. Setelah lima menit berlalu, aku merasakan bakal nggak lama lagi klimaks, aku langsung kasih tahu Amy. Jawabannya cuma, Ron, Fuck harder kerasan donk tancap gas Ron fuck me like a slut Ron. Mendengar kata-kata kotornya, aku semakin bergairah. Gerakanku semakin cepat dan akhirnya aku merasakan otot-otot vaginanya mulai kencang, kupercepat gerakanku dan akhirnya aku merasakan gelombang deras menabrak penisku. Akhirnya aku tidak tahan lagi. Aku mulai menyemprotkan spermaku. Semprot demi semprot masuk ke dalam lubang cinta Amy.<br /><br />Kami berdua kelelahan dan akhirnya berbaring di ranjang beberapa untuk istirahat. Belum puas beristirahat, Monica datang, rupanya setelah main 69 dengan Julia tadi dia masih belum berpakaian. Melihat badannya yang aduhai dan mukanya yang manis, membuat darahku mendidih penuh nafsu. Dengan sebuah elusan mesra, penisku yang sudah capai akhirnya bangun lagi.<br /><br />Burung yang hebat! komentar Monica.As I said! balas Julia.<br /><br />Setelah itu dia langsung memasukkan penisku ke dalam mulutnya, dan seperti vacuum cleaner, penisku disedotnya. Aku cuma bisa mendesah kecil. Kemudian dia langsung bilang, Fuck me in the ass. Aku langsung ke lemari mengambil baby oil, aku olesi baby oil di penisku dan di pantatnya. Pelan-pelan kumasukan penisku ke lubangnya dengan osisi doggy style. Setelah penisku masuk semuanya, aku mulai menyetubuhinya pelan-pelan. Dengan irama yang pelan, buah dadanya yang keren itu bergesekan dengan permukaan mejaku. Setiap kali buah dadanya bergesek dengan meja, otot-otot vaginanya semakin kencang. Aku biarkan begini terus untuk lima menit. Akhirnya dua tanganku memainkan buah dadanya. Ooh ooh yes baby do it yes pinch my nipple oh yes Ron, Im cumming soon. Tangan kiriku mulai main dengan clitorisnya sementara tangan kananku memainkan pentil dan payudaranya, sementara aku fuck dia di pantatnya dengan lebih cepat. Akhirnya dia teriak Yesss! Im Cumming! Setelah itu dia langsung mengemut penisku sekali lagi. Sesekali dia menghisap seperti vacuum cleaner. Amy dan Julia sambil menonton, mereka finger fuck each other.<br /><br />Melihat pemandangan yang erotik ini aku langsung mulai merasakan tanda-tanda mulai akan klimaks. Kucoba kasih tahu Monica, tapi dia diam saja dan tetap menghisap penisku. Akhirnya semprotan demi semprotan ditelannya dan sampai penisku mulai lemah pun masih dia hisap, seolah-olah seperti cerutu saja di mulutnya. Akhirnya Julia dan Amy pun mencapai klimaks.<br /><br />Aku benar-benar capai. Sewaktu Julia mendatangiku, aku cuma bisa geleng kepala tanda tak kuat lagi. Tapi Julia tidak putus asa. Dia menciumi aku dan mengikuti jejak Julia, mereka juga mulai menciumiku sambil memainkan penisku. Setelah begitu sampai lima belas menit, mereka akhirnya putus asa juga. Tapi Julia tersenyum nakal. Dia memanggil cousin-cousinnya dan mengajak mereka keluar. Mereka kembali berpakaian. Julia pasti marah deh, pikirku. Kenapa sih penisku nggak bangun-bangun pikirku lagi. Lima menit kemudian, mereka bertiga masuk lagi, kali ini mereka membawa satu CD. Aku mulai bertanya-tanya apa yang mereka mau. Akhirnya setelah menyalakan CD, mereka mulai berdansa, dan akhirnya mereka bertiga give me a strip tease show. Penisku yang sudah loyo bangun lagi seperti Tugu Monas. Walaupun sudah melihatku ready, mereka tidak stop dancing sampai akhirnya mereka telanjang lagi.<br /><br />Ron, kita bertiga sudah siapin rencana supaya kita berempat bisa fucking in one go. Mau nggak? tanya Julia.Masih tanya lagi. Tentu saja mau dong! jawabku dengan penuh antusias.Mereka semua mulai merunduk dalam posisi doggy style di tanah. Satu di belakang satunya. Akhirnya paling belakang adalah Julia. Aku langsung mengerti maksud mereka. Sewaktu aku fuck Julia, dia langusng lick Amy, dan akhirnya Amy bakal lick Monica.<br /><br />Aku langsung siap dan langsung saja fuck Julia dari belakang. The chain reaction pun mulai akhirnya kami berempat mengerang keenakan. Aku pun menemukan vagina kesukaanku. Biarpun sudah sering kubobolin, tapi vagina Julia yang satu ini memang benar-benar kencang. Ahh ohh kita berempat terus menerus mengerang. Setelah 7 menit, akhirnya cewek-cewek ini mendapatkan klimaks mereka. Amy dan Monica sudah KO. Aku juga melihat, kalau Julia sudah capai.<br /><br />Jul, kamu capau ya?Iya nih, tapi kamu belon klimaks, terusin saja.Nggak deh Jul, ntar kamu sakit.Mas Ronnie memang baik deh. Gini saja Mas, aku kasih kamu breast fuck aku aje ok?<br /><br />Dengan senang hati aku menerimanya. Aku mulai menyiram baby oil ke dada Julia yang sedang rebah di ranjang. Badannya kini mengkilap oleh pantulan cahaya lampu. Aku tekan dua buah payudara tersebut agar mendekat. Akhirnya, di bawah sepasang payudara itu aku masukan penisku. Aku sekarang maju mundur seperti kesetanan, Amy dan Monica pun mendekat. Setiap kali penisku tembus, mereka pasti menjilat kepalanya. Setelah 8 menit, aku tidak tahan lagi, melihat gelagat ini Julia langsung berdiri dan berusaha untuk menghisapnya. Argh teriakku. Semprotan pertama mengenai tenggorokannya dan semprotan kedua mengenai mukanya, semprotan-semprotan berikutnya ditelan habis oleh Julia. Spermaku yang tidak masuk ke mulutnya mulai turun ke payudaranya. Amy dan Monica mulai membersihkannya sementara aku menciumnya dan merasakan rasa spermaku. Akhirnya mereka semua menginap semalam di rumahku. Hari itu Jumat malam. Besoknya adalah hari libur. Apa saja yang terjadi besok pasti keren deh.<br /><br />Pagi menjelang. Sinar mentari pagi menerangi kamarku yang berantakan karena kejadian semalam. Amy, Monica dan Julia masih tidur nyenyak di ranjangku. Gila! Ternyata kejadian semalam bukan mimpi. Penisku langsung tegak lagi. Enggak mau bangunin mereka, aku bangun dan terus ke dapur untuk membuat makan pagi. Baru masuk dapur dan lagi mencari mie instant, aku merasa ada tangan yang memainkan penisku dan melukku dari belakang.<br /><br />Aku langsung menoleh. Ternyata si Julia. Aku cium dia di bibir dan kasih tahu dia aku mau masak. Eh, aku sudah laper nih. Katanya dengan senyumnya yang nakal.<br /><br />Dia mulai menghisap penisku yang dari tadi tegak. Aku langsung mundur beberapa langkah dan duduk di kursi. Sedetik pun tidak dia lepaskan penisku ini. Ohh.. itu saja yang bisa keluar dari mulutku. Mulutnya yang imut terus naik turun dan dari pipinya bisa kelihatan kalau dia lagi menghisap penisku dengan kerasnya. Lidahnya memainkan penisku. Ooh, betapa enaknya pikirku. Jarang sekali dia sudah aktif pagi begini. Monica dan Amy tiba-tiba muncul di pintu dapur dan langsung senyum.<br /><br />Bersambung . . . . . .Dunia Sekshttp://www.blogger.com/profile/15389449240222132554noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2137379910062327546.post-47614870518367476892012-05-20T21:10:00.000+07:002012-06-04T00:04:56.920+07:00Ronnie dan Julia - 1Edan! Teriakku seketika. Julia, pacarku minta three-some.Tenang, kamu kenal juga kok cewek ini. Lenny menenangkanku.Gila kamu! kamu panas atau apa?Mas Ronnie, ayo donk. aku janji kalau kamu ngeliat dia bakal tegang deh! kalau nggak, aku turutin apa saja kamu mao deh.Emangnya sapa cewek itu? Kapan maunya? Tanyaku mulai antusias. Aku harap cewek itu si Amy, cewekku punya cousin kalau bukan dia, si Monica, cousin Julia dari keluarga lainnya.Ntar kamu tahu saja deh. Besok aku bakal ke rumah kamu agak telat and bawa cewe ini deh.<br /><br />Aku masih ingat waktu baru jadian sama dia. Malam itu juga, aku hilangkan dia punya keperawanan. Sejak itu pula, dia mulai gila seks. Pertamanya sih dia berontak and bilang nggak mau. Tapi habis merasakan penisku masuk vaginanya, langsung tiap kali ketemu minta penisku. Soal mengulum pun begitu, dia mulanya nggak mau juga tapi akhirnya ketagihan juga dia sama rasa spermaku. Kadang-kadang kalau aku nyetir keluar kota di Indonesia barengan sama dia, aku harus berhenti di pinggir jalan beberapa kali. Haus katanya. Minta spermaku terus tuh anak.<br /><br />Malam itu aku nggak bisa tidur memikirkan posisi-posisi dan kemungkinan yang ada untuk pesta besok. Akhirnya, aku kalah juga dengan nature dan tidur nyenyak malam itu. Pagi-pagi aku bangun dan masih ingat mimpiku. Aku mimpi main bertiga, aku, Amy dan Julia. Aku siap-siap ke sekolah dan berangkat naik bus. Aku murid di satu sekolah pria di Singapore dan karena adanya krisis moneter, aku dilarang naik Taxi ke sekolah. aku tinggal sendirian dan temanku banyak yang sering ke rumahku untuk nonton BF atau bersenggama sama pacarnya. Sampai di skolah aku melamuni saja apa yang bakal terjadi nanti malam.<br /><br />Ting tong, belku berbunyi. Dalam hati aku tahu itu Julia. Makan malam yang baru kubuat langsung kusimpan and aku open the door. Benar juga dugaanku, itu si Julia.Kok sendirian Jul, mana teman kamu? aku tanya.Wah, Mas Ronnie sudah ngebet yah? Tenang Mas, dia setengah jam lagi dateng, dia bakal bawa teman loh, Dia tersenyum nakal. Siapa lagi yang bakal ikutan. kalau yang ikutan cowok, malas ah pikirku.Cowok atau cewek sih yang bakal sama dia?Rahasia dong! Ntar kamu tahu sendiri deh. Eh mana dinnernya? aku keluarin dinnernya dan kami makan malam. Pas, aku habis cuci-cuci bel pintu bunyi lagi. aku bukakan pintu.<br /><br />Gila! pikirku. Semua yang bakal kusetubuhi ini malam cewek-cewek impianku deh. Di depan pintu ternyata Amy dan Monica. Body Amy yang aduhai bikin aku ngiler, tapi muka cewekku si Julia memang paling cakep dari mereka bertiga, sementara si Monica ini kaya dua orang punya kelebihan digabung saja. Aku nggak bisa ngomong apa-apa. Aku cuma tercengang bengong melihati mereka berdua. Julia muncul dari belakang dan mempersilakan mereka masuk. Sambil menutup pintu, Julia mengelus penisku yang mulai keras. As I told you Ron, youll be fucked happy tonight. Katanya setengah berbisik.<br /><br />Gimana mau tahan? Mereka berdua pakai baju ketat banget, apa lagi si Amy, gila dia punya breast, gede banget, si Monica pun juga gede tapi masih kalah sama 36D-nya Amy. Cewekku punya sih biasa saja, 33C. Si Monica pasti at least 35C. Tanganku mulai gatal, jadi aku permisi mau ke WC dengan alasan mau buang air besar. Sampai di WC, penisku langsung kukeluarkan dan aku langsung saja mengocok. Sambil mengocok kututup mata membayangkan bersetubuh sama tiga cewek ini. Tiba-tiba saja, pintu WC-ku kebuka. Tiga cewek keren itu memperhatikan penisku menyemprot sperma ke lantai WC. Aku shock dan malu. Langsung saja aku buru-buru sembunyikan penisku ke dalam celana dalamku. Rupanya si Julia mengambil kunci serep WC dan membuka pintu WC ini.<br /><br />Eh kita lagi nikmat-nikmat nonton kok di sembunyiin sih? Tanya Amy dengan nada seksi.Iya tuh. sambung Julia dan Monica bersamaan. Aku cuma bisa diam saja. Amy masuk ke dalam diikuti sama Julia dan Monica. Aku berdiri, belum sempat pakai jeans-ku, dan mau balik ke kamar, di-stop oleh Amy. Tangannya masuk ke dalam celanaku dan mulai mengelus-ngelus penisku. Penisku langsung saja bangun dan siap kerja. Mereka bertiga kelihatannya lumayan terkesan dengan penisku. Sambil mengelus-ngelus pelan, Amy terkadang meremas dengan lembut. Enak banget rasanya. Tiba-tiba saja, si Amy merik penisaku dengan tujuan agar aku ikuti dia keluar. Genggamanya yang kuat dan tarikannya yang tiba-tiba, membuatku merasa sedikit tidak enak.<br /><br />Sampai di kamar, dia langsung mendorongku ke ranjang. Si Amy sendiri mulai melepas bajunya dan rok mininya. Ternyata dia nggak pakai BH atau celana dalam. Gila, dia punya buah dada dan perut kencang sekali. Bulunya pun dicukur habis, seperti anak kecil. Dia langsung tarik turun celana dalamku dan mulai memberiku kuluman. Mulutnya bergerak naik turun, dan badannya berada di atasku. Vaginanya ditaruh di depan mukaku seolah-olah minta dijilat. Aku menoleh dan memandang ke arah Julia. Julia ternyata sudah lagi 69 dengan Monica. Julia melirik ke arahku seolah mengerti kalau aku minta persetujuan dia untuk menjilati dan menggitui si Amy. Dia nggak tanya atau apa-apa, cuma mengangguk dan meneruskan pekerjaanya. Aku buka kaosku dan langsung menjilati si Amy. Pertama mulai dari vaginanya, tapi dalam satu gerakan, aku sekaligus sentuh dia punya clitoris. Dia sudah basah banget.<br /><br />Amy langsung saja mendesah, Ohh Ron, lick me there, suck my cunt! Lick my Clit! Make me cum! tanganku yang dari tadi diam mulai main dengan pentilnya. Efeknya nggak perlu menunggu lama-lama. Sebuah aliran deras membasahi mukaku dan untuk sementara gerakan mulut Amy berhenti. Rupanya Amy sudah klimaks. Amy kemudian melanjutkan blow job-nya, tapi aku suruh dia berhenti. Aku suruh dia tiduran di ranjang sebentar. Aku pergi ke lemari mencari kondomku tapi nggak ketemu. Aku langsung saja berteriak, Eh gimana nih, kondomku sudah habis.<br /><br />Si Amy cuma ketawa dan bilang, Tenang saja Mas Ronnie kita-kita ini pakai pil kok. Selain itu, kita-kita ini dijamin nggak ada penyakit loh. Aku langsung saja balik ke ranjang dan menciuminya. Dia pun membalas ciumanku dengan ganasnya. Tanpa perlu ku arahkan lagi, homing missile-ku langsung kumasukan ke vaginanya, vaginanya yang basah dengan sedia menerima penisku yang gede itu. Tapi baru masuk sedikit aku mulai merasakan hambatan yang berada di dalam lubang cintanya itu.<br /><br />Kamu masih perawan toh, kamu yakin kasih aku masuk. Tanya aku. Kalau dia bisa jaga keperawanannya selama ini, aku salut dan menghargai keteguhan imannya.Masukin donk Ron, aku mohon. Yang lain pada kecil jadi aku nggak kasih masuk. Kamu punya gede sih jadi pasti nikmat. Jawabnya dengan suara yang memelas.Siap yah, pertama bakal sakit loh.Iya iya, cepetan donk.<br /><br />Aku langsung tancapkan masuk aku punya penis. Mukanya menunjukkan rasa sakit. Kubiarkan penisku beristirahat di dalam lubang cinta itu sesaat untuk membiarkan Amy terbiasa dengan penisku dulu. Sementara itu aku mulai menciumi dan memencet serta memainkan payudara si Amy. Si Amy mulai mendesah keenakan. Mukanya yang penuh sakit sudah hilang. Sementara itu erangan Julia dan Monica pun semakin keras dan dalam waktu sekejap erangan berganti dengan teriakan-teriakan Im cumming, Enak Aku climax, dan sebagainya, akhirnya mereka pun diam. Aku pun mulai maju mundurkan pinggulku. Gerakanku itu membuat Amy mendesah Oooh nice wonderful semakin cepat tempoku, semakin keras juga erangannya. Aku menurunkan bagian atas badanku untuk menciumi buah dadanya yang indah. Amy menaruh kedua tangannya di belakang kepalaku. Dalam posisi begitu, kuangkat dia dan seluruh berat badan dia bertumpang di pantatnya yang kupegang. Kudorong badannya ke dinding dan penisku masuk ke vaginannya sambil berdiri. Kakinya memeluk perutku. Dalam posisi ini, gravitasi pun membantu gerakan kami dan penisku serasa masuk semakin dalam. Setelah lima menit berlalu, aku merasakan bakal nggak lama lagi klimaks, aku langsung kasih tahu Amy. Jawabannya cuma, Ron, Fuck harder kerasan donk tancap gas Ron fuck me like a slut Ron. Mendengar kata-kata kotornya, aku semakin bergairah. Gerakanku semakin cepat dan akhirnya aku merasakan otot-otot vaginanya mulai kencang, kupercepat gerakanku dan akhirnya aku merasakan gelombang deras menabrak penisku. Akhirnya aku tidak tahan lagi. Aku mulai menyemprotkan spermaku. Semprot demi semprot masuk ke dalam lubang cinta Amy.<br /><br />Kami berdua kelelahan dan akhirnya berbaring di ranjang beberapa untuk istirahat. Belum puas beristirahat, Monica datang, rupanya setelah main 69 dengan Julia tadi dia masih belum berpakaian. Melihat badannya yang aduhai dan mukanya yang manis, membuat darahku mendidih penuh nafsu. Dengan sebuah elusan mesra, penisku yang sudah capai akhirnya bangun lagi.<br /><br />Burung yang hebat! komentar Monica.As I said! balas Julia.<br /><br />Setelah itu dia langsung memasukkan penisku ke dalam mulutnya, dan seperti vacuum cleaner, penisku disedotnya. Aku cuma bisa mendesah kecil. Kemudian dia langsung bilang, Fuck me in the ass. Aku langsung ke lemari mengambil baby oil, aku olesi baby oil di penisku dan di pantatnya. Pelan-pelan kumasukan penisku ke lubangnya dengan osisi doggy style. Setelah penisku masuk semuanya, aku mulai menyetubuhinya pelan-pelan. Dengan irama yang pelan, buah dadanya yang keren itu bergesekan dengan permukaan mejaku. Setiap kali buah dadanya bergesek dengan meja, otot-otot vaginanya semakin kencang. Aku biarkan begini terus untuk lima menit. Akhirnya dua tanganku memainkan buah dadanya. Ooh ooh yes baby do it yes pinch my nipple oh yes Ron, Im cumming soon. Tangan kiriku mulai main dengan clitorisnya sementara tangan kananku memainkan pentil dan payudaranya, sementara aku fuck dia di pantatnya dengan lebih cepat. Akhirnya dia teriak Yesss! Im Cumming! Setelah itu dia langsung mengemut penisku sekali lagi. Sesekali dia menghisap seperti vacuum cleaner. Amy dan Julia sambil menonton, mereka finger fuck each other.<br /><br />Melihat pemandangan yang erotik ini aku langsung mulai merasakan tanda-tanda mulai akan klimaks. Kucoba kasih tahu Monica, tapi dia diam saja dan tetap menghisap penisku. Akhirnya semprotan demi semprotan ditelannya dan sampai penisku mulai lemah pun masih dia hisap, seolah-olah seperti cerutu saja di mulutnya. Akhirnya Julia dan Amy pun mencapai klimaks.<br /><br />Aku benar-benar capai. Sewaktu Julia mendatangiku, aku cuma bisa geleng kepala tanda tak kuat lagi. Tapi Julia tidak putus asa. Dia menciumi aku dan mengikuti jejak Julia, mereka juga mulai menciumiku sambil memainkan penisku. Setelah begitu sampai lima belas menit, mereka akhirnya putus asa juga. Tapi Julia tersenyum nakal. Dia memanggil cousin-cousinnya dan mengajak mereka keluar. Mereka kembali berpakaian. Julia pasti marah deh, pikirku. Kenapa sih penisku nggak bangun-bangun pikirku lagi. Lima menit kemudian, mereka bertiga masuk lagi, kali ini mereka membawa satu CD. Aku mulai bertanya-tanya apa yang mereka mau. Akhirnya setelah menyalakan CD, mereka mulai berdansa, dan akhirnya mereka bertiga give me a strip tease show. Penisku yang sudah loyo bangun lagi seperti Tugu Monas. Walaupun sudah melihatku ready, mereka tidak stop dancing sampai akhirnya mereka telanjang lagi.<br /><br />Ron, kita bertiga sudah siapin rencana supaya kita berempat bisa fucking in one go. Mau nggak? tanya Julia.Masih tanya lagi. Tentu saja mau dong! jawabku dengan penuh antusias.Mereka semua mulai merunduk dalam posisi doggy style di tanah. Satu di belakang satunya. Akhirnya paling belakang adalah Julia. Aku langsung mengerti maksud mereka. Sewaktu aku fuck Julia, dia langusng lick Amy, dan akhirnya Amy bakal lick Monica.<br /><br />Aku langsung siap dan langsung saja fuck Julia dari belakang. The chain reaction pun mulai akhirnya kami berempat mengerang keenakan. Aku pun menemukan vagina kesukaanku. Biarpun sudah sering kubobolin, tapi vagina Julia yang satu ini memang benar-benar kencang. Ahh ohh kita berempat terus menerus mengerang. Setelah 7 menit, akhirnya cewek-cewek ini mendapatkan klimaks mereka. Amy dan Monica sudah KO. Aku juga melihat, kalau Julia sudah capai.<br /><br />Jul, kamu capau ya?Iya nih, tapi kamu belon klimaks, terusin saja.Nggak deh Jul, ntar kamu sakit.Mas Ronnie memang baik deh. Gini saja Mas, aku kasih kamu breast fuck aku aje ok?<br /><br />Dengan senang hati aku menerimanya. Aku mulai menyiram baby oil ke dada Julia yang sedang rebah di ranjang. Badannya kini mengkilap oleh pantulan cahaya lampu. Aku tekan dua buah payudara tersebut agar mendekat. Akhirnya, di bawah sepasang payudara itu aku masukan penisku. Aku sekarang maju mundur seperti kesetanan, Amy dan Monica pun mendekat. Setiap kali penisku tembus, mereka pasti menjilat kepalanya. Setelah 8 menit, aku tidak tahan lagi, melihat gelagat ini Julia langsung berdiri dan berusaha untuk menghisapnya. Argh teriakku. Semprotan pertama mengenai tenggorokannya dan semprotan kedua mengenai mukanya, semprotan-semprotan berikutnya ditelan habis oleh Julia. Spermaku yang tidak masuk ke mulutnya mulai turun ke payudaranya. Amy dan Monica mulai membersihkannya sementara aku menciumnya dan merasakan rasa spermaku. Akhirnya mereka semua menginap semalam di rumahku. Hari itu Jumat malam. Besoknya adalah hari libur. Apa saja yang terjadi besok pasti keren deh.<br /><br />Pagi menjelang. Sinar mentari pagi menerangi kamarku yang berantakan karena kejadian semalam. Amy, Monica dan Julia masih tidur nyenyak di ranjangku. Gila! Ternyata kejadian semalam bukan mimpi. Penisku langsung tegak lagi. Enggak mau bangunin mereka, aku bangun dan terus ke dapur untuk membuat makan pagi. Baru masuk dapur dan lagi mencari mie instant, aku merasa ada tangan yang memainkan penisku dan melukku dari belakang.<br /><br />Aku langsung menoleh. Ternyata si Julia. Aku cium dia di bibir dan kasih tahu dia aku mau masak. Eh, aku sudah laper nih. Katanya dengan senyumnya yang nakal.<br /><br />Dia mulai menghisap penisku yang dari tadi tegak. Aku langsung mundur beberapa langkah dan duduk di kursi. Sedetik pun tidak dia lepaskan penisku ini. Ohh.. itu saja yang bisa keluar dari mulutku. Mulutnya yang imut terus naik turun dan dari pipinya bisa kelihatan kalau dia lagi menghisap penisku dengan kerasnya. Lidahnya memainkan penisku. Ooh, betapa enaknya pikirku. Jarang sekali dia sudah aktif pagi begini. Monica dan Amy tiba-tiba muncul di pintu dapur dan langsung senyum.<br /><br />Bersambung . . . . . .Dunia Sekshttp://www.blogger.com/profile/15389449240222132554noreply@blogger.com